Thursday 15 September 2016

[Resensi] Kumpulan Cerita tentang Musik, Film dan Parfum


Judul               :  Celia dan Gelas-Gelas di Kepalanya
Penulis             : Lugina W.G. dkk.
Penerbit           : Diva Press
Cetakan           : Pertama, Mei 2016
Halaman          :  256 hlm
ISBN               : 978-602-391-147-9
Peresensi           : Ratnani Latifah, Penyuka buku dan penikmat literasi. Alumni Univesitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Kumpulan cerpen Celia dan Gelas-Gelas di Kepalanya merupakan hasil dari  event kepenulisan  bertema musik,  film dan parfum yang diadakan Diva Press.  Memang dalam membuat cerpen musik, film dan parfum sering sekali menjadi sumber ide yang memarik. Karena dalam kehidupan sehari-hari ketiga hal tersebut selalu menjadi teman yang menyenangkan. Dan dari tema ini 13  penulis yang naskah cerpennya terpilih mengungkapkan kejadian sehari-hari dengan cara unik yang tidak biasa.

Dibuka dengan cerpen berjudul “Wajah-Wajah dalam  Kaset Pita” karya Gin Teguh.  Mengisahkan pertemuan tokoh aku dengan Nima.  Kesukaan pada grup musik dan penyanyi  yang sama—Semesta di Bawah Bulan yang dinyayikan grup Selaras Tiga membuat mereka dekat. Bahkan pergantian hari, mereka selalu mengatur pertemuan untuk saling berbincang. Namun suatu hari tokoh aku merasa ketakutan mungkin Nima sudah tidak lagi mengenalinya. (hal. 33)

Kisah lainnya adalah “Lelaki yang Menyatakan Cinta dengan Menjadi Bayangan” karya Evi Sri Rezeki. Membaca judulnya sudah tergambar keunikan dari cerpen ini. Cukup panjang tapi memikat. Berkisah tentang lelaki yang memiliki aroma harum kayu gaharu. Memiliki wajah yang cukup tampan membuatnya banyak disukai kaum hawa. Namun bagi lelaki itu hanya ada nama Tiffany yang selalu dipuja. Apapun yang diinginkan gadis itu, segala upaya akan dilakukan agar Tiffany merasa bahagia.

 “Aku akan menjadi bayanganmu. Menciptakan karya untkmu. Bersamamu selamanya.” Begitulah yang kira-kira pernah lelaki yang memiliki aroma harum kayu gaharu.  Dan sesuai janjinya, ketika Tiffany pada akhirnya menikah dengan laki-laki lain, lelaki beraroma kayu gaharu menjadi bayanganan. Memeluk Tiffany hingga membuat gadis itu penuh sesak.  Lalu ruang pesta yang awalya  dipenuhi wangi parfum merek Tiffany, mendadak aroma seluruh ruangan berubah menjadi aroma kayu gaharu.

Takut itulah yang dirasakan Tiffany, hingga akhirnya dia membersihkan diri agar bau tubuhnya tak lagi seperti aroma kayu gaharu. Namun ketika sudah berada di bathtub, aroma itu makin  menyengat hidung. Yang pada akhirnya membuat dirinya memotong hidung agar tak lagi mencium bau itu. Hal serupa ternyata terjadi pada para undangan yang menghadiri pernikahan Tiffany. Entah apa yang sebenarnya terjadi di sana. (hal. 75)

Ada pula cerpen berjudul “Celia dan Gelas-Gelas di Kepalanya karya Lugina W.G. Menceritakan tentang  Celia yang sangat menyukai film ‘Alice in Wonderland’ Alice memiliki kucing bernama Dinah dan Alice memiliki kucing bernama Puffin. Bahkan saking sukanya Alice berkali-kali mencoba memakaikan mahkota dari kelopak mawar pada Puffin meniru mahkota bungan daisy milik Dinah.

Namun tiba-tiba, Celia berubah, di kepala kini dipenuhi gelas-gelas pecah. Dan dia mengira Puffin adalah biang masalah tersebut. Celia benci melihat pecahan gelas berhamburan akibat ulah Puffin. Saking marahnya, Celia sekarang malah kerap menyiksa Puffin. Hal ini tentu saja membuat Maria—ibunya khawatir dan mengganti Puffin dengan boneka.

Terlalu sering mendengar gelas pecah di kepalanya, lambat lain membuat Celia depresi. Dia marah dan menyalahkan Puffin. Padahala sejatinya itu  suara-suara itu berasal dari kenyatan lain yang tidak ingin Celia akui. (hal. 103)

Cerpen-cerpen yang termaktub dalam buku ini menyajikan cerita-cerita yang sejatinya kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun diramu dengan sudut pandang lain hingga terkesan berbeda.  Keunggulan dalam buku ini adalah, tentang bagaimana para penulis yang mampu membuat judul dan mebukaan cerpen yang memikat. Sehingga pembaca tidak ingin lepas sebelum menamatkan. Kepiawaian dalam mengeksekusi cerita juga menjadi tambahan poin pada buku ini.  Pun dengan kejutan pada ending cerita. 

Membaca cerpen-cerpen pilihan ini, pada salah satu cerpen mengingatkan bahwa hubungan orangtua itu bisa mempengaruhi psikologi anak. Apakah membuat anak menjadi pribadi yang baik atau sebaliknya. Sebuah buku yang patut dibaca bagi penikmat cerpen dan ingin belajar membuat cerpen dengan baik. Beberapa bagian monotn dalam beberapa kisah, tidak mengurangi keasyikan dalam membaca.


Srobyong, 29 Juni 2016 

Dimuat di Kabar Madura, Kamis 8 September 2016 


8 comments:

  1. Plot Twistnya kayake bagus itu yahh mbakk... hhee

    ReplyDelete
  2. Iya, aku suka judul dan pembukaan cerpennya keren ^_^

    ReplyDelete
  3. Sering liat di tobuk dan ragu beli apa nggak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, kadang memang gitu Mbak. Wajar, kan belum tahu isinya. Biasanya dilihat dari cover, sinopsis menarik baru mau beli.

      Delete
  4. Ini keunikan cerpen yang bagus; memikat dengan membahas yang biasa tapi dengan cara yang istimewa. Ah, rasanya perlu juga membeli buku ini.

    Recent Post: Wishful Wednesday: Ratu Selja dan Gerda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Monggo, Mas. suka pembukaan cerpen dan judul-judulnya yang unik.

      Delete