Sumber gambar : shutterstock |
“Bacalah!
Karena membaca kita bisa membuka gerbang pengetahuan. Bacalah! Karena membaca
bisa membawa kita ke berbagai negeri seberang. Bacalah! Karena membaca bisa
memberi kita kesehatan—terapi jiwa. Bacalah! Karena membaca kita berdaya guna.”
(Ratnani Latifah)
Membaca merupakan salah satu gerakan literasi yang
harus kita tanamkan kepada anak sejak dini. Usia dini merupakan waktu yang
tepat dalam upaya mengenalkan kebiasaan membaca. Karena masa kanak-kanak,
merupakan masa golden age—di mana pada masa tersebut, merupakan masa
emas pada pertumbuhan anak. Artinya pada masa golden age, anak berada
pada masa kondisi yang baik untuk
menumbuhkan atau meningkatan kecerdasan yang dimiliki, dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang
baik atau memberikan pembelajaran yang baik kepada anak. Masa golden age adalah masa kritis,
yang akan menjadi landasan dan fondasi dari sikap anak itu sendiri.
Ketika kebiasaan baik—seperti pendidikan akhlak—sudah
diajarkan sejak kecil, maka ke depannya kebiasaan itu akan terus melekat hingga
tumbuh dewasa. Sebagaimana kebiasaan membaca. Ketika sejak kecil, kita sudah
diberi rangsangan untuk mengenal dan mencintai membaca buku, maka ketika tumbuh
dewasa, rasa suka itu akan terus ada. Karena disadari atau tidak, sering kali
kita tumbuh berdasarkan kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil.
Keluarga sebagai orang terdekat anak, memiliki peran
dan tanggung jawab pertama untuk
mengenalkan kebiasaan membaca, membangun gerakan literasi. Karena keluarga—tepatnya
orangtua—merupakan role mode yang akan ditiru dan diteladani oleh anak.
Di samping itu orangtua juga merupakan madrasah pertama anak. Oleh sebab itu,
orangtua harus pintar-pintar dalam mendidik dan mengasuh anak, agar anak tumbuh
sebagai generasi bangsa yang cerdas, beprestasi, berdedikasi, berguna bagi
agama nusa dan bangsa. Hal itu
merupakan, tugas dan tantangan bagi orangtua.
Literasi sendiri adalah istilah umum yang merujuk
kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu
yang diperlukan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga literasi, tidak bisa
dilepaskan dari kemampuan berbahasa. [1]
Literasi di sini tidak hanya berhubungan dengan
masalah baca tulis, karena literasi ternyata merangkum banyak hal, sebagaimana
yang dipaparkan Ibnu Aji Setiawan, bahwa literasi terdiri dari beberapa jenis
yaitu, literasi kesehatan, literasi finansial, literas digital, literasi data, literasi
kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, dan literasi
informasi.
Dan hemat saya, membaca adalah pangkal atau awal
mula, agar kita bisa berkembang untuk bisa menggalakkan semua jenis literasi
tersebut. Tanpa membaca kita akan kering dari ilmu pengetahuan dan
informasi. Karena membaca adalah guru dan sahabat yang bisa memberikan banyak
sekali sumber pengetahuan. Dengan membaca, berbagai ilmu pengetahuan akan mudah
kita peroleh, dan kita pun bisa berkembang untuk mempelajari suatu ilmu atau
bidang berdasarkan minat atau passion kita.
Namun, fakta di lapangan, minat membaca di Indonesia
masih sangat rendah. Berdasarkan berbagai survei dunia yang pernah dilakukan,
Indonesia berada di urutan 62 dari 72 negara—diambil dari penelitian Program
for International Student Assessment (PISA) 2015. Dan pada tahun 2016, The World’s Most
Literate Nations (WMLN), merilis daftar peringkat negara perihal tingkat literasi di dunia. Di mana
hal itu bersasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller, Presiden Central
Connecticut State Univesity (CCSU), di mana Indonesia berada di urutan nomor 60
dari 61 negara. Miris sekali bukan?
Sumber : Pustakawan Jogja |
Dan terlepas dari penelitian yang ada, di daerah
saya sendiri, minat baca di sana sangat rendah. Sebagai seorang yang berjibaku
dengan buku—suka menulis dan membaca—saya sangat ingin mengajak orang-orang di
sekitar saya untuk ikut gemar membaca. Saya bahkan menyediakan koleksi saya
untuk dibaca atau bahkan dipinjam. Namun sayang sekali, respon yang ada
menunjukkan sebaliknya. Banyak anak atau remaja yang lebih senang bermain gadget
dari pada membaca. Tidak hanya itu alasan
kenapa tingkat membaca di daerah saya rendah, ada kalanya berhubungan dengan
orangtua yang tidak mendukung anak ketika ingin membaca.
Ada sebuah pengalaman menarik yang beberapa kali
saya temui di sekitar saya. Ada dua anak
sebut saja nama Indah dan Mila. Kedua anak ini sebenarnya memiliki rasa
penasaran dan senang membaca buku. Namun sayangnya, kesenangan itu tidak mendapat
dukungan dari orangtua mereka. Ketika Indah
dan Mila ingin dibelikan buku, orangtua
mereka langsung mundur teratur, ketika mendengar harga buku yang diinginkan
anak. Di mana menurut orangtua mereka harga
buku yang diinginkan Mila dan Indah terlalu mahal. Padahal orangtua mereka mampu membelikan Mila
dan Intan gadget keluaran terbaru. Wow.
Kejadian itu sungguh membuat saya miris. Saya benar-benar tidak habis pikir, kenapa
satu buku seharga Rp 50.000, - terasa lebih mahal dari pada membelikan anak gadget
dengan harga jutaan rupiah? Dan yang lebih membuat saya tertohok adalah
ketika ibu-ibu tersebut mengatakan dengan enteng, “Aku pikir harga bukunya cuma
sepuluh ribu rupiah.”
Nah, kalau semua orangtua bersikap seperti itu, lalu
bagaimana minat baca anak bisa meningkat? Harga sebuah buku itu tidak sebanding
dengan isi dan pengetahuan yang bisa kita peroleh. Dan orangtua merupakan fondasi
atau cikal bakal yang memiliki peran penting dalam mengenalkan minat baca. Agar
anak tumbuh sebagai sosok yang gemar membaca, ada baiknya kita melakukan pendekatan
sebagai beriku :
Cara Mengenalkan Kebiasaan Membaca pada Anak
1.
Membacakan
cerita dari berbagai buku pada anak sejak dini
Sebagaimana yang pernah saya di paparkan di atas,
masa kanak-kanan merupakan masa golden age. Pada masa tersebut, anak memiliki potensi terbaik
dalam merekam segala hal yang dicontohkan orangtua. Nah, ketika sejak dini kita
sudah membiasakan anak mendengar berbagai cerita dari berbagai buku, maka
secara tidak langsung kita telah mengenalkan buku serta membangun fondasi awal
dalam gerakan literasi.
Selain memberi manfaat dalam mengenalkan buku,
membacakan cerita kepada anak, juga bermanfaat dalam memberikan rangsangan daya
pikir anak, sehingga anak lebih kritis, serba ingin tahu serta membangkitkan
imajinasi anak. Tidak kalah penting
membacakan cerita pun berpotensi menjadi awal mula orangtua dalam mendidik
karakter modal sejak dini. Karena buku-buku cerita yang ada saat ini, selalu
memberikan pesan moral yang bisa dijadikan contoh dan teladan.
2.
Mengajak anak
membeli buku sendiri
Ketika orangtua ingin mengenalkan buku pada anak,
maka salah satunya adalah dengan mengajak anak ikut berbelanja memilih buku
sendiri. Kita bisa memberikan kebebasan
bagi anak untuk memilikih buku yang disukai dan tidak memaksan anak untuk
membaca buku sesuai dengan selera kita. Yang terpenting adalah, kita tetap
mengawasi dan memberikan masukan jika memang diperlukan.
3.
Membuat
perpustakaan untuk anak
Agar anak semakin semangat membaca, kita juga bisa membuatkan
perpustakaan unuk anak. Di sana kita
menyediakan berbagai buku khusus tentang dunia anak. Keberadaan persputakaan
anak akan membuat anak semangat untuk memilih buku sesuai dengan kesukaannya
dan bisa membaca dengan puas. Dengan catatan dalam memilih buku anak kita juga
harus menyesuaikan dengan usia anak. Kita tidak boleh sembarangan dalam memilih
buku. Ketika anak baru usia 5 tahun, buku bergambar lebih direkomendasikan dari
pada memberi anak buku novel yang terdiri dari banyak kata. Dan tentunya itu cara yang salah dalam tahap awal mengenalkan
minat membaca. Ketika buku tidak sesuai usia, anak malah bisa jadi terbebani
dan merasa takut.
Selain memiliki perpustakaan sendiri di rumah,
mengajak jalan-jalan anak ke perpustakaan daerah atau perpustakaan nasioanl pun
bisa menjadi salah satu cara untuk mengenalkan anak dengan kegemaran mencintai
buku dan suka membaca. Lewat jalan-jalan tersebut kita bisa menjelaskan tentang
manfaat dari membaca buku, dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan.
5.
Tidak
Mengenalkan Gadget kepada Anak sebelum Waktunya
Saat ini hampir setiap orangtua membiarkan anaknya
bermain dengan gadget. Padahal ada masa tersendiri bagi anak untuk
dipebolehkan menggunakan gawai tersebut. Memang benar, ketika anak diberi gadget,
anak akan diam dan tidak rewel. Sehingga orangtua bisa bebas melakukan
aktivitas harian di rumah. Namun perlu kita ketahui, di balik kemudahan itu, gagdet
memiliki banyak sekali dampak buruk bagi anak.
Dalam buku “Digital Parenthink” karya Mona Ratuliu, memaparkan dengan gamblang
tentang berbagai dampak gadget bagi pertumbuhan anak. Di antara dampak yang akan terjadi pada anak
ketika terlalu sering menggunakan gadget adalah anak akan kehilangan
waktu untuk melakukan permainan dan melibatkan fisik. Hasilnya, anak akan
mengalami kesulitan pada keseimbangan tubuh.
Selain gadget juga membuat anak malah bergerak sehingga mudah terserang
penyakit, menjadi pribadi yang anti sosial dan banyak lagi.
Ikatan Dokter Anak di Amerika Serikat mengeluarkan
waktu tatap layar yang tepat. Anak di bawah 18 bulan tidak diperkenankan
menggunakan gadget, kecuali untuk aplikasi video chating. Bagi anak berusia 2-5 maksimal satu jam
perhari dalam menatap layar, namun harus dengan bimbingan orangtua. Anak
berusia di atas enam tahun ke atas, bisa diberikan batasan waktu yang tegas,
dalam menggunakan digital, di luar waktu “wajib” seperti sekolah, mengerjakan
tugas sekolah, membantu orangtua dan tidur.
Nah, daripada mengenalkan gadget kepada anak, alangkah
lebih baiknya orangtua mengenalkan buku yang memiliki banyak potensi dalam
mengembangkan daya kreativitas anak juga
bisa menambah pengetahuan anak.
Lepas dari bagaimana cara mengenalkan buku kepada
anak, kita juga harus memerhatikan cara memiliki buku bacaan yang tepat bagi
anak. Mengambil referensi dari buku karya Arleen A berjudul “Belajar Menulis
Cerita Anak” kita bisa menemukan buku yang pas sesuai dengan kebutuhan anak.
Cara Memilih Bacaan Anak yang Baik Sesuai Usia
- Buku Kata-kata (Word
Book) (Bayi - 3 tahun)
Buku ini biasanya belum mengandung
cerita atau hanya cerita tanpa plot. Halaman buku lebih banyak berisi
gambar. Buku ini terdiri dari 1-2 kata
per halaman, untuk menjelaskan gambar. Untuk jumlah halaman buku biasanya hanya
terdiri dari 10-20 halaman.
Contoh Buku Word Book |
- Buku cerita bergambar
pendek (Picture Book) (2-5
tahun)
Untuk buku picture book, di sini
sudah ada cerita sederhana. Seperti word book, buku ini juga dipenuhi gambar
per halaman dengan tambahan 1-2 kalimat dengan kosakata yang sederhana. Jumlah
halaman biasanya 16-24 halaman.
Contoh Buku Picture Books |
- Buku dengan bab (Chapter
Book) ( 5-8 tahun)
Buku ini biasanya memiliki cerita
yang lebih panjang dan dibagi dalam beberapa bab. Halamannya tidak lagi dipenuhi gambar, dan
biasanya hanya ada beberapa gambar pada satu babnya. Kosakata yang digunakan
sudah diperluas. Dan per halaman biasanya sudah penuh dengan teks cerita.
Jumlah halaman buku sekitar 40-100 halaman
Contoh Buku Chapter Book |
- Novel (7 tahun ke atas)
Buku novel ceritanya panjang dengan
plot yang rumit dan sulit ditebak dan biasanya dibagi dalam beberapa bab. Untuk
buku berjenis novel sudah mulai tidak menggunakan gambar, dan susunan
kalimatnya sudah menggunakan berbagai struktuk. Jumlah halaman untuk novel
biasanya lebih dari 80 halaman.
Contoh Buku Novel Anak |
Kemudian tidak kalah penting untuk mengenalkan buku kepada anak, kita
harus memahami genre-genre yang bisa dijadikan pilihan anak. Karena sudah tentu
setiap anak memiliki selera berbeda dalam memilih buku. Ada anak yang suka membaca buku misteri,
petualangan, ada juga yang suka membaca bergenre sejarah atau nonfiksi.
Memilih Genre Bacaan untuk Anak
- Petualangan, Misteri
dan Horor
Genre ini meski kadang menakutkan,
namun genre misteri dan horor, bisa mengasah keberanian dan rasa kritis anak
dalam menyelesaikan masalah.
Buku Bergenre Petualangan, Mistri dan Horor. Sumber : Buku Erlita Pratiwi |
- Fantasi
Membiarkan anak membaca buku
bergenre fantasi akan membantu anak dalam mengembangkan imajinasi anak yang
unik dan tidak terbatas.
Buku Bergenre Fantasi. Sumber : IG Gramedia Pustaka Utama |
- Sejarah
Buku bergenre sejarah—baik sejarah
perjuangan atau sejarah nabi, pastinya akan banyak membantu anak untuk
mengetahui sejarah di masa lampau juga untuk mengambil pembelajaran dari sana—baik
itu tentang semangat juang, atau kesabaran orang-orang terdahulu.
Buku Bergenre Sejarah |
- Nonfiksi
Untuk buku nonfiksi, buku-buku
semacam ini akan menawarkan banyak berbagai pengetahuan baru dan wawasan bagi anak.
Di mana pengetahuan itu tidak hanya tentang pengetahuan umum, namun juga
pengetahuan sejarah, sains, keagamaan dan banyak lagi.
Buku bergenre nonfiksi |
Selain orangtua atau keluarga yang berupaya dalam
mengenalkan dan meningkatkan minat baca, masyarakat pun harus ikut berperan
aktif melakukan kegiatan yang serupa. Dengan kerjasama yang baik atau saling
mendukung kegiatan gerakan literasi akan berpeluang lebih besar untuk
berkembang. Apa saja yang bisa dilakukan
masyarakat dalam mengenalkan dan meningkatkan gerakan literasi? Kita bisa
melakukan beberapa hal ini.
Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Budaya Membaca
dan Literasi
- Membuka Taman Baca
Untuk meningkatkan minat baca
kepada anak dan masyarakat luas, salah satu caranya adalah dengan membuat taman
baca. Keberadan taman baca dengan menghadirkan buku-buku lengkap—baik buku anak,
buku-buku untuk remaja, sastra dan buku-buku pengetahuan lainnya, hal itu akan
membantu masyarakat dalam mengakses buku.
Apalagi jika daerah yang bersangkutan, memiliki akses buku yang sulit.
- Membangun
Komunitas Membaca
Selain taman baca, membangun
komunitas membaca juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
minat baca. Di mana dalam komunitasi itu kita bisa membuat ide agar setiap
anggota rajin membaca dan mendapat tugas membuat ulasan dari setiap buku yang
sudah selesaikan dikhatamkan. Atau bisa
juga setiap berapa minggu sekali dilakukan diskusi membahasa buku-buku terbaru.
- Mengadakan Pelatihan
Menulis
Tidak kalah menarik, kita juga bisa
mengadakan pelatihan menulis, bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar
menulis—baik itu menulis puisi, cerpen, opini, resensi atau bahkan novel. Pelatihan menulis akan membantu kita
menemukan bibit-bibit baru yang kompeten dan berbakat untuk meramaikan dunia
literasi.
Namun untuk mensukseskan gerakalan literasi, semua
harus dimulai dari kesadaran diri masiang-masing. Tanpa adanya kesadaran diri,
kita tidak akan bisa mewujudkan semua rencana-rencana yang kita buat tersebut. Kita
harus mulai berpikir terbuka dan berpikir maju. Ketika gerakan literasi semakin
tumbuh berkembang, hal itu juga akan meningkatkan mutu sumber daya manusia di
masyarakat.
#SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga
Srobyong, 24 September 2019
Sumber :
Arleen A, Belajar Menulis Cerita Anak, Jakarta Erlangga for Kids, 2018
Arleen A, Belajar Menulis Cerita Anak, Jakarta Erlangga for Kids, 2018
Damarjati Danu, Benarkah
Minat Baca Anak Indonesia Serendah Ini?, https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini,
diakeses
tanggal 24 September 2019.
Pustakawan Jogja, “Peringkat Negara Literasi di Dunia : No. 1
Findaliandia, Lha Indonesia?” http://pustakawanjogja.blogspot.com/2016/03/peringkat-negara-literasi-di-dunia-no-1.html,
diakeses
tanggal 24 September 2019.
Ratuliu Mona, Digital
Parenthink, Jakarta : Noura Books, 2018.
Setiawan,
Ibnu Aji, Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi, http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/
diakeses tanggal 24 September 2019.
[1]
Ibnu Aji
Setiawan, “Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi”, http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/
akses 24 September 2019
Wah, referensi buku anaknya bikin mupeng. Yang seri misteri aku baru punya yang "Misteri Kota Topeng", pengen juga yang "Misteri Kota Berkabut" itu. Nah kalau Harry Potter dan buku pelengkapnya kami sudah punya. Itu salah satu koleksi turun temurun, jadi sengaja dilengkapi.
ReplyDeleteWah keren Mbak punya Harry Potter lengkap. Iya buku-buku misteri itu bagus banget. Recommended
ReplyDeleteAku dulu saking senang baca, sampai sobekan kertas pun kubaca. Hahaha, kalau ingat lucu rasanya.
ReplyDeleteWah iya, kah Mbak? 😁😂 Saya suku zaman masih sulit akses buku sukanya beli Bobo bekas 😁
Delete