Pict. Doc. Pribadi
“Tidak
ada yang mudah dalam upaya meraih mimpi dan harapan, sebagaimana ketika kau
ingin menjejakkan kaki di tempat-tempat dengan pesona alam, harus ada
perjuangan, jatuh bangun hingga akhirnya berhasil untuk meraih puncak. Karena
hidup memang selalu butuh perjuangan, bukan?” (Ratnani
Latifah)
Selain
pesona laut yang indah dan memesona, Jepara
juga memiliki pesona wisata alam yang tidak kalah memukau dan
mengagumkan. Salah satunya adalah wisata Bukit Bejagan yang terletak di desa
Duplak, Tempur, Keling, Jepara. Tempat ini menyuguhkan pemandangan alam yang
begitu indah memesona, hingga akan mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Yah,
inilah salah satu tempat yang sudah sejak dulu ingin saya datangi. Saya sangat
penasaran dengan keindahan alam yang selalu dielukan di sana-sini, khususnya
bagi penikmat traveling.
Karena itu, ketika mendengar suami bilang ia ada jam bebas karena libur kerja,
maka dengan semangat saya langsung mengusulkan untuk melakukan perjalanan wisata ke Bukit
Bejagan. Alhamdulillah usul kali ini
akhirnya diterima. Kenapa? Karena sebelumnya ketika berkali-kali mencoba
mengajaknya ke Tempur, ia akan selalu menolak dengan berbagai alasan.
Hari Minggu 8 September 2019, Kami
memulai perjalanan sekitar pukul 08.00 WIB.
Dari arah Mlonggo kami langsung melaju menuju jalan raya Keling- Jepara.
Untuk tahap awal alhamdulillah semua berjalan lancar. Karena jalan itu sudah
berkali-kali dilalui. Hehhe. Hingga
kemudian kami memasuki area wisata desa Tempur. Di sinilah perjuangan itu kami
mulai. Karena jujur kami masih awam dengan daerah tersebut.
[Pemandangan yang akan sering kita lihat dalam perjalanan. Pict. Doc. Pribadi] |
Di sana kami harus bersiap
mengikuti arus jalan yang penuh lika-liku, naik turun dengan banyak tanjakan
juga belokan. Jadi sebagai pengingat
sebelum melakukan perjalanan wisata ke Tempur, kita harus cek kesehatan motor dulu
dengan baik. Karena untuk menempuh
perjalanan ke sana, kita akan menghabiskan cukup banyak waktu dengan berbagai
tantangan. Mengingat letak desa ini berada di ketinggian kurang lebih 800 meter
di atas permukaan laut. Desa ini juga
terletak cukup jauh dari arah kota. Kalau dihitung dari Mlonggo sendiri, kurang
lebih 43,3 km untuk bisa sampai di sana. Wow banget, kan? Jadi
untuk masuk awal ke desa Tempur, setidaknya kita harus melewati kurang
lebih 25 km. Dan bertambah sekitar 18 km untuk sampai di Bukit Bejagannya.
[Pict. Doc. Pribadi . Ketika sempat berhenti sebentar di jalan menikmati pesona alam di sekeliling]
Dalam perjalan ini sendiri, sebelum
sampai ke sana, kami sempat tersasar menuju ke Desa Klepu. Yah, perlu perjuangan panjang untuk sampai di
sana. Tak sekali dua kali kami tersesat. Selain sempat tersesat dan hampir
memasuki Desa Klepu, kami sempat teresat di kawasan jalan ekstrim di sana. Asli jalannya sangat mengerikan, karena semua
jalan terlihat menanjak.
[Pict. Doc. Pribadi]
Akan tetapi yang lebih menegangkan
adalah ketika kami hampir sampai di lokasi wisata, motor yang dalam keadaan
menanjak tiba-tiba mati? Duch ... ngeri banget. Namun hal itu tidak menyurutkan niat kami
untuk mengunjungi desa yang memiliki pesona alam yang luar biasa ini. Karena, di balik ketajaman jalan yang begitu
menantang itu, kita akan ditemani pemandangan indah yang memanjakan mata. Asli
kerena dan bikin kita betah untuk memandangnya berlama-lama.
Pict. Doc. Pribadi
Beruntung saat itu kami bertemu
warga desa. Dengan cekatan beliau ini menjelaskan mungkin karena faktor motor
yang lelah dan kepanasan, hingga akhirnya mesin mati. Kami diberitahu untuk
tidak terlalu cemas. Kami hanya disuruh menunggu untuk istirahat agar motor
kembali normal. Dan alhamdulillah tidak lama kemudian motor memang kembali
normal. Fiuh ... leganya. Di sini kami
sudah sangat ketar-ketir. Apakah motor masih kuat menempuk perjalanan atau
harus pulang ketika tempat wisata sudah hampir sejengkal.
Pict. Doc. Pribadi
Oh iya, untuk sampai ke desa
Duplak, tempat dukuh wisata Bukit Bejagan berada, maka langkah awalnya adalah
kita harus sampai terlebih dahulu di desa Tempur—yang mana jalannya sudah saya
cerita dengan berbagai tanjakan, tikungan dan lain sebaginya. Di mana kurang
lebih kita akan memakan waktu sekitar satu jam-an, tergantung kecepatan motor
juga mungkin, ya. Capek banget pastinya.
Namun jangan khawatir rasa capek itu
akan terbayar ketika kita melihat sekeliling yang memiliki pesona yang luar
biasanya.
Karena asli pemandangan dalam
setiap jalan yang kita lalui itu memang sangat memesona. Jika lelah kita bisa
rehat sejenak sambil penikmati aroma pedesaan yang masih asri. Boleh kok kita
berswafoto di sekitar sawah atau di bebatuan sungai yang ada di sekitar
jalan. Karena hasilnya tidak kalah
eksotis.
Pict. Doc. Pribadi
Lalu, ketika kita sampai di Desa
Duplak, kita akan disambut penjaga yang akan meminta kita untuk melaporkan
nama, alamat dan tujuan pendakian kita. Yup, dalam setiap pendakian kita
diharapkan melapor terlebih dahulu. Setelah itu kita baru bisa melanjutkan
perjalalan. Untuk rute jalan sejak awal sebenarnya sudah sangat bagus dan sudah
diaspal licin. Hanya saja jalanan mulai ekstrim berbatu-batu dimulai ketika
kita akan sampai di Bukit Bejagan. Yah, di sana jalannya masih cukup ngeri,
dengan rute yang tidak kalah menanjak juga penuh kelokan.
Pict. Doc. Pribadi
Namun perjuangan itu akan terbayar
ketika kita sampai di sana. Yah, setelah perjuangan panjang dan sempat
ketar-ketir, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Duch ... rasanya campur
aduk, antara senang, tidak menyangkan setelah perjuangan panjang dari rumah
hingga lokasi. Di sana kami disambut
dengan pamandangan alam yang luar biasa. Indah dan memukau, tidak kalah dengan
pemandangan alam yang kami lewati dalam perjalanan menunju tempat ini.
Pict. Doc. Pribadi
Pilihan
lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk berswafoto pun cukup banyak. Tinggal pilih.
Dari foto di gardu pandang yang ada rumah kecilnya. Atau ada pula gardu pandang
berbentuk love, serta gardu pandang berbentuk segi tujuh. Itu belum seberapa.
Kalau mau naik lagi ada pula gardu pandang seperti rumah burung dan banyak
lagi. Tinggal kita pilih mana yang nyaman di hati.
[Pict. Doc. Pribadi]
Wisata
ini juga dilengkapi dengan kamar mandi yang bersih dan tempat shalat, serta
warung-warung makan. Jadi ketika dari rumah nggak bawa bekal, kita nggak perlu
khawatir kelaparan. Hehhe.
[Pict. Doc. Pribadi]
Oh iya
untuk tiket masuk ke wisata ini juga cukup terjangkau, lho. Hanya Rp 5.000,--
per orang kita bisa menjelajahi wisata ini sepuasnya. Namun
perlu kami ingatkan juga setelah turun dari pendakian kita, kita
dianjurkan untuk menyiram rem cakram motor kita. Ada kok setelah dari tempat
pendaftaran pendakian tidak lama nanti ada blung kecil tempat air, yang bisa
kita manfaatka. Selamat berlibur dan semoga bermanfaat. J
Srobyong, 12 September 2019
No comments:
Post a Comment