Judul :Ganjaran
Oleh : Kazuhana El Ratna Mida
Terjebak,
tertunduk di ruang gelap. Kamu lemah tak mampu berbuat apa. Ngilu rasa
yang menggelayuti asa. Adakah ini balasan akan segala dosa yang kamu
toreh?
Bug!
Kembali kamu rasakan
sakit yang menggerogoti. Kamu dipukul berulang-ulang hingga otak
berceceran. Namun kenapa kamu tak jua mati? Malah kejadian itu terus
terulang kembali. Dipukul bercecer isi kepala, lalu kembali kebentuk
semula.
"Ampun! Ampun!" Kamu terus berteriak.
Tapi orang di depanmu tak peduli. Membiarkanmu terjebak dalam sakit yang berkepanjangan itu.
Selesai dari kepalamu yang sudah dipukul berkali-kali, Kini tanganmu yang dicincang, dikuliti.
Kamu terlihat pasrah tak mampu berontak dan hanya meringis menahan sakit.
Sekelebat
bayang masa lalu yang kamu punya seubahnya tontonan yang mampu dilihat
siapa saja, bahkan orang yang menyiksamu. Pencurian, Pembunuhan yang
pernah kamu lakukan.
"Ini balasan dari kejahatan yang kamu buat di masa lalu," ucap orang itu.
Tangan kananmu dipotong. Darah mengalir deras merah legam.
"Potong saja. Tangan ini telah banyak mengukir kejahatan." Kamu terkesiap mendengar tanganmu yang berbicara.
"Ini balasan dari mulutmu yang tak kamu jaga."
Orang itu menggunting bibirmu berulang kali.
Kamu
berteriak, namun tak dipedulikan. Kamu sesenggukan tetap tak dianggap.
Inilah rumah yang kamu bilang surga dulu. Rumah yang kamu bangun
dengan emas berlimpah berubah jadi tempat mengerikan yang menghukummu
secara tiba-tiba.
Ya, kamu lupa, bagaimana orang itu bisa masuk rumahmu dan memenjarakan pemilik aslinya yaitu kamu.
Jrep!
Kini matamu yang ditusuk. Darah segar pun mengalir.
"Ampun! Aku minta maaf. Ambillah hartaku, tapi lepaskan aku," kamu memohon dengan sangat.
Namun orang itu malah tertawa terbahak.
"Hartamu tak bisa menolongmu."
"Tak ingatkah daftar kelam yang telah kamu buat selama ini?" Orang itu menatapmu tajam. Kamu hanya menunduk.
Lalu
kepalamu berujar, mengatakaan segala muslihat buruk yang kamu
rencanakan. Pun dengan tangan, tak ketinggalan membeberkan kejahatanmu
akan berjuta pembunuhan yang kamu perbuat dulu.
Mulutmu
mengungkapkan tajam lisan yang kamu lempar ketika menyakiti para
tetangga. Dan matamu berujar bahwa kamu menggunakan mata untuk melihat
hal-hal yang tak senonoh.
Kamu terus disiksa tanpa ampunan. Selamanya terjebak dalam kubangaan siksa tak akan surut dalam hitungan tahun.
Kamu
kini sungguh menyesal. Kamu sangat ingin berubah, namun semua telah
terlambat karena kamu sudah terjebak dengan kejahatanmu--daftar kelam
yang pernah kamu lakukan.
Api telah melumatmu. Ganjaran
dari perbuatanmu. Menjadikanmu teman setelah dua hari laku kamu
meninggal karena dibunuh relasi kerjamu sendiri.
Srobyong, 15 Januari 2015
No comments:
Post a Comment