Sunday 25 September 2016

[Resensi] Inspirasi para Tokoh dari Berbagai Penjuru Dunia

Judul               : Faces & Places
Penulis             : Desi Anwar
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Agustus 2016
Tebal               :  ix + 382 hlm
ISBN               :  978-602-03-2489-0
Buku ini memuat 35 tokoh dan 50 tempat yang menginspirasi. Salah satunya dari Karen Amstrong tentang Tuhan. Menurut Amstrong, sikap welas asih lebih penting dalam menjalani hidup, apa pun agama seseorang, termasuk kalau dia tidak beragama. Dasar segala agama adalah cinta kasih, walau sering terkubur di bawah dogma serta rasa saling takut dan curiga antaragama (hal 63).
Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama menegaskan, orang  tak perlu beragama untuk bisa mempraktikkan welas asih. Setiap manusia seharusnya hidup dengan mengikuti kaidah emas Konghucu, “Jangan melakukan kepada orang lain apa yang engkau tidak ingin orang lain lakukan untukmu.”
Ada  tentang kisah  Chanee, Gibbon Guy yang peduli owa, spesies kera yang menuntun warga Prancis bernama asli Aurelien Brule ini berusaha mendapat kewarganegaraan Indonesia agar bisa melindungi primate yang hampir punah. Dia menelepon kementerian kehutanan setiap hari selama setahun hingga akhirnya pemerintah Indonesia memberikan izin untuk mendirikan yayasan owa. Dia membangun kamp di kawasan pelestarian dan suaka owa di Taman Nasional Pararawen di Barito Utara, Kalimantan Tengah (hal 88-89).
Tidak kalah menarik cerita  suku Komoro di Papua.  Seorang warga Hongaria Kal Muller begitu berdedikasi  terhadap orang Papua. Dia  membantu suku Komoro yang memiliki budaya memahat untuk mengasah keahlian membuat ukiran (hal 210).
Sedang mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandala  mengajarkan bahwa hati yang terbuka  lebih penting daripada kekuasaan. Keberanian terletak pada pengampunan, bukan mengumbar amarah. Setiap manusia apa pun ras, warna kulit, serta agamanya adalah setara (hal 248-249).
Di Yangon (Rangoon), Myanmar, warga setempat masih suka mengenakan pakaian tradisional seperti sarung dan sandal hitam untuk berbusana sehari-hari. Di tengah modernitas, Yangon tetap bisa melestarikan banyak arsitektur kolonial indah peninggalan Inggris dan taman kota rindang dengan danau cantik (hal 245).
Dari dalam negeri ada pengalaman di desa dekat Kota Batu. Di ketinggian di atas 1.800 meter, udaranya masih bersih dari pencemaran dataran rendah. Cuacanya sejuk dan tanahnya subur. Berbagai hasil bumi tumbuh subur untuk kebutuhan sehari-hari.  Alam selalu memberi semua kebutuhan (hal 267).
Masih banyak tokoh dan tempat lain yang menyebarkan pola pikir baru dan sangat menginspirasi. Di antaranya,  pertemuan dengan Bill Gates, Zidane, Joop Ave, Presiden Ramos, Guru Chin Kung. Juga cerita perjalanan di Tokyo, Paris, Shanghai, dan seterusnya. 
Diresensi Ratnani Latifah, lulusan  Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Jateng

Dimuat di Koran Jakarta, Jumat 23 September 2016 

Dimuat di Koran Jakarta, Jumat 23 September 2016 


No comments:

Post a Comment