Thursday 19 July 2018

[Resensi] Dongeng Sebagai Media Pembelajaran

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 15 Juli 2018



Judul               : Dongeng Sebelum Tidur #2
Penulis             : Dini W. Tamam
Ilustrator         : Ferlina Gunawan
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Juli 2017
Tebal               : 128 halaman
ISBN               : 978-602-03-5696-9
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Media pembelajaran bagi anak itu banyak sekali. Misalnya melalui media visual—media yang menitik beratkan pada indra penglihatan dengan bentuk  media grafis dan proyeksi. Untuk contoh media grafis bisa melalui poster, kartun atau komik. Sedangkan media proyeksi bisa dilihat melalui  slide atau film strip. Atau bisa juga kita memakai media audio—yaitu media yang menitik beratkan pada pendengaran, seperti radio. Tidak ketinggalan kita juga bisa menggunakan media audio visual, yaitu media yang terdiri dari suara dan gambar. Misalnya televisi.   Selain itu kita juga bisa memakai media lingkungan dan media permainan.

Dongeng bisa dibilang sebagai salah satu media pembelajaran berupa audio. Karena di sini anak diajak mendengar kisah-kisah yang dipaparkan baik oleh guru juga orangtua.  Dan di sisi lain dongeng juga bisa bersifat visual grafis jika berupa buku bergambar.  Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan keberadaan buku dongeng di negeri ini. Dari buku-buku dongeng tersebut, anak bisa mengambil banyak pembelajaran, khusunya tentang pendidikan akhlak atau etika dan moral.

Salah satu dongeng yang patut dikenalkan dan dibaca oleh anak adalah  “Dongeng Sebelum Tidur 2” karya Dini W. Tamam. Terdiri dari 25 kisah selayaknya jilid pertama, buku ini sangat sehat untuk dikonsumsi oleh semua kalangan. Mengingat dalam buku dongeng ini banyak pembelajaran yang bisa dijadikan teladan bagi anak, juga bisa menjadi pemicu cara berpikir anak yang kritis dan imajinatif.

Misalnya saja dongeng berjudul “Monyet yang Rakus” yang mengisahkan tentang  kehidupan sepuluh ekor kera bersaudara. Di mana salah satu dari kera tersebut  ada yang  sangat rakus. Dia tidak ingin membagi makananya dengan saudara-saudaranya, karena takut merasa kurang. Karena alasan itu, setiap kali dia dan saudara-saudaranya mencari makan, dia akan menipu saudara-saudara bahwa ada singa besar.  Lalu setelah semua saudaranya lari, dia dengan rakus akan memakan pisang yang ditemukannya tersebut (hal 2).

Merasa berhasil menipu saudaranya, kera itu terus mengulang perbuatannya. Namun di suatu hari, ketika dia mengulang kebohongannya tersebut, ternyata di bawahnya memang benar-benar ada seekor singa yang menatapnya dengan garang. Si kera mendapat ganjaran.  Dongeng ini mengajak anak memahami bahwa sesama saudara kita harus saling menolong dan menyayangi. Kita tidak boleh rakus dan suka berbohong.

Ada lagi dongeng berjudul “Nyamuk dan Pemburu”. Di mana diceritakan, di salah satu hutan, seluruh penghuni hutan sedang dilanda ketakutan. Mereka takut karena datangnya lima pemburu tersebut membawa berbagai peralatan berburu. Seperti senapan, tombak, pedang dan alat berburu lainnya (hal 7).

Sedangkan para penghuni hutan tidak ada yang berani mengusir pemburu tersebut.  Hingga akhirnya  sekawanan nyamuk mengajukan diri untuk mengusir para pemburu. Hasilnya mereka berhasil mengusir para pemburu, setelah mereka memberi bibit penyakit di tubuh para pemburu. Sejak kejadian itu, para nyamuk mulai sombong. Mereka ingin dihormati oleh semua binatang di dalam hutan, seperti harimau, singa dan banyak lagi.  Namun beberapa bulan kemudian, para pemburu kembali memasuki hutan. Dengan angkuhnya sekawanan nyamun bersiap melakukan serangan lagi.  Akan tetapi hasil yang mereka dapat kali ini sungguh mengejutkan.  Dongeng ini mengingatkan pada anak, agar tidak memiliki sifat angkuh atau sombong.

Selain dua dongeng tersebut beberapa dongeng lainnya tidak kalah menarik dan seru untuk dibaca. Seperti “Nelayan yang Kurang Beruntung” yang mengajarkan anak arti pentingnya sabar, “Pesan yang Terpotong” yang mengingatkan untuk tidak bersikap ceroboh dan harus bertanggungjawab, dan banyak lagi.

Dini W. Tamam, menghadirkan dongeng-dongeng seru dan  menarik. Meski beberapa dongeng merupakan remake dongeng, penulis dengan gaya bahasa yang mudah dicerna, berhasil menunjukkan ciri bercerita sendiri, sehingga setiap ceritanya asyik untuk dibaca. Mendidik dan mencerahkan.

Srobyong, 10 Maret 2018

2 comments:

  1. kok malah jadi pengen beli bukunya yaa (padahal barusan beli buku juga siih)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan dibeli Mbak, seru memang. Beli buku memang bikin nagih :)

      Delete