Wednesday 20 July 2016

[Resensi] Cara Mudah Memikat Hati Orang Lain


Judul               : Cara Mudah Memikat Hati Orang Lain
Penulis             : Dwi Suwiknyo
Penerbit           : Quanta, Elex Media  Komputindo
Cetekan           : Pertama, Desember 2015
Halaman          : v + 151 hlm
ISBN               : 978-602-02-7796-7
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat buku dan liteasi, alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin bisa hidup sendirian. Dalam hubungan kemasyarakatan, manusia membutuhkan cara berkomunikasi yang baik. Karena cara berkomunikasi yang baik sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup kita. 

Sadar atau tidak dalam setiap pergaulan akan selalu muncul like dan dislike. Lalu bagaimana cara agar dalam pergaulan orang itu bisa menerima—menyukai kita? Dalam buku ini akan dipaparkan bagaimana cara bergaul, berkomunikasi yang baik dan memikat hati  yang akan bermanfaat untuk menghadapi hubungan sosial kita. 

Mengajak untuk menggali potensi diri untuk menyeimbangkan hidup.  Perlu diingat, bahwa energi negatif yang terpancar, tidak akan mampu memikat hati orang lain. (hal. 3) Untuk mencapai menjadi pribadi yang lebih baik dalam pergaulan—hubungan sosial setidaknya ada 3 cara yang akan diulas dalam buku ini.

Pertama, Kemampuan Berbicara. Bicara adalah bagian dari komunikasi dan menjadi pusat perhatian orang lain. Bahwa kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap cara berbicara. Cara berbicara yang baik yaitu berkata benar. 

“Berkata benar itu membawa berkah di kemudian hari. (hal. 11)  Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur membawa pada kebajikan, membawa pada surga.  Berkata fasih. “Bicaralah dengan fasih, itu akan mudah diingat dan membekas di hati.” (hal. 19) Dengan berbicara fasih, hal itu akan membuat orang yang mendengarnya mudah memahaminya.

 Berkata baik.  Kata yang baik adalah sumber kebaikan hidup. (hal. 28) Bagaimaan cara bertutur kata bisa dijadikan penilaian bagaimana kepribadian seserang. Karena biasanya orang yang berkepribadian baik memang lebih suka berkata baik. 

Berkata hormat.  Hal ini sangat penting dilakukan. Seberapa tinggi derajat yang dimiliki seseorang, dia tidak boleh berkata meremehkan, apalagi kepada orangtua. “Kelebihan diri bukanlah alasan untuk meremahkan orang lain, terlebih orangtua.” (hal. 37) Berkata Lemah Lembut. Kenapa harus lemah lembut? Karena berkata dengan penuh lemah lembut bisa melembutkan hati orang lain. 

Dan terakhir berkata pantas. Karena pribadi yang bisa memantaskan dirinya untuk mampu bersahabat dengan orang lain. Maka dia telah pantas untuk dijadikan sahabat. (hal. 49)

Kedua, Kemampuan Mengontrol diri. Dalam bergaul—sosialisasi, kepekaan dalam memahamsi situasi itu sangat penting untuk dimiliki. Karena dengan mengetahui situasi orang akan bisa beradaptasi dengan baik. Bagaimana cara; bisa dimulai dengan senyum. 

Karena senyum memiliki kekuatan yang sangat besar yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun. Orang akan sangat senang disapa dengan menyunggingkan senyum yang tulus. Senyum bisa menghapus benci menjadi sayang.  

Lalu salam dan sapa. Salam adalah bukti kepedulian karena dalam salam terkandung doa bagi siapa saja yang kita temui. Dan pada sapaan adalah bukti nyata kita menghargai keberadaan orang lain. Tidak ketinggalan  untuk selalu sopan dan santun. Kesopanan akan menunjukkan pribadi seseorang itu baik atau buruk. 

Kesopanan bisa menumbuhkan kebahagiaan. Sedang pribadi yang santun akan senantiasa dirindukan orang lain. Selain mengamalkan 6B dan 5S, sebenarnya masih ada rumus 4T; taaruf, tafahum, tafakul dan teladan. 

Buku ini dipaparkan dengan bahasa santun dan bersahabat. Dilengkapi dengan kisah-kisah nyata yang menginspirasi serta dalil-dalil pendukung. Sangat sarat makna. Buku ini mengajak untuk mulai memperbaiki diri bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan memikat hati. 

Dalam sosialisasi memang tidak baik jika selalu mengedepankan egoisme. Kita harus memiliki cara baik agar orang bisa merasa nyaman. Menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang selalu dicari-cari dan dirindukan kehadirannya. Jangan sampai menjadi pribadi yang dijauhi.

Harus diingat, bahwa ternyata sesuatu yang kecil dan kadang disepelekan ternyata memiliki kemanfaatan yang luar biasa. Jadi mulai sekarang mari mulai memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pribadi yang rendah hati dan selalu berbuat baik pada sesama. Mustahil semua orang akan menyukai kita bila kita tidak pernah berbuat kebaikan untuk mereka. Tidak usah menunggu lagi, bersegeralah berbuat yang terbaik karena kebaikan pula yang akan kembali kepada kita.” (hal. 127)

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 17 Juli 2016 

4 comments:

  1. Oh orang Jepara ya...
    Berarti temanya Mbak Susindra
    Salam kenal dari Rembang

    ReplyDelete
  2. Bukunya mas Dwi emang bagus ya, yang ini aku belum punya. Cocok ya buat kado ultah anak remaja, untuk pembelajaran etika :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak. banyak pembelajaran setelah membaca buku ini ^_^

      Delete