Judul : Ceros dan Batozar // Komet //
Komet Minor
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Co –Author : Diena Yashinta
Cetakan : Dua, Mei 2018 // Tiga, Juli 2018 //
Tiga, April 2019
Tebal : 376 hal // 384 hal // 376 hal
ISBN : 978-602-038-591-4 // 978-602-038-593-8 // 978-602-062-339-9
Masih ingat dengan serial “BUMI”? Buku bergenre fantasi dan science fiction yang
dipaparkan dengan apik oleh Tere Liye, salah satu penulis Indonesia yang sudah
tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam menulis. Mengingat hampir semua
bukunya yang terbit—baik di Gramedia atau Republika, semuanya masuk jajaran
buku-buku best seller. Ketiga buku ini —Ceros dan Batozar, Komet dan
Komet Minor—merupakan seri kelanjutan serial “Bumi” yang sudah banyak ditunggu oleh
para penikmatnya.
Kisah ini sendiri masih fokus
dengan petualangan tiga sahabat—Raib, Seli dan Ali—yang menarik dan banyak
menyimpan nilai-nilai kehidupan. Raib sendiri merupakan keturunan Klan Bulan,
yang punya kekuatan menghilang juga penyembuhan. Sedangkan Seli adalah
keturunan dari Klan Matahari yang bisa mengeluarkan petir. Dan terakhir ada
Ali, cowok cuek, suka bikin onar, namun
sangat jenius yang berasal dari Klan Bumi dan bisa berubah menjadi beruang.
Pada buku “Ceros &
Batozar” seri ke-4,5 serial “BUMI”, kita akan diajak keluar sejenak
dari masalah genting yang tengah terjadi—sebagai pengingat, pada seri
sebelumnya (baca novel Bintang) ketiga sahabat itu tengah fokus mencari
pasak bumi untuk menyelamatkan kehidupan seluruh Klan yang ada. Namun siapa
sangka di balik keberhasilan mereka menemukan pasak bumi, sebuah bencana yang
lebih besar telah menanti, di mana Si Tanpa Mahkota berhasil lolos dari Penjara Bayangan di Bawah Bayangan, yang sudah mengurungnya selama ini.
Ceros dan Batozar akan menghadirkan kisah yang tidak kalah menarik perihal dunia paralel yang sudah pernah dialami oleh Raib, Seli dan
Ali. Di mana sedikit banyak kisahnya akan membuat kita mundur ke masa lampau
dan membuka sebuah tabir kebenaran yang selama ini tertutup rapat dan punya
peran penting pada seri lanjutnya Komet.
Raib, Seli dan Ali bertemu
dengan Ngglanggeran dan
Ngglanggeram, si kembar ahli memasak
yang juga bisa berubah menjadi moster badak yang mengerikan—Ceros yang berasal dari Klan Aldebaran yang bisa
memanipulasi ruang dan waktu (hal 72 – Ceros dan Batozar). Mereka
tinggal di Bor-O-Bdur—sebuah tempat yang terletak jauh di perut bumi—karena
sebuah alasan yang tidak terduga. Salah
satu alasannya berkenaan dengan sarung tangan yang kini dikenalan Ali.
Lepas dari pertemuan dengan Ceros,
mereka bertemu dengan Batozar
sang penjagal—seorang buronan paling berbahaya dari Klan Bulan yang telah
melarikan diri dari penjara. Di mana dia
dinyatakan telah membunuh seluruh keluarga dari salah satu anggota Komite Klan.
Batozar sendiri sengaja melarikan diri untuk
misi tertentu untuk menemukan ingatannya kembali.
Pertemuan dengan dua petarung hebat itu sedikit banyak telah menambah
banyak pengetahuan Raib, Seli dan Ali. Dari
sejarah hidup Ceros dan Batozar yang tidak terduga, masalah dunia
paralel yang ternyata sangat luas, serta
teknik-teknik pertarungan yang menakjubkan.
Komet seri ke-5, memaparkan tentang petualangan Raib, Seli dan Ali yang
akhirnya berhasil masuk ke portal menuju Klan Komet. Mereka tengah berusaha mengejar Si Tanpa
Mahkota yang sebelumnya sudah berhasil masuk portal tersebut. Si Tanpa Mahkota berambisi
menemukan pusaka paling hebat di dunia Paralel, yang konon terletak di Klan
Komet.
Baik Raib, Seli, Ali serta para
petinggi setiap klan, tidak bisa membayangkan jika Si Tanpa Mahkota berhasil
dengan misinya, maka dunia paralel akan mengalami masalah besar. Karena bisa
dipastikan akan ada kekacauan yang sangat mengerikan. Namun sayangnya, mereka
terdampat di tempat yang aneh. Di tempat
tersebut, semua benda elektronik tidak bisa digunakan. Hal itu tentu saja
sangat menghambat pencarian tiga sahabat yang terbiasa menggunakan berbagai
alat canggih dalam berbagai hal.
Beruntung mereka bertemu Paman Kay
dan Bibi Nay yang sedikit banyak membantu mereka. Ternyata mereka mendarat di
salah satu gugusan pulau di samudra luas, yang memiliki tujuh pulau. Dengan petunjuk itu mereka mencoba menjari
jalan untuk menuju Klan Komet dan sekaligus mencari Si Tanpa Mahkota. Tapi
petualangan itu tidak semudah yang mereka bayangkan. Banyak ujian yang harus
mereka lewati untuk menemukan pulau dengan tumbuhan aneh yang bisa mengantarkan
mereka ke tempat tujuan selanjutnya.
Komet Minor
merupakan seri ke-6 atau seri pamungkas
petualangan Raib, Seli dan Ali menghadapi Si Tanpa Mahkota. Raib, Seli dan Ali
akhirnya berhasil masuk ke portal menuju Klan Komet Minor. Namun keberhasilan itu merupakan awal petualangan yang sangat mendebarkan. Berbeda dari seri sebelumnya, di mana mereka hanya bertualang sendiri, kali
ini petualangan mereka dipandu Batazor.
Terpojok karena ulah Si Tanpa Mahkota yang berhasil
memodohi mereka saat bertualang di pulau komet, dan mengikat mereka dengan
jaring perak. Ali berhasil memanggil
Batozar untuk mendapat bala bantuan. Bersama Batozar meraka mendapat pengalaman
sebagai pengintai dengan teknik
berperang yang hebat. Mereka berusaha
menggagalkan misi Si Tanpa Mahkota yang ingin memburu senjata paling hebat di
dunia paralel, yang menurut Tuan Entre sudah
dipecah menjadi tiga bagian. Masing-masing potongan itu dijaga oleh Arci,
Nyonya Kulture dan Finale.
Akan tetapi, kekuatan mereka ternyata tidak sepadan
dengan Si Tanpa Mahkota. Meski sudah mengeluarkan kekuatan semaksimal mungkin,
mereka tidak bisa mengalahkan Si Tanpa Mahkota. Berkali-kali Raib, Ali, Seli
dan Batozar harus merelakan potongan senjata yang sudah berhasil mereka
dapatkan dengan susah payah. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Si
Tanpa Mahkota berhasil menggabungkan tiga potongan tersebut.
Secara keseluruhan ketiga novel ini
sangat menarik, mendebarkan dan menginspirasi. Dengan lihai penulis berhasil
menyajikan kisah yang membuat kita penasaran sejak awal membaca serial ini.
Kita akan dibuat bertanya-tanya bagaimana akhir kisah petualangan Raib, Seli
dan Ali, juga kejutan apa yang akan dihadirkan oleh penulis pada setiap seri.
Salut dengan bank ide yang
dimiliki Tere Liye, yang bisa menciptakan kisah unik dan jarang digarap penulis lain. Petualangan Dunia Paralel yang digarapnya
berhasil memikat banyak orang dari
berbagai usia dan berbagai latar
profesi. Padahal genre fantasi dan science
fiction memiliki kadar kesulitan yang lebih tinggi dari genre kisah
lainnya. Untuk mengasilkan kisah
bergenre semi fantasi dan science
fiction, penulis membutuhkan riset yang mendalam. Karena penulis harus
pintar dalam menggabungkan kisah fiksi dengan data ilmiah secara tepat dan akurat, agar kisahnya tidak
terkesan fiktif belaka atau bohong besar dan tidak berdasar. Melalui serial
“Bumi” ini setidaknya mengukuhkan bahwa
Tere Liye merupakan penulis mulitalenta yang berhasil menggarap novel dalam
berbagai genre.
Keunggulan dari buku-buku ini
adalah penulis menceritakan kisahnya dengan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami. Dari segi penokohan pun,
penulis berhasil menggambarkan setiap
tokoh dengan sikap yang khas dan konsisten dari setiap seri. Pun dengan sudut
pandang cerita yang sejak awal konsisten menggunakan sudut pandang orang
pertama dari tokoh Raib. Meski pada kisah “Komet” ada sedikit
bagian yang tiba-tiba menggunakan sudut padang orang ketiga (hal 120 – Komet).
Untuk setting cerita juga
digarap dengan apik dan menarik, seolah kita merasa berada di tempat kejadian,
membuat saya ikut membayangkan hewan-hewan raksasa di dunia Paralel yang
menarik tapi juga pastinya mengerikan. Hanya saja pada kisah “Ceros dan Batozar”
ada beberapa bagian yang tidak
dijelaskan secara mendetail tentang bagunan kuno, yang sejarahnya mengarah pada
Candi Borobudur, meski dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan cerita.
Perbedaan dari seri sebelumnya yang
ditulis sendiri, ketiga novel ini ditulis dengan menggunakan co-author. Namun jangan khawatir untuk gaya bercerita
masih terasa kental khas Tere Liye. Meski ada sedikit perbedaan, di mana quote
inspiratif yang sering memenuhi buku-buku Tere Liye sedikit berkurang.
Beberapa kekurangan dalam novel ini
adalah adanya beberapa kesalahan dalam menyebutkan nama pada seri “Komet”
di mana banyak sekali tokoh bernama Kay. Di Pulau Hari Rabu panggilan
yang benar adalah Petani Kay, bukan Kakek Kay. Panggilan Kakek
Kay seharusnya dipakai ketika berada di Pulau Hari Selasa (hal 200 – Komet).
Kemudian pada “Komet Minor” saya merasa
porsi Raib hanya sedikit dibanding Seli. Karena biasanya dari semua seri, Raib
kerap memiliki porsi cerita lebih banyak dari yang lainnya.
Membaca tiga seri ini, saya merasa sedang membaca gabungan kisah
dari Harry Potter, Komik One Piece dan Komik Naruto. Bagaimana tidak untuk tokoh utamanya sendiri,
sudah mengingatkan saya akan persahabatan dan petualangan menarik ala Harry
Potter, Ron Weasley dan Hermione Grenger meski dengan formasi berbeda.
Atau Av
yang mengingatkan saya dengan Profesor
Albus Dumbledore
Dan Si Tanpa Mahkota yang mirip tokoh Lord Voldemort, meski Si Tanpa Mahkota ini digambarkan memiliki wajah yang memesona :)
Rasa One Piece saya rasakan ketika membaca
petualangan dari satu pulau ke pulau lain (di novel Komet—bagian perompak di
Pulau Hari Kamis) guna mencari pulau yang memiliki tumbuhan aneh. Di mana
kisah itu seperti perjalanan Ruffi dan teman-temannya yang harus bertualangan
ke berbagai pulau untuk menemukan harta karun bernama “One Piece” peninggalan
Gol D. Roger. Tak hanya itu ada pula jaring perak (Novel Komet dan Komet
Minor) yang mengingatkan tentang
jaring batu laut yang digukanan untuk menangkap orang-orang pemakan buah iblis.
Karena di sini ada bagian Raib, Seli dan Ali langsung lemah ketika dikurung di
jaring perak (hal 5 – Komet Minor).
[Episode di mana Ruffi, Zorro dan tema-temannya mengejar Crocodile namun mereka ditangkap dengan jaring batu laut] |
Satu lagi adalah kekuatan Si Tanpa Mahkota yang bisa menutupi tubuhnya dengan cahaya hitam pekat, yang mengingatkan akan kekuatan Marshall D. Teach atau dikenal dengan sebutan Kurohige yang bisa melingkupi dirinya dengan asap hitam (hal 350 – Komet Minor).
Kemudian kekuatan Batozar (Novel Komet Minor) yang bisa membelah diri
menjadi enam belas ini seperti jurus dalam Komik Naruto, yaitu jurus seribu
bayangan atau kage bunsin no jutsu (hal 75-76 – Komet Minor).
Lepas dari kelebihan dan kekurangan
yang ada, seri novel ini sangat menarik untuk dibaca, karena banyak pengetahuan
yang bisa kita dapatkan.
ü “Balon-balon dengan tenaga gas bisa
terbang hingga 10.00-12.000 meter dan membahayakan pesawat terbang.” (hal 29 – Ceros dan Batozar).
ü “Kalian tahu burung albatros di
dunia kita? Nah, burung itu bahkan terbang sambil tidur.” (hal 48- Komet Minor).
ü “Kamu tahu wombat?
Hewan berkantong dengan tubuh gendut itu kotorannya berbentuk kubus.” (hal 236-237- Komet Minor).
Kemudian ada juga nilai-nilai hidup yang bisa kita jadikan
renungan. Seperti kisah “Ceros dan
Batozar” yang mengajarkan
tentang arti penting persahabatan dan keberanian, “Ketahuilah, bukan
tehnik bertarung, bukan menghancurkan gunung-gunung kekuatan terbaik dunia
paralel, melainkan persahabatan. Selalu menjadi orang baik dan berani”
(hal 124 – Ceros dan Batozar).
Atau nasihat untuk tidak menilai seseorang hanya
dari luarnya saja. “Kamu tidak
bisa menilai seseorang hanya dari
wajahnya, hanya dari penampilannya. Itu tidak adil.” (hal 180 – Ceros dan Batozar).
“Komet” mengajarkan
kita tentang pentingnya memiliki sikap baik dan selalu berbuat baik kepada
sesama, mau saling menolong. “Ada banyak sekali kekuatan di dunia paralel.
Tapi ketahuilah, salah satu yang paling hebat adalah perbuatan baik.” (hal 87 – Komet).
Dan melalui “Komet Minor” kita diajarkan tentang setia kawan, kasih
sayang dan kebijaksanaan. “Kita tidak
bisa memilih akan terlahir seperti apa,
tapi kita bisa memilih mau menjadi teman-teman terbaik atau tidak.”
(hal 141 – Komet Minor).
Secara keseluruhan ketiga novel ini mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan. Bahwa di mana
pun kita tinggal kita harus menjaga perdamaian, jangan ragu untuk berbuat baik
dan menolong orang lain, selalu bersikap tulus terhadap teman, serta bijak
menyikapi masalah.
Sebagai penutup saya terkesan dengan sindiran halus
dari penulis tentang sikap manusia atau masalah politik sosial yang dipaparkan
secara tersirat.
ü “Pengetahuan digunakan untuk membuat senjata, lupa bahwa senjata itu akan
mengerogoti akal sehat dan membuat ketergatungan. Bumi dipenuhi peperangan
besar.” (hal 123 – Ceros
dan Batozar).
ü “Semua pertikaian antar pemilik kekuatan dan orang-orang biasa hanyalah kedok, topeng.
Sejatinya itu hanyalah perebutan
kekuasaan. Politik. Ambisi orang-orang
yang ingin berkuasa. Kebencian, prasangka antara pemilik kekuatan
dan orang-orang biasa sengaja mereka
jadikan alat agar mereka bisa berkuasa. Penuh pencitraan, penuh kebohongan.”
(hal273 – Ceros dan Batozar).
ü “Tidak mudah lagi mengajarkan budaya leluhur di zaman berbeda. Generasi
sekarang semua serba instan. Apalagi sejarah mereka tidak peduli.”
(hal 274-275)
Srobyong. 26-27 April 2019
Sayangnya saya belum beli seri selanjutnya setelah Bumi. Pas kok ya dulu selalu habis seri bulan dan matahari di toko buku deket rumah
ReplyDeleteBisa beli sekarang Mbak, biar lengkap 😄
DeleteSalam kunjungan dan follow :)
ReplyDeleteSalam kembali. :) Terima kasih sudah berkenan berkunjung di blog sederhana ini ^_^
DeleteMbak dulunya jurusan bahasa indonesia ya? Gimana sih mbak caranya biar resensinya bagus trus dimuat di media? Salam kenal ya mbak 😊 kalau luang bisa berkunjung ke blog saya
ReplyDeleteBukan Mbak, saya kebetulan orang yang suka membaca dan menulis. Untuk bisa dimuat di media kuncinya rajin baca (baik buku juga baca tulisan yang dimuat di media buat pelajaran), rajin nulis dan rajin kirim Mbak. Tidak lupa doa.
DeleteSalam kenal kembali Mnak ^_^