Thursday 27 April 2023

Resensi Malice; Catatan Pembunuhan sang Novelis karya Keigo Higashino -Menemukan Motif Pembunuhan sang Novelis



Judul               : Malice; Catatan  Pembunuhan sang Novelis

Penulis             : Keigo Higashino

Penerjemah      : Faira Ammadea

Cetakan           : Kelima, Januari 2022

Halaman          : 304 halaman

ISBN               : 978-602-06-3932-1

Malice; Catatan Pembunuhan sang Novelis, merupakan novel dari seri Detektif Kaga yang paling laris dan banyak dipuji.

Sinopsis

Novel ini sendiri mengisahkan tentang kematian Hidaka Kunihiko, sang novelis handal yang telah melahirkan buku-buku best seller di Jepang.  Pada malam yang tidak terduga Hidaka ini ditemukan tewas  di rumahnya. Tubuhnya ditemukan di ruang kerjanya dalam keadaan terkunci.  Hikada ditemukan dalam keadaan tertelungkup; lehernya terpelintir  sehingga nampak sisi kiri wajahnya. Dan matanya nampak setengah terbuka.

Rie-san, sang istri dan Nonoguchi Osamu, sahabat si penulis merupakan orang yang pertama kali menemukan jasad Hidaka.  Mereka nampak terkejut dengan kematian orang terdekatknya. Padahal Hidaka telah menyiapkan rencana yang cukup matang untuk pindah ke Kanada bersama istrinya.

Detektif Kaga Kyoichiro, petugas yang menyelidiki kasus tersebut berusaha menguak misteri kematian sang penulis. Pada awalnya penyelidikan mengalami kebuntuan.  Orang-orang yang selama ini dicurigai ternyata memiliki alibi kuat. Termasuk  melihat Rie-san dan Nonoguchi. Hingga beberapa waktu kemudian, Detektif Kaga menemukan fakta menarik tentang hubungan Nonoguchi dan Hidaka yang sebenarnya.

Karena fakta itu Detektif menjadi sangat penasaran—bukan bagaimana cara pembunuhan dan siapa yang melakukan, tetapi mengapa Hidaka harus tewas seperti itu.  Bermula dari penemuan itu pula akhirnya sang detektif berusaha menguak misteri paling dalam tentang motif pembunuhan tersebut. Karena kematian Hidaka itu bukanlah kematian biasa.

Review

Seperti biasa, Keigo Higashino selalu memukau dengan cerita-cerita yang ia tulis.  Ia tidak hanya membuat kita (para pembaca) tertegun dan memiliki rasa penasaran tinggi terhadap novel misterinya. Lebih dari itu ia juga mampu membolak-balik emosi pembaca selama membaca novel ini.

Dari segi cerita novel ini ternyata tidak sesederhana yang kita pikirkan. Mungkin setelah membaca berapa halaman kita dapat menebak siapa dalang dari kejadian ini. Akan tetapi setelah itu kita tidak akan mudah berpuas diri. Setelahnya kita akan dibuat penasaran tentang bagaimana dan alasannya. Mengapa? Mengapa?

Seru, menggelitik dan mendebarkan. Membaca pertarungan analisis antara penulis dan detektif akan membuat kita terombang-ambing. Kira-kira siapa yang berkata jujur dan siapa yang menyimpan  kebohongan? Bagaimana tidak? Karena di sini kita akan sering  dibuat salah pahama, dikejutkan dengan fakta-fakta baru yang mencengangkan.  Satu waktu kita mungkin akan benci pada salah satu tokoh cerita, tetapi di halaman lain kita mungkin akan merasa simpati.  Namun itulah salah satu sisi menarik dari novel ini. Karena dari kebingungan yang kita rasakan, kita jadi tidak dapat berhenti membaca sampai menyelesaikan kata tamat.

Dari segi alur dan plot, Keigo Higashino memiliki keluwesan hebat yang mencampurkan alur maju mundur dengan apik. Sejak membaca karya-karyanya seperti Kesetiaan MR. X,  Pembunuhan di Nihonbashi dan Keajaiban Toko Kelontong, saya selalu suka dengan gaya bercerita dan bagaimana ia menciptakan alur yang cukup rumit, tetapi tetap asyik dinikmati.

Selain jalan ceritanya yang memang menarik,  saya menyukai novel ini karena karakter tokohnya adalah penulis.Hidaka dan Nonoguchi adalah sahabat yang sama-sama ingin jadi penulis. Hanya saja ternyata Hidaka lebih dahulu berhasil meraih mimpinya dan bahkan menjadi penulis yang karyanya laris manis. Sedangkan Nonoguchi masih berusaha merintis. Mungkinkah masalah itu yang menjadi latar  belakang terjadinya pembunuhan atau ada misteri lain yang belum diketahui?  Temukan jawabannya di dalam novel ini.

Pesan Cerita  dan Kritik Sosial

Sebagai pembaca saya biasanya tidak hanya fokus  pada jalan cerita saja. Hal yang paling menyenangkan saat membaca biasanya,  secara tidak langsung kita dapat  menyerap banyak pesan-pesan memikat dan kritik sosial di lingkungan sekitar. Pesan yang membuat kita tersenyum karena setuju, atau tertampar karena memang  fakta di lapangan seperti itu.  Novel ini sendiri secara tidak langsung novel ini mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya dengan  berita-berita yang belum ada bukti kebenarannya, dan semacam ajakan untuk orang tua memberikan contoh terbaik baik anaknya—khususnya dalam kebiasaan membaca.  

Ada pula pesan tersirat tentang bahaya menyimpan amarah dan dendam. Karena kemarahan dan dendam dapat memunculkan banyak bencana yang tidak terduga.

Pada beberapa adegan saya menemukan beberapa kalimat yang membuat saya setujut sekaligus miris.

“Biasanya orangtua masa kini hanya bisa mengharuskan anak-anaknya untuk membaca, padahal mereka sendiri tidak suka membaca. Aku sendiri tidak paham bagaimana seseorang tidak punya kebiasaan membaca bisa memberi saran pada anaknya tentang buku apa yang bisa mereka baca.”

(hal 48)

“Hubungan  antara guru dan murid dibangun berdasarkan persepsi yang salah., yaitu tugas sang guru adalah mengajarkan sesuatu sementara tugas murid adalah mempelajarinya, Yang penting adalah bagaimana persepsi itu bisa membuat kedua belah pihak sama-sama puas, apalagi yang namanya kebenaran tidak menjamin semuanya akan baik-baik saja. Yang kita kerjakan saat ini sama dengan bermain sekolah-sekolahan.”

(hal 73)

 

Jika setelah ini kamu masih penasaran dengan karya lain Keigo Higashino, jangan khawatir mulai 25 Maret -2 Mei 2023 kamu bisa ikutPre-Order buku terbarunya Angsa dan Kelelawar di sini, ya.  Temukan keseruan ceritanya dan jangan kaget kalau kau akan terpikat.



Srobyong, 27 April 2023

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment