Wednesday 7 September 2016

[Resensi] Kisah Cinta Berbalut Isu Sastra

Judul               : Harmoni
Penulis             : Heruka
Penyunting      : Diara Oso
Penerbit           : de Teens
Cetakan           : Pertama, April 2016
Halaman          : 240 hlm
ISBN               : 978-602-296-199-4
Peresensi         : Ratnani Latifah,penikmat buku dan penyuka literasai alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Setiap orang sudah pasti memiliki selera bacaan masing-masing sehingga dalam menyikapinya tidak perlu adanya penghakiman bahkan penghinaan. Sebagaimana diketahui setiap genre tulisan—baik sastra atau pop—sudah pasti memiliki pasar masing-masing. Perbedaan yang ada harusnya disikapi dengan saling menghormati.

Novel ini mengisahkan tentang Rafal yang maniak sastra dan selalu memandang rendah pada penulis atau bahkan penikmat buku-buku bergenre pop.  Rafal beranggapan bahwa novel berjenis teenlit dan metropop adalah hal yang menggelikan. Buku-buku tersebut hanya menjual tema cinta dan drama. Sangat lucu baginya membaca buku yang isinya hanya mennyajikan sekelumit kisah tanpa hal-hal baru yang bisa membuatnya berpikir.(hal. 33)

Anggapan ini tentu saja membuat Paras yang notabene seorang penyuka buku dan juga penulis teenlit marah. Paras beranggapan Rafal itu terlalu berlebihan dalam menghakimi buku-buku pop dan mendewakan sastra.  Itulah awal ketidakcocokan mereka.  

Ketidakcocokan mereka semakin memanas ketika keduanya dipertemukan dalam Writing Clinic—latihan kepenulisan yang digalakkan komunitas Gerakan Menulis yang berkerjasama dengan sebuah penerbit untuk mendorong bibit-bibit penulis muda agar semakin giat berkarya. Kebetulan Paras menjadi pembicara sebagai salah satu penulis dengan karya best seller  dan Rafal sebagai peserta.

Dalam materi singkatnya Paras memberikan tanggapan mengenai isu sastra dan pop. “Setiap penulis pasti memiliki gaya yang berbeda. Dan setiap  buku yang ditulisnya pasti memiliki segmen masing-masing. Kita nggak bisa membandingkan novel teenlit dengan novel-novel genre sastra karena—tentu saja—keduanya berada di jalur yang berbeda.  (hal. 107) Tanggapan ini pun akhirnya memicu adu argumen antara Paras dan Rafal.

Namun siapa sangka setelah kegiatan itu Paras dan Rafal malah menjadi dekat—saling berbagi ilmu dalam kepenulisan.  Ternyata sedikit banyak Rafal menyadari bahwa selama ini dia terlalu kaku dalam menanggapi sesuatu dan dia ingin berubah. Perlahan kedekatan itu ternyata membuat Paras  simpati dengan Rafal namun sebuah kenyataan bahwa Rafal sudah memiliki seseorang yang disukai tentu saja membuat Paras sedih. Entah bagaimana kisah mereka berlanjut. Selain pertanyaan itu  masih ada beberapa pertanyaan lain yang membuat novel ini harus dibaca.  Misalnya tentang bagaimana nasib tulisan yang sedang ditulis Rafal dan revisi novel Paras yang akan diterbitkan.

Sebuah novel yang recomended untuk dibaca. Dipaparkan dengan bahasa renyah dan mengalir.  Beberapa keselahan yang ada tidak mengurangi keasyikan dalam membaca. Dari novel ini kita bisa belajar arti saling menghormati  dan dalam meraih mimpi itu tidak bisa instan.


Srobyong, 17 Agustus 2016 


Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Sabtu 3 September 2016 


2 comments:

  1. wah keren nih reviewnya,.. penasaran pengen baca keseluruhan, hehe

    http://www.hijabmoderncantik.com/

    ReplyDelete