Dimuat di Radar Sampit, Minggu 9 September 2018
Judul :
Si Pahit Lidah
Penulis :
Dian K.
Penerbit :
Bhuana Ilmu Populer
Cetakan :
Pertama, Maret 2017
Tebal :
32 halaman
ISBN :
978-602-394-621-1
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Dongeng merupakan salah satu media belajar yang baik
untuk anak. Dengan mengenalkan dongeng pada anak, selain bisa sebagai sarana
membangun imajinasi anak, dongeng juga
bisa menjadi bagian sebagai alat bantu mengenalkan anak nilai-nilai moral dan
akhlak yang baik. Dalah satu buku
dongeng yang patut kita kenalkan pada anak adalah dongeng asal Sumatera Selatan, berjudul “Si
Pahit Lidah”. Di mana dalam dongeng ini, kita diingatkan untuk selalu menjaga
ucapan.
Kita pasti sering mendengar ungkapan bahwa lidah itu
lebih tajam daripada pedang. Yang artinya sebuah ucapan itu mampu menyakiti
seseorang lebih dari rasa sakit ketika terkena senjata tajam. Oleh karena itu
kita sering dinasihati untuk menjaga lisan atau ucapan. Jika kita takut
menyakiti orang lain dengan ucapan kita, maka lebih baik jika kita hanya diam.
Dalam sebuah syair yang diambil dari kitab karya
Muhammad Ibnu Ahmad Sohan dijelaskan “Seseorang itu tidak mati karena
terpeleset kakinya, tapi dia meninggal karena terpeleset lidahnya. Karena
terpeleset kaki itu lama-kelamaan bisa pulih kembali. Sedang terpeleset
lisannya akan mendatangkan balak (cobaan ) hingga kelak di akhirat.”
Bahkan dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 53, Allah
juga menyinggung anjuran untuk menjaga lisan kita. “Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sungguh, setan adalah musuh yang nyata.”
Dalam buku ini sendiri, penulis mengisahkan tentang
Serunting yang iri dengan Aria Tebing—adik ipranya yang mana Aria Tebing ini
memiliki jamur emas di kebunnya. Sedangkan di kebun Serunting sangatlah tandus
dan tidak pernah ada jamur emas yang tumbuh di sana. Karena rasa iri yang
bersarang di harinya, Serunting curiga, jangan-jangan Aria Tebing telah
melakukan kecurangan (hal 6). Namun Aria Tebing menolak tuduhan yang
dilontarkan Serunting.
Akhirnya Serunting menantang Aria Tebing untuk adu
kekuatan, dengan syarat siapa yang kalah harus menyerahkan kebun kepada yang menang. Tidak punya
pilihan, Aria Tebing pun menerima tantangan tersebut. Meski sejujurnya dia
sangat khawatir, karena dia tahu Serunting memiliki ilmu bela diri yang hebat.
Untuk mencegak kekalahannya, Aria Tebing pun
mendatangi Siti—kakak sekaligus istri Serunting. Dia meminta bantuan kakaknya
untuk menunjukkan kelemahan Serunting. Karena sudah mengetahui kekurangan
Serunting akhirnya Aria Tebing pun menang. Sedang Serunting yang kalah sangat marah. dia merasa
dikhianti istrinya. Kekalahan itu menuntun jalan Serunting ke Bukit Siguntang
dekat Gunung Mahameru (hal 13).
Dari sana dia mendapat sebuah kesaktian berupa apa
pun yang dia ucapkan akan menjadi kenyataan. Namun kesaktian itu dia gunakan
untuk mengutuk apa pun yang dia temui.
Karena perbuatannya itu, dia kemudian dijuliki “Si Pahit Lidah”. Serunting sama
sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatannya, bahkan dia bertekad akan
membalas dendam Aria Tebing dengan kekuatannya itu.
Tapi pada suatu hari, saat kelelahan dia istrihat,
dia menemukan tanah gersang yang tidak ada pohon satu pun. Padahal kala itu dia
butuh pohon-pohon yang membawa kesejukan dan berlindung dari panas, akhirnya
dia pun berucap, agar pohon-pohon tumbuh di sana. Lalu bagaimana akhir perjalanan Serunting?
Apakah dia akan tetap balas dendam atau memanfaatkan kekuatannya untuk
kebaikan?
Dongeng bilingual—dua bahasa ini, selain
mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga lisan atau ucapan, buku ini juga
mengajak kita untuk mensyukuri nikmat dan tidak iri. Tidak ketinggalan, penulis
juga mengingatkan bahwa membantu orang lain itu lebih menyenangkan daripada
memelihara dendam. Karena perbuatan jahat hanya akan membuat kita dibenci dan
diajuhi.
Lebih dari itu dari buku dongeng ini, adik-adik bisa
juga belajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. Apalagi bahasanya
memang mudah dicerna dan cocok untuk selera anak.
Srobyong, 16 Maret 2018
Benar sekali.
ReplyDelete