Thursday 12 September 2019

[Traveling] Bukit Bejagan, Perjalanan Penuh Perjuangan



Pict. Doc. Pribadi

“Tidak ada yang mudah dalam upaya meraih mimpi dan harapan, sebagaimana ketika kau ingin menjejakkan kaki di tempat-tempat dengan pesona alam, harus ada perjuangan, jatuh bangun hingga akhirnya berhasil untuk meraih puncak. Karena hidup memang selalu butuh perjuangan, bukan?” (Ratnani Latifah)

            Selain pesona laut yang indah dan memesona, Jepara  juga memiliki pesona wisata alam yang tidak kalah memukau dan mengagumkan. Salah satunya adalah wisata Bukit Bejagan yang terletak di desa Duplak, Tempur, Keling, Jepara. Tempat ini menyuguhkan pemandangan alam yang begitu indah memesona, hingga akan mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Yah, inilah salah satu tempat yang sudah sejak dulu ingin saya datangi. Saya sangat penasaran dengan keindahan alam yang selalu dielukan di sana-sini, khususnya bagi penikmat traveling.

 Karena itu, ketika mendengar suami  bilang ia ada jam bebas karena libur kerja, maka dengan semangat saya langsung mengusulkan untuk  melakukan perjalanan wisata ke Bukit Bejagan.  Alhamdulillah usul kali ini akhirnya diterima. Kenapa? Karena sebelumnya ketika berkali-kali mencoba mengajaknya ke Tempur, ia akan selalu menolak dengan berbagai alasan.

Hari Minggu 8 September 2019, Kami memulai perjalanan sekitar pukul 08.00 WIB.  Dari arah Mlonggo kami langsung melaju menuju jalan raya Keling- Jepara. Untuk tahap awal alhamdulillah semua berjalan lancar. Karena jalan itu sudah berkali-kali dilalui. Hehhe.  Hingga kemudian kami memasuki area wisata desa Tempur. Di sinilah perjuangan itu kami mulai. Karena jujur kami masih awam dengan daerah tersebut.

[Pemandangan yang akan sering kita lihat dalam perjalanan. Pict. Doc. Pribadi]

Di sana kami harus bersiap mengikuti arus jalan yang penuh lika-liku, naik turun dengan banyak tanjakan juga belokan. Jadi  sebagai pengingat sebelum melakukan perjalanan wisata ke Tempur, kita harus cek kesehatan motor dulu dengan baik. Karena  untuk menempuh perjalanan ke sana, kita akan menghabiskan cukup banyak waktu dengan berbagai tantangan. Mengingat letak desa ini berada di ketinggian kurang lebih 800 meter di atas permukaan laut.  Desa ini juga terletak cukup jauh dari arah kota. Kalau dihitung dari Mlonggo sendiri, kurang lebih 43,3 km untuk bisa sampai di sana. Wow banget, kan?  Jadi  untuk masuk awal ke desa Tempur, setidaknya kita harus melewati kurang lebih 25 km. Dan bertambah sekitar 18 km untuk sampai di Bukit Bejagannya.

[Pict. Doc. Pribadi . Ketika sempat berhenti sebentar di jalan menikmati pesona alam di sekeliling] 

Dalam perjalan ini sendiri, sebelum sampai ke sana, kami sempat tersasar menuju ke Desa Klepu.  Yah, perlu perjuangan panjang untuk sampai di sana. Tak sekali dua kali kami tersesat. Selain sempat tersesat dan hampir memasuki Desa Klepu, kami sempat teresat di kawasan jalan ekstrim di sana.  Asli jalannya sangat mengerikan, karena semua jalan terlihat menanjak.

[Pict. Doc. Pribadi] 

Akan tetapi yang lebih menegangkan adalah ketika kami hampir sampai di lokasi wisata, motor yang dalam keadaan menanjak tiba-tiba mati? Duch ... ngeri banget.  Namun hal itu tidak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi desa yang memiliki pesona alam yang luar biasa ini.  Karena, di balik ketajaman jalan yang begitu menantang itu, kita akan ditemani pemandangan indah yang memanjakan mata. Asli kerena dan bikin kita betah untuk memandangnya berlama-lama.

Pict. Doc. Pribadi

Beruntung saat itu kami bertemu warga desa. Dengan cekatan beliau ini menjelaskan mungkin karena faktor motor yang lelah dan kepanasan, hingga akhirnya mesin mati. Kami diberitahu untuk tidak terlalu cemas. Kami hanya disuruh menunggu untuk istirahat agar motor kembali normal. Dan alhamdulillah tidak lama kemudian motor memang kembali normal. Fiuh ... leganya. Di sini  kami sudah sangat ketar-ketir. Apakah motor masih kuat menempuk perjalanan atau harus pulang ketika tempat wisata sudah hampir sejengkal.

Pict. Doc. Pribadi

Oh iya, untuk sampai ke desa Duplak, tempat dukuh wisata Bukit Bejagan berada, maka langkah awalnya adalah kita harus sampai terlebih dahulu di desa Tempur—yang mana jalannya sudah saya cerita dengan berbagai tanjakan, tikungan dan lain sebaginya. Di mana kurang lebih kita akan memakan waktu sekitar satu jam-an, tergantung kecepatan motor juga mungkin, ya.  Capek banget pastinya.  Namun jangan khawatir rasa capek itu akan terbayar ketika kita melihat sekeliling yang memiliki pesona yang luar biasanya.

Karena asli pemandangan dalam setiap jalan yang kita lalui itu memang sangat memesona. Jika lelah kita bisa rehat sejenak sambil penikmati aroma pedesaan yang masih asri. Boleh kok kita berswafoto di sekitar sawah atau di bebatuan sungai yang ada di sekitar jalan.  Karena hasilnya tidak kalah eksotis.

Pict. Doc. Pribadi

Lalu, ketika kita sampai di Desa Duplak, kita akan disambut penjaga yang akan meminta kita untuk melaporkan nama, alamat dan tujuan pendakian kita. Yup, dalam setiap pendakian kita diharapkan melapor terlebih dahulu. Setelah itu kita baru bisa melanjutkan perjalalan. Untuk rute jalan sejak awal sebenarnya sudah sangat bagus dan sudah diaspal licin. Hanya saja jalanan mulai ekstrim berbatu-batu dimulai ketika kita akan sampai di Bukit Bejagan. Yah, di sana jalannya masih cukup ngeri, dengan rute yang tidak kalah menanjak juga penuh kelokan.

Pict. Doc. Pribadi

Namun perjuangan itu akan terbayar ketika kita sampai di sana. Yah, setelah perjuangan panjang dan sempat ketar-ketir, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Duch ... rasanya campur aduk, antara senang, tidak menyangkan setelah perjuangan panjang dari rumah hingga lokasi.  Di sana kami disambut dengan pamandangan alam yang luar biasa. Indah dan memukau, tidak kalah dengan pemandangan alam yang kami lewati dalam perjalanan menunju tempat ini.

Pict. Doc. Pribadi

            Pilihan lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk berswafoto pun cukup banyak. Tinggal pilih. Dari foto di gardu pandang yang ada rumah kecilnya. Atau ada pula gardu pandang berbentuk love, serta gardu pandang berbentuk segi tujuh. Itu belum seberapa. Kalau mau naik lagi ada pula gardu pandang seperti rumah burung dan banyak lagi. Tinggal kita pilih mana yang nyaman di hati.

[Pict. Doc. Pribadi]

            Wisata ini juga dilengkapi dengan kamar mandi yang bersih dan tempat shalat, serta warung-warung makan. Jadi ketika dari rumah nggak bawa bekal, kita nggak perlu khawatir kelaparan. Hehhe.

[Pict. Doc. Pribadi] 

            Oh iya untuk tiket masuk ke wisata ini juga cukup terjangkau, lho. Hanya Rp 5.000,-- per orang kita bisa menjelajahi wisata ini sepuasnya.  Namun  perlu kami ingatkan juga setelah turun dari pendakian kita, kita dianjurkan untuk menyiram rem cakram motor kita. Ada kok setelah dari tempat pendaftaran pendakian tidak lama nanti ada blung kecil tempat air, yang bisa kita manfaatka. Selamat berlibur dan semoga bermanfaat. J

Srobyong, 12 September 2019

No comments:

Post a Comment