Friday 30 September 2016

[Resensi] Belajar Arti Persahabatan Lewat Novel


Judul buku      : Promises
Penulis             : Kristi Jo
Desain cover   : Orkha Creative
Penerbit           :  Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, September 2015
Tebal buku      : 232 halaman
ISBN               : 978-602-03-2000-7

Orang boleh berubah, waktu boleh bertambah, tapi ikatan persahabatan nggak harus putus. (hal. 93)

Novel ini menceritakan tentang persahabatan antara Joshua, Lana dan Alex yang sudah dibina sejak kecil. Mereka bisa dibilang seperti permen karet yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Tapi, setiap pertemuan sudah pasti ada perpisahan. Lana harus meneruskan pendidikannya ke Melbourne, menyusul kakaknya.  Joshua sendiri pindah ke Surabaya. Hanya Alex tetap tinggal di Jakarta.

Hal ini-lah yang kemudian harus mereka terima karena sudah pasti mereka tidak bisa bersama lagi. Karena akan berpisah, Lana mengusulkan untuk membuat sebuah kesepatakan. Menulis sebuah harapan yang nantinya akan dibuka bersama-sama setelah lima tahun. (hal. 11) Meski pada awalnya Joshua dan Alex tidak terlalu setuju, mereka pada akhirnya tetap melakukannya.

Namun setelah lima tahun, ketika mereka kembali bertemu, semua sudah tidak bisa lagi seperti dulu. Lana berubah menjadi pendiam dan terkesan menjaga jarak dengan Joshua. Alex tidak bisa dihubungi dan juga sulit diketahui keberadaannya. Bahkan ketika akhirnya Alex ditemukan, cowok itu sudah tidak seperti Alex yang dulu. Joshua bingung, tapi dia tidak mau persahabatan mereka putus begitu saja. Karena itu dia mulai menyelidiki kenapa kedua sahabatnya telah berubah. 

Dan siapa sangka potongan puzzle yang berusaha Joshua susun, menempatkannya pada posisi yang tidak pernah duga. Dia baru tahu kalau persahabatan mereka telah berubah menjadi lingkaran cinta segitiga.  Alex mencinta Lana tapi Lana menyukai dirinya. Tidak hanya itu Joshua juga mendapati kenyataan kalau Alex telah menjadi pecandu narkoba dan mengidap AIDS. Sedang Lana sempat mengalami pelecehan seksual hingga membuat  gadis itu trauma.

Dan dia pun bertanya-tanya mungkinkah persahabatanya bisa kembali utuh setelah mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi?

Sebuah novel yang mengajaran arti sebuah persahabatan dengan segala intrik dan konflik yang harus diselesaikan. Bahwa setiap orang memang memiliki masalah dan rahasia sendiri-sendiri. Namun memiliki masalah bukan akhir dari kehidupan, karena begitula hidup, bahwa orang tidak akan lepas dari masalah.“Nggak selamanya hidup cuma diisi dengan hal-hal yang baik dan membuat bahagia. Pasti akan ada masalah. Dan sudah seharusnya harus diingat, kalau di ada hal yang baik dalam hidup di balik adanya sebuah masalah. Kalau punya masalah, face it! Cari solusi. Kalau mampu bertahan menghadapi kesulitan apa pun, yakin saja bahwa hidup akan kembali pada titik yang baik lagi.” (hal. 161)

Selain itu novel ini juga mengajarkan untuk saling mendukung dan menguatkan,  mengajak agar hidup tidak diisi dengan terjebak pada masa lalu. “Gue nggak bisa memutar ulang waktu dan berada di sana supaya lo nggak mengalaminya. Tapi gue di sini sekarang buat lo. Yang kita jalanin adalah masa depan, Lan. bukan masa lalu.” (hal. 164) “Boleh, kok kita ngelihat ke belakang, sekadar mengintip. Tapi jangan sampai lo menoleh ke belakang. Apalagi sampai berputar dan kembali ke sana.” (hal. 177) Sahabat akan selalu ada dalam suka dan duka. Novel ini mengajarkan semua itu.

Ditulis dengan gaya santai dan mudah dicerna. Covernya pun menarik.  Hanya ada beberapa kesalahan seperti sempat ditemukan ada campuran sebuah pov, lalu ketidakkonsistenannya dalam panggilan nama dan di akhir bagian novel ini terasa lambat.  Namun, lepas dari semua itu novel ini recomended untuk dibaca. 

Dimuat di Koran Singgalang, Minggu 14 Agustus 2016 

Telat banget tahunya kalau naskah resensi ini dimuat di Singgalang. ^_^


6 comments:

  1. wahhhh berguna banget ini,... pengen baca novel ini. keren..

    http://www.hijabmoderncantik.com/

    ReplyDelete
  2. Ya ampun si Alex.

    Aku juga lagi baca2 romance nih, Mba. Tapi kenapa ya susah baper skr mah. Mungkin karena udah emak-emak kali yah. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhheh Mbak Anggarani ada-ada aja. xiixii.

      Baca romance apa Mba? hehh kepo.

      Delete
  3. Novel lini teenlit sebenarnya menarik kalau ide ceritanya bisa dibuat unik. Dan di novel ini saya penasaran keunikan tadi. Mengingat usia bukan anak muda lagi, jadi rasanya ide unik sangat penting agar buku ini bisa jadi pilihan.

    Recent Post: Buku Roma by Pia Devina

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau bisa mengolah keunikana ide, memang bisa membuat kisah lebih keren dan berwarna. Tapi ini masuk Young Adult karena usia tokohnya sudah memasuki perkuliahan bukan SMA lagi.

      Delete