Picture by Ratnani Latifah |
Judul :
Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir
Penulis :
Riawani Elyta & Risa Mutia
Penerbit : Quanta
Cetakan : Pertama, Agustus 2019
Tebal :
234 halaman
ISBN : 978-623-00-0386-8
“Cukup
Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan
Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.” (hal v).
Siapa sih yang tidak meraih
kebahagiaan dalam hidupnya? Bohong jika kita mengatakan tidak. Karena
kebahagiaan adalah satu dari tujuan yang
diinginkan setiap orang dalam hidup ini. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup
dalam kesusahan atau kesedihan. Bahkan ketika baru sebentar diganjar kesulitan,
kita akan cepat mengeluh kepada Allah. Kita merasa menjadi pribadi yang paling
malang dan lain sebagainya. Padahal masih banyak orang lain yang keadaannya
lebih memprihatinkan dari pada kita.
Lalu bagaimana cara meraih
kebahagiaan? Apakah dengan memiliki kekayaan berlimpah, berhasil meraih impian, menjadi orang sukses,
punya jabatan tinggi atau sederet keindahan dunia yang mudah untuk didapatkan? Melalui
buku ini kita akan menemukan tentang makna
kebahagiaan yang sebenarnya. Bahwa kebahagiaan itu tidak melulu tentang
keindahan dunia. Namun kebahagiaan
adalah ketika kita mau bersyukur dalam keadaan apa pun dan selalu berserah
kepada Allah.
Buku bertajuk “Hanya Cinta-Nya,
Tujuan Jiwa Ini Terlahir” akan memuat beragam motivasi hidup, yang membuat
kita memiliki pikiran yang lebih terbuka,
menjadi pribadi yang lebih baik, serta memahami
tentang arti syukur dan bahagia. Tidak hanya itu melalui buku ini kita bisa
menemukan berbagai solusi dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Kita akan
diajarkan untuk menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh dan selalu ingat
kepada Allah.
Pada bab pertama ada pembahasan
menarik tentang Tidak Ada Kebaikan yang Sia-sia. Di sini penulis menuturkan bahwa sebagai
makhluk sosial kita dianjurkan untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja.
Namun dengan catatan dalam berbuat baik, harus kita iringi dengan keikhlasan. Perbuat baik
yang disertai sifat ikhlas akan membuat kita lebih dekat kepada Allah. Selain
itu, meskipun ketika kita telah berbuat baik, tapi orang lain tidak peduli dan
bahkan mencemooh, kita harus selalu yakin bahwa kebaikan yang kita lakukan
tidak akan berakhir sia-sia. Selalu ada balasan yang Allah berikan bagi
hamba-Nya yang mau berbuat baik kepada sesama. Ustaz Hanan Attaki, Lc
memaparkan, “Teruslah berbuat baik meski itu melelahkan, karena lelahnya
akan hilang sedangkan pahalanya, insya Allah akan terus ada.” (hal 5).
Kebaikan atau kepedulian mengajarkan kita untuk tidak selalu melihat
seseorang yang di atas saja, tapi kita juga diajak untuk melihat orang yang
berada di bawah kita. Dengan begitu, maka akan timbul rasa syukur dan tidak
besar kepala. Hasan Al Bashri berkata, “Lakukanlah sebaik sekecil apa pun
karena kau tak pernah tahu kebaikan apa yang akan membawamu ke surga.” (hal
9).
Pada bab kedua dipaparkan dengan
lugas tentang Waktu adalah Kehidupan yang Terus Melaju. Pada bab
ini kita diingatkan pentingnya mengelola waktu dengan baik agar tidak menjadi
orang yang rugi. Jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang
tidak bermanfaat. Sebaliknya kita harus memanfaatkan waktu untuk ibadah kepada
Allah dan agar terhindar dari hidup yang sia-sia.
“Waktu adalah sesuatu yang tak akan
pernah kembali. Ambillah pelajaran dari masa lalu untuk membuatmu bijak dalam
menjalanai kehidupanmu saat ini.”
(hal 71).
Kita tidak boleh terlena dengan
waktu luang. Boleh saja kita memikirkan masalah dunia, tapi jangan sampai kita
lupa mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat. Keduanya sama-sama penting.
Jadi kita harus menempatkannya sesuai poris masing-masing. Jangan sampai karena
sibuk dunia, kita menjadi terlena. Sehingga Allah berpaling dari kita dan
menjauhkan kita dari rahmat-Nya.
Meraih Kebahagiaan
Hakiki bab ketiga yang menuturkan
tentang cara kita dalam meraih kebahagiaan yang sebenarnya. Agar kita meraih kebahagiaan maka kita
diajurkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf, karena sifat pemaaf akan menjauhkan
kita dari rasa dendam yang bisa mengotori hati. Kemudian kita diajarkan untuk
menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Syukur akan membuat kita selalu mengingat
Allah dalam setiap saat—baik saat susah atau senang. Tidak kalah menarik di
sini kita dijelaskan bahwa kebahagiaan juga bisa hadir dari kebiasaan senang
berbagi dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Yang terakhir Optimis adalah
Bingkai Cinta memuat tentang berbagai motivasi kehidupan dalam keseharian
kita. Di mana kita diajak untuk menjadi pribadi yang memiliki semangat juang—baik
dalam upaya meraih impian di dunia juga dalam upaya mendekatkan diri kepada
Allah. Jika kita ingin menjadi orang
sukses maka kita harus menjadi pribadi yang fokus, percaya diri, dan tidak mudah putus asa.
Secara keseluruhan, buku ini mencoba
menunjukkan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah, maka kita akan
merasakan kebahagiaan. Allah adalah sebaik-baiknya tempat untuk berserah dan bersandar. Boleh kita berusaha meraih kebahagiaan di
dunia, namun jangan lupa untuk memperbanyak amalan yang berhubungan dengan
urusan akhirat. Ketika kita hanya bersandar kepada Allah, maka Allah akan
memudahkan kita dalam setiap langkah.
Buku ini merupakan buku nonfiksi ketiga
karya Mbak Ria yang sudah saya baca. Dan sebagaimana buku sebelumnya, Kitab Sakti Remadja Oenggoel dan Waspada Jejak Haram yang Mengingtai saya
menikmati setiap lembar ketika membaca buku ini. Apalagi buku ini dipaparkan dengan bahasa
sederhana yang mudah dicerna dan tidak jlimet. Buku ini memuat banyak sekali
pembelajaran yang disertai dengan quote-quote yang menginspirasi. Melalui buku
ini saya belajar bahwa untuk meraih kebahagiaan dan cinta dari Allah, maka kita
harus banyak melakukan perbuatan baik dan memiliki sikap optimis.
Video ini berisi review
singkat yang disertai quote-quote dalam buku “Hanya Cinta-Nya, Tujuan Jiwa Ini
Terlahir”
Srobyong, 4 September 2019
Terima kasih Ratna....terharuu ada videonya juga, foto2nya juga cakep2 ������
ReplyDeleteSama-sama Mbak, semoga berkenan dengan ulasan ini ^_^ :)
Delete