Siapa
sangka aku terdampar di sini--di dunia literasi. Masih aku ingat jelas
ketidak sengajaan berteman dengan seseorang yang sangat menginspirasi.
kulihat banyak postingan lomba event kepenulisan di diding FB.
Aku
memerhatikan, membaca dengan seksama syarat yang diajukan. Jiwa menulis
yang sudah lama tidur tiba-tiba terbangun, aku tergerak untuk mencoba,
mulai meng-add pertemanan dan ikut bergabung dalam grup penerbitan. Oke
klik, aku mulai. Di penghujung bulan Maret tepat aku bergabung.
Jujur,
aku sudah lama fakum tak lagi menggoreskan pena sejak bekerja dan sibuk
menggapai asa. Menapaki bangku kuliah dengan menjadi kuli di mana-mana.
Aku tak lagi punya waktu seperti sekolah dulu. Jadi lambat laun hobi
itu aku matikan, tersemat dalam kerinduan.
Kadang aku
rindu, tapi lelah yang menggerogoti kadang lebih dominan hingga aku
memilih melupakan. Lagipula, saat itu belum ada wadah dan fasilitas
untukku menuangkan. Ya, masih coretan dalam kertas yang aku kumpulkan
hingga sekarang.
Namun, pertemuanku dengan event yang ada
di FB Maret lalu, membuatku mencoba kesempatan itu. Aku pun ikut. Saat
itu sudah tak ada masalah akan fasilitas, alhamdulillah kerja kerasku
selama ini berbuah manis, sambil kerja dan kuliah, pun akhirnya aku bisa
membeli laptop untuk mengerjakan tugas. Apalagi aku sudah hampir
semester akhir yang membuat skripsi.
disela pembuatan
skripsi itulah aku mencoba menapaki dunia literasi lagi. Tapi, aku masih
coba-coba dan tak begitu serius, dan hasilnya aku gagal tak mendapat
apa-apa.
aku pun rehat sejenak kembali berkutat dengan
skripsi yang kutargetkaan selesai bulan Mei atau Juni, agar bisa wisuda
tahun ini (tahun 2014).
Kututup Fb agar tak menganggu konsentrasi, takutlah tergiur akan event-event yang belum bisa aku patahkan.
Bulan
pun berlalu, di akhir Mei, menginjak bulan Juni kalau nggak salah, aku
ikut event lagi. Ya, alhamdulillah kala itu Skripsi sudah aku beresi,
sudah acc tinggal menunggu rangkaian tes yang aku ikuti.
Ya, hitung-hitung sambil mengisi waktu senggangku. Karena tak ada tugas paling tinggal Uas terakhir kali.
Meski
tak selalu lolos aku terus mencoba tak ingin berlari, malah tertantang
untuk menaklukkannya. Gagal dalam awal-awal memang sudah biasa. Tak
mungkin seseorang langsung meroket dan berjaya. Semua butuh proses
menuju mimpi yang ingin diraih. Pun denganku.
Mengingat
betapa seringnya aku tak lolos lalu mencoba dan mencoba, akhirnya buah
kerja keras itu muncul juga, bisa menjadi salah satu kontirbutor dan
mendapat sertifikat untuk pertama kalinya itu sungguh sesuatu yang tak
kunyana, lalu melihat namaku bisa nangkring dalam cover buku untuk
diterbitkan itu sungguh kebanggaan.
Paling, tidak karyaku sudah dibaca dan itu lebih dari kepuasan batin yang aku rasa.
dari
main-main itulah akhirnya ketagihan, apalagi melihat banyak penulis
lain yang begitu menginspirsi, jadi ingin mengikuti jejak yang dimiliki.
Berbalut modal nekat.
Lagi, lagi dan lagi aku ikuti, dan
alhamdulillah kini lebih sering lolos, walau kadang masih ada yang tak
tergapai hanya bengong. Aku jadi semakin semangat menuangkan kata yang
pernah padam itu. Lalu kuputuskan bergabung dalam grup-grup kepenulisan,
belajar tentang EYD dan masalah lain tentang menulis. Bertemu banyak
penulis lain yang saling mengingatkan, hem senang sekali rasanya.
Dari
sana aku tahu, kenapa naskahku tak lolos, dan aku bertekad akan terus
mencoba, dan belajar, tak lupa memperbanyak bacaan untuk tambah
wawasan.
"Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi kesuksesan yang tertunda yang belum bertemu muaranya."
Ya, itu kata-kata yang aku gunakan untuk memotivasi diri, agar ketika gagal tak langsung menyerah tapi memperbaiki diri.
"Dalam sebuah perlombaan, menang adalah poin tambahan dari keberanian untuk mencoba."
Satu lagi motivasi yang aku genggam erat agar tak mudah bersedih.
Berkompetisi
itu pasti ada yang kalah dan menang, tak mungkinlah semua menang, jadi
kalau mau ikut lomba juga harus memiliki hati lapang, berbesar hati
menerima kekalahan, namun tak jumawa ketika meraih kemenangan.
Dari
perjalanan itu, sebuah mimpi yang kupikir tak pernah bisa aku miliki,
bisa aku raih. Dan kupikir semua kemenangan ini bukan hanya karena diri
semata, tapi karena campur tangan Sang Penguasa.
Aku
sadar diri, aku hanyalah manusia biasa, aku berikhtiar dengan lomba, dan
Alllah yang membantu mewujudkan cita itu menjadi nyata. Jadi, tak
perlulah sombong karena sejatinya Maha Segala saja begitu pemurah.
Puji
syukur kinilah yang ingin aku ucap setelah sekian lama mencoba,
akhirnya aku bisa memiliki banyak sertifkat kepenulisan, mengingat
berjuta kali gagal rasa itu terpuaskan dengan pengganti lainnnya. Dari
bulan Maret yang tak tahu apa-apa, bulan April dan Mei yang jarang
online, lalu bulan juni hingga sekarang tujuh puluh tiga sertifikat kini
aku dapatkan, dan tujuh puluh antologi bisa aku kantongi belum lagi
masih menunggu yang lain yang masih proses penerbitan.
Alhamdulillah,
yang tak terkira, kalau bukan karena keridaanNya padaku, apakah bisa
kusematkan semua itu? Tidak Allah tetap berperan penting akan segala
aktifitasku. Allah membalas dari kerja keras yang dilakukan umat-Nya.
Namun,
janganlah mudah menyerah ketika Allah tak juga mengijabahi harapan yang
ingin dimiliki. Kadang Allah tahu yang terbaik kapan rencana itu
diberikan.
Karena itu aku selalu belajar berpikir positif.
Dari
perjalanan ini pun, aku masih belajar masih perlu mempelajari ilmu
kepenulisan yang baik sesuai aturan. Aku masilah seorang awam yang butuh
bimbingan, butuh pengarahan dan pencerahan, maka dari itu meski
sertifikat menggunung, aku tak ingin berhenti belajar. Aku masih harus
memperbaiki diri untuk memantapkan tulisan yang kumiliki.
Di sini adalah langkah awal dalam meraih mimpi, jadi sebelum mimpi itu menjadi nyata maka selamanya aku tetap belajar.
Bukankah
Allah saja memerintahkan belajar sejak dari buaian hingga raga
memisahkan jiwa? Kenapa harus malas, kalau sudah menjadi orang besar
bukan berarti berhenti belajar, tapi malah semakin termotivasi untuk
memperbaiki diri, menanggung tanggung ajwab yang lebih tinggi.
Semangat menulis masih terus aku nyalakaan agar bisa menghasilkan karya yang bisa memotivasi.
Sebuah harapan kecil ketika menapaki Tahun baru.
Menulis, menulis dan terus menulis untuk kebaikan diri sendiri.
#Motivasi untuk memperbaiki diri, semoga kedepannya lebih baik lagi#
Srobyong, 2 Januari 2015
No comments:
Post a Comment