Judul : Cowok di Bus Santika
OLeh : Kazuhana El Ratna Mida
Aku sudah memasuki Bus Santika dan duduk santai di kursi bagianku.
Tiba-tiba seorang cowok muncul dan dengan santai duduk menjajariku.
Kutatap dia yang nantinya akan menjadi teman perjalanan menuju desa
kelahiranku. Cowok berperakwakan tinggi dan cukup tampan menurut
kacamataku. Sedari tadi dia hanya diam tak menyapaku dan asyik
mendengarkan musik yang menempel di telinganya.
Aku pun memilih
yang sama. Bodoh amat, dia saja cuek. Kenapa aku tidak. Kemudian sambil
menunggu semua penumpang masuk dan siap mengantar aku pulang. Kuisi
waktu dengan membaca manga terbaru yang baru aku beli beberapa hari
lalu. ‘Manga Naruto’ yang menjadi favoritku.
“Wah kamu suka
Naruto?” tiba-tiba dia sudah ikut nimbrung membaca bersamaku. Tubuhnya
condong ke arahku hingga bisa kucium bau parfum melati yang melekat
dalam tubuh cowok itu. horor juga nih cowok kok memakai parfum seperti
ini. Bodoh amat mungkin emang ini parfum kesukaannya.
“Eh, iya,
kamu juga suka?” tanyaku balik. Dia menganguk, dan kemudian meluncurlah
cerita tentang hobinya dengan dunia anime yang sangat digemarinya itu.
Senang juga sih aku mendapat teman duduk yang bisa nyambung diajak
ngobrol. Biasanya aku hanya bisa diam hingga sampai tujuan. Kupikir
tadi, aku akan kembali merasakan itu. karena melihat gelagat dia yang
begitu cuek dengan sekelilingnya. Namun aku salah dia asyik juga.
“Kamu anak Mlonggo juga?” Matanya berbinar. Aku mengangguk mengiyakan.
“Tidak kusangka kita satu daerah ya,” ucapnya sambil tersenyum manis.
Akhirnya kami pun mengobrol sana-sini, dan aku tidak menyangka dia
juga satu kampus denganku meski beda fakultas dan semester. Jadilah kami
saling bertukar alamat dan juga nomor handphone yang bisa dihubungi.
Mungkin suatu saat kami bisa bertemu lagi.
Pertemuan dan obrolan
manis yang terjadi karena manga Naruto. Andai kau tak mengeluarkan
manga itu belum tentu kami bisa mengorbol bebas seperti ini.
“Bagimana kalau nanti kita balik ke Jogja bareng. Ketemuan di halte bus ini ya,” ucapnya ketika kami sudah sampai.
Aku mengiyakan saja. Pasti seru bisa berengan dengan dia lagi. Dan
lagi aku merasa sangat nyaman dengan dia. Jangan-jangan, aku suka dia
pada pertemuan pertama? Who Knows?
“Sampai jumpa dua minggu yang
akan datang,” ucapnya melambaikan tangan. Aku sendiri sudah harus
melaju ke rumah melepas lelah dengan sepeda kakak yang sedari tadi setia
menunggu kepulanganku.
Kusapa surga kecil yang menjadi saksi
bisu aku tumbuh, aku senang sekali dua bulan aku tidak pulang. Rasanya
rindu pada bapak dan ibu sudah membuncah. Kupeluk mereka dengan bahagia.
Setelah itu aku rebahan di kamar tercinta.
Tiba-tiba ringtone
lagu’ blue bird’ milik Ikimono Gakari mengagetkan aku. Kubuka pesan
masuk di handphoneku. Ternyata dari Sabil, cowok di bus santika yang
menjadi teman dudukku.
“Rai, dah sampai di rumah dengan selamatkan?”
“Alhamdulillah, iya aku dah sampai dan istihat di rumah.”
Aku senyum-senyum sendiri membaca pesan-pesan yang dia kirim untukku.
Obrolan yang tertunda di bus kami lanjutkan di sini. Dua minggu di rumah
dia yang mewarnai dan memenuhi inbok hp-ku. Meski kami berkomunikasi
lewat dunia maya. Rasanya itu cukup membuat kami seolah sudah kenal
lama.
Dan hari ini, sudah saatnya aku kembali untuk mengejar
cita. Aku begitu semangat karena hari ini aku bisa bertemu lagi dengan
dia. Aku sudah membayangkan pertemuan manis ke dua yang pasti lebih
asyik dari awal kami jumpa.
Kutunggu dia hingga, bus sudah mau
siap berangkat ke kota. Tapi dia tidak muncul juga. Aku jadi was-was,
padahal tadi dia sempat memberi kabar kalau dia sudah siap untuk
berangkat. Kuhubungi nomor handphonenya, tapi tak jua ada jawaban dan
selalu sibuk.
“Halo, benarkah ini nomor Raisa?” suara seseorng dari seberang sana.
“Iya, saya sendiri, ngomong-ngomong Sabilnya mana? Bus sudah mau berangkat lho Mbak,” aku mencoba menjelaskan. Cukup lama penelepon itu diam dan menghela napas.
Bagai disambar petir, ketika aku
mendengar kepergian Sabil yang begitu mendadak dan tak masuk akal.
Mungkinkah dia mengerjaiku? Wajahku yang semula ceria menjadi sendu.
Kuputaskan membatalkan tiket ke Jogja dan segera pergi ke rumah Sabil.
Kutatap dia yang sudah terbujur kaku. Tak bisa kubendung tangis yang
kucoba tahan sedari tadi. Dia yang bari datang mewarnai kini telah
pulang pada Ilahi tanpa permisi.
“Ini dek Rai, ada titipan dari Sabil buat kamu,” Alia kakak Sabil yang tadi meneleponku menyerahkan kotak kecil untukku.
Kubuka kotak itu di rumah setelah selesai acara pemakamannya. Sebuah surat dan mug cantik bertulis namaku.
Untuk Raisa
Maaf jika pertemuan ini membuatku terluka. Sungguh aku tidak bermaksud
untuk memporak-porandakkan hidup yang sudah kau punya. Perasaan yang
sudah aku belenggu agar tak tertarik dengan dunia merah jambu malah
datang ketika melihatmu. Padahal sedari awal aku coba besikap dingin tak
memerhatikanmu. Tapi entah kenapa aku malah tidak bisa mengendalikan
perasaan yang aku punya.
Mungkin kau tidak ingat aku, aku
Muhammad Sabil Al Fatih. Kakak kelasmu yang dulu yang selalu
memerhatikanmu. Lama aku menyimpan rasa ini, karena kamu selalu bilang
tak mau berpacaran sebelum gelar sarjana kau raih. Karena itu aku hanya
bisa menatapmu dari jauh. Sebenarnya aku tahu semua tentangmu. Cuma aku
berpura-pura seolang tak mengenalmu.
Hari itu di Bus Santika.
Aku sungguh senang bisa mengobrol denganmu. Kemudian kita saling
mengirim pesan layaknya sudah saling mengenal sejak dulu. Sungguh, andai
aku bisa mengulur waktu aku ingin ada lebih lama untuk menemani di
sisimu. Tapi, tumor otak yang menggerogotiku tak bisa diajak kompromi.
Aku memang sengaja pulang, ketika aku sudah merasakan maut yang
mengintai. Kau mungkin bingung bagaimana aku tahu akan ajal yang mau
menjemputku.
Aku seorang indigo yang memiliki kemampuan bisa
menlihat masa depan orang-orang, termasuk masa depanku sendiri. Kerena
itu kutulis ini untukmu ketika ajal semakin mendekatiku.
Aku
harus pergi Raisa. Maaf dan terima kasih telah mewarnai di detik-detik
kehidupanku. Meski tak banyak kenangan indah yang aku berikan padamu.
Sungguh sejak dulu aku sangat mencintamu. Jaga diri baik-baik ya.
Seseorang yang baik akan dikirimkan untukmu.
Aku menangis
sesenggukan dengan menggenggam erat surat itu. pedih rasanya kehilangan
seseorang yang begitu tulus padaku dalam sekejap mata. Aku menyesal
karena telah melupakan dia yang ternyata telah lama memerhatikanku.
Pantas saja kau merasa familiar dengan dia.
Cowok di Bus
Santika—Sabil aku takkan melupakanmu lagi. Sebuah kenangan terindah
meski hanya dua minggu. Semerbak wangi melati menusuk hidungku, aroma
parfum yang sama ketika kita saling sapa saat bertemu. Apakah kau masih
melihatku di sini? Jiwamu yang masih rindu.
Ya, pada akhirnya aku
harus menerima, cintaku harus tertunda karena sebelum kita berikrar
untuk saling tautkan hati kau telah pergi.
Meninggalkanku selamanya tak tahu kapan akan bertemu lagi. Mungkin dikehidupan selanjutnya? Who knows?. Pikirku dalam hati.
Aku harus kembali menata ulang hati memulai hidup kembali.
Srobyong, Edit terakhir 20/1/15
No comments:
Post a Comment