Tuesday 24 September 2019

Membuka Gerbang Pengetahuan dengan Membaca








Sumber gambar : shutterstock


“Bacalah! Karena membaca kita bisa membuka gerbang pengetahuan. Bacalah! Karena membaca bisa membawa kita ke berbagai negeri seberang. Bacalah! Karena membaca bisa memberi kita kesehatan—terapi jiwa. Bacalah! Karena membaca kita berdaya guna.” (Ratnani Latifah)

Membaca merupakan salah satu gerakan literasi yang harus kita tanamkan kepada anak sejak dini. Usia dini merupakan waktu yang tepat dalam upaya mengenalkan kebiasaan membaca. Karena masa kanak-kanak, merupakan masa golden age—di mana pada masa tersebut, merupakan masa emas pada pertumbuhan anak. Artinya pada masa golden age, anak berada pada masa kondisi yang baik  untuk menumbuhkan atau meningkatan kecerdasan yang dimiliki,  dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang baik atau memberikan pembelajaran yang baik kepada anak.  Masa golden age adalah masa kritis, yang akan menjadi landasan dan fondasi dari sikap anak itu sendiri.

Ketika kebiasaan baik—seperti pendidikan akhlak—sudah diajarkan sejak kecil, maka ke depannya kebiasaan itu akan terus melekat hingga tumbuh dewasa. Sebagaimana kebiasaan membaca. Ketika sejak kecil, kita sudah diberi rangsangan untuk mengenal dan mencintai membaca buku, maka ketika tumbuh dewasa, rasa suka itu akan terus ada. Karena disadari atau tidak, sering kali kita tumbuh berdasarkan kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil.

Keluarga sebagai orang terdekat anak, memiliki peran dan tanggung jawab pertama  untuk mengenalkan kebiasaan membaca, membangun gerakan literasi. Karena keluarga—tepatnya orangtua—merupakan role mode yang akan ditiru dan diteladani oleh anak. Di samping itu orangtua juga merupakan madrasah pertama anak. Oleh sebab itu, orangtua harus pintar-pintar dalam mendidik dan mengasuh anak, agar anak tumbuh sebagai generasi bangsa yang cerdas, beprestasi, berdedikasi, berguna bagi agama nusa dan bangsa.  Hal itu merupakan, tugas dan tantangan bagi orangtua.

Literasi sendiri adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga literasi, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. [1]

Literasi di sini tidak hanya berhubungan dengan masalah baca tulis, karena literasi ternyata merangkum banyak hal, sebagaimana yang dipaparkan Ibnu Aji Setiawan, bahwa literasi terdiri dari beberapa jenis yaitu, literasi kesehatan, literasi finansial, literas digital, literasi data, literasi kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, dan literasi informasi.

Dan hemat saya, membaca adalah pangkal atau awal mula, agar kita bisa berkembang untuk bisa menggalakkan semua jenis literasi tersebut. Tanpa membaca kita akan kering dari ilmu pengetahuan dan informasi.  Karena membaca adalah  guru dan sahabat yang bisa memberikan banyak sekali sumber pengetahuan. Dengan membaca, berbagai ilmu pengetahuan akan mudah kita peroleh, dan kita pun bisa berkembang untuk mempelajari suatu ilmu atau bidang berdasarkan minat atau passion kita.

Namun, fakta di lapangan, minat membaca di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan berbagai survei dunia yang pernah dilakukan, Indonesia berada di urutan 62 dari 72 negara—diambil dari penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2015.  Dan pada tahun 2016, The World’s Most Literate Nations (WMLN), merilis daftar peringkat negara  perihal tingkat literasi di dunia. Di mana hal itu bersasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller, Presiden Central Connecticut State Univesity (CCSU), di mana Indonesia berada di urutan nomor 60 dari 61 negara. Miris sekali bukan?

Sumber : Pustakawan Jogja

Dan terlepas dari penelitian yang ada, di daerah saya sendiri, minat baca di sana sangat rendah. Sebagai seorang yang berjibaku dengan buku—suka menulis dan membaca—saya sangat ingin mengajak orang-orang di sekitar saya untuk ikut gemar membaca. Saya bahkan menyediakan koleksi saya untuk dibaca atau bahkan dipinjam. Namun sayang sekali, respon yang ada menunjukkan sebaliknya. Banyak anak atau remaja yang lebih senang bermain gadget dari pada membaca.  Tidak hanya itu alasan kenapa tingkat membaca di daerah saya rendah, ada kalanya berhubungan dengan orangtua yang tidak mendukung anak ketika ingin membaca.

Ada sebuah pengalaman menarik yang beberapa kali saya temui di sekitar saya.  Ada dua anak sebut saja nama Indah dan Mila. Kedua anak ini sebenarnya memiliki rasa penasaran dan senang membaca buku. Namun sayangnya, kesenangan itu tidak mendapat dukungan dari orangtua mereka.  Ketika Indah dan Mila  ingin dibelikan buku, orangtua mereka langsung mundur teratur, ketika mendengar harga buku yang diinginkan anak. Di mana  menurut orangtua mereka harga buku yang diinginkan Mila dan Indah  terlalu  mahal.  Padahal orangtua mereka mampu membelikan Mila dan Intan gadget keluaran terbaru. Wow.

Kejadian itu sungguh membuat saya miris.  Saya benar-benar tidak habis pikir, kenapa satu buku seharga Rp 50.000, - terasa lebih mahal dari pada membelikan anak gadget dengan harga jutaan rupiah?   Dan yang lebih membuat saya tertohok adalah ketika ibu-ibu tersebut mengatakan dengan enteng, “Aku pikir harga bukunya cuma sepuluh ribu rupiah.”


Nah, kalau semua orangtua bersikap seperti itu, lalu bagaimana minat baca anak bisa meningkat? Harga sebuah buku itu tidak sebanding dengan isi dan pengetahuan yang bisa kita peroleh. Dan orangtua merupakan fondasi atau cikal bakal yang memiliki peran penting dalam mengenalkan minat baca. Agar anak tumbuh sebagai sosok yang gemar membaca, ada baiknya kita melakukan pendekatan sebagai beriku :

Cara Mengenalkan Kebiasaan Membaca pada Anak

1.                  Membacakan cerita dari berbagai buku pada anak sejak dini

Sebagaimana yang pernah saya di paparkan di atas, masa kanak-kanan merupakan masa golden age. Pada masa tersebut, anak memiliki potensi terbaik dalam merekam segala hal yang dicontohkan orangtua. Nah, ketika sejak dini kita sudah membiasakan anak mendengar berbagai cerita dari berbagai buku, maka secara tidak langsung kita telah mengenalkan buku serta membangun fondasi awal dalam gerakan literasi.

Selain memberi manfaat dalam mengenalkan buku, membacakan cerita kepada anak, juga bermanfaat dalam memberikan rangsangan daya pikir anak, sehingga anak lebih kritis, serba ingin tahu serta membangkitkan imajinasi anak.  Tidak kalah penting membacakan cerita pun berpotensi menjadi awal mula orangtua dalam mendidik karakter modal sejak dini. Karena buku-buku cerita yang ada saat ini, selalu memberikan pesan moral yang bisa dijadikan contoh dan teladan.

2.                  Mengajak anak membeli buku sendiri

Ketika orangtua ingin mengenalkan buku pada anak, maka salah satunya adalah dengan mengajak anak ikut berbelanja memilih buku sendiri.  Kita bisa memberikan kebebasan bagi anak untuk memilikih buku yang disukai dan tidak memaksan anak untuk membaca buku sesuai dengan selera kita. Yang terpenting adalah, kita tetap mengawasi dan memberikan masukan jika memang diperlukan.

3.                  Membuat perpustakaan untuk anak

Agar anak semakin semangat membaca, kita juga bisa membuatkan perpustakaan unuk  anak. Di sana kita menyediakan berbagai buku khusus tentang dunia anak. Keberadaan persputakaan anak akan membuat anak semangat untuk memilih buku sesuai dengan kesukaannya dan bisa membaca dengan puas. Dengan catatan dalam memilih buku anak kita juga harus menyesuaikan dengan usia anak. Kita tidak boleh sembarangan dalam memilih buku. Ketika anak baru usia 5 tahun, buku bergambar lebih direkomendasikan dari pada memberi anak buku novel yang terdiri dari banyak kata.  Dan tentunya itu  cara yang salah dalam tahap awal mengenalkan minat membaca. Ketika buku tidak sesuai usia, anak malah bisa jadi terbebani dan merasa takut. 

4.                  Mengajak anak pergi ke perpustakaan

Selain memiliki perpustakaan sendiri di rumah, mengajak jalan-jalan anak ke perpustakaan daerah atau perpustakaan nasioanl pun bisa menjadi salah satu cara untuk mengenalkan anak dengan kegemaran mencintai buku dan suka membaca. Lewat jalan-jalan tersebut kita bisa menjelaskan tentang manfaat dari membaca buku, dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan.

5.                  Tidak Mengenalkan Gadget kepada Anak sebelum Waktunya

Saat ini hampir setiap orangtua membiarkan anaknya bermain dengan gadget. Padahal ada masa tersendiri bagi anak untuk dipebolehkan menggunakan gawai tersebut. Memang benar, ketika anak diberi gadget, anak akan diam dan tidak rewel. Sehingga orangtua bisa bebas melakukan aktivitas harian di rumah. Namun perlu kita ketahui, di balik kemudahan itu, gagdet memiliki banyak sekali dampak buruk bagi anak.

Dalam buku “Digital Parenthink”  karya Mona Ratuliu, memaparkan dengan gamblang tentang berbagai dampak gadget bagi pertumbuhan anak.  Di antara dampak yang akan terjadi pada anak ketika terlalu sering menggunakan gadget adalah anak akan kehilangan waktu untuk melakukan permainan dan melibatkan fisik. Hasilnya, anak akan mengalami kesulitan pada keseimbangan tubuh.  Selain gadget juga membuat anak malah bergerak sehingga mudah terserang penyakit, menjadi pribadi yang anti sosial dan banyak lagi.

Ikatan Dokter Anak di Amerika Serikat mengeluarkan waktu tatap layar yang tepat. Anak di bawah 18 bulan tidak diperkenankan menggunakan gadget, kecuali untuk aplikasi video chating.  Bagi anak berusia 2-5 maksimal satu jam perhari dalam menatap layar, namun harus dengan bimbingan orangtua. Anak berusia di atas enam tahun ke atas, bisa diberikan batasan waktu yang tegas, dalam menggunakan digital, di luar waktu “wajib” seperti sekolah, mengerjakan tugas sekolah, membantu orangtua dan tidur.  

Nah, daripada mengenalkan gadget kepada anak, alangkah lebih baiknya orangtua mengenalkan buku yang memiliki banyak potensi dalam mengembangkan daya kreativitas anak  juga bisa menambah pengetahuan anak.

Lepas dari bagaimana cara mengenalkan buku kepada anak, kita juga harus memerhatikan cara memiliki buku bacaan yang tepat bagi anak.  Mengambil referensi dari buku  karya Arleen A berjudul “Belajar Menulis Cerita Anak” kita bisa menemukan buku yang pas sesuai dengan kebutuhan anak.

Cara Memilih Bacaan Anak yang Baik Sesuai Usia

  1. Buku Kata-kata (Word Book)   (Bayi - 3 tahun)
Buku ini biasanya belum mengandung cerita atau hanya cerita tanpa plot. Halaman buku lebih banyak berisi gambar.  Buku ini terdiri dari 1-2 kata per halaman, untuk menjelaskan gambar. Untuk jumlah halaman buku biasanya hanya terdiri dari 10-20 halaman.

Contoh Buku Word Book

  1. Buku cerita bergambar pendek (Picture Book)  (2-5 tahun)
Untuk buku picture book, di sini sudah ada cerita sederhana. Seperti word book, buku ini juga dipenuhi gambar per halaman dengan tambahan 1-2 kalimat dengan kosakata yang sederhana. Jumlah halaman biasanya 16-24 halaman.

Contoh Buku Picture Books

  1. Buku dengan bab (Chapter Book) ( 5-8 tahun)
Buku ini biasanya memiliki cerita yang lebih panjang dan dibagi dalam beberapa bab.  Halamannya tidak lagi dipenuhi gambar, dan biasanya hanya ada beberapa gambar pada satu babnya. Kosakata yang digunakan sudah diperluas. Dan per halaman biasanya sudah penuh dengan teks cerita. Jumlah halaman buku sekitar 40-100 halaman

Contoh Buku Chapter Book

  1. Novel    (7 tahun ke atas)
Buku novel ceritanya panjang dengan plot yang rumit dan sulit ditebak dan biasanya dibagi dalam beberapa bab. Untuk buku berjenis novel sudah mulai tidak menggunakan gambar, dan susunan kalimatnya sudah menggunakan berbagai struktuk. Jumlah halaman untuk novel biasanya lebih dari 80 halaman.

Contoh Buku Novel Anak

Kemudian tidak kalah penting  untuk mengenalkan buku kepada anak, kita harus memahami genre-genre yang bisa dijadikan pilihan anak. Karena sudah tentu setiap anak memiliki selera berbeda dalam memilih buku.  Ada anak yang suka membaca buku misteri, petualangan, ada juga yang suka membaca bergenre sejarah atau nonfiksi.

Memilih Genre Bacaan untuk Anak

  1. Petualangan, Misteri  dan Horor
Genre ini meski kadang menakutkan, namun genre misteri dan horor, bisa mengasah keberanian dan rasa kritis anak dalam menyelesaikan masalah.

Buku Bergenre Petualangan, Mistri dan Horor. Sumber : Buku Erlita Pratiwi


  1. Fantasi
Membiarkan anak membaca buku bergenre fantasi akan membantu anak dalam mengembangkan imajinasi anak yang unik dan tidak terbatas.

Buku Bergenre Fantasi. Sumber : IG Gramedia Pustaka Utama 

  1. Sejarah
Buku bergenre sejarah—baik sejarah perjuangan atau sejarah nabi, pastinya akan banyak membantu anak untuk mengetahui sejarah di masa lampau juga untuk mengambil pembelajaran dari sana—baik itu tentang semangat juang, atau kesabaran orang-orang terdahulu.

Buku Bergenre Sejarah


  1. Nonfiksi
Untuk buku nonfiksi, buku-buku semacam ini akan menawarkan banyak berbagai pengetahuan baru dan wawasan bagi anak. Di mana pengetahuan itu tidak hanya tentang pengetahuan umum, namun juga pengetahuan sejarah, sains, keagamaan dan banyak lagi.

Buku bergenre nonfiksi 

Selain orangtua atau keluarga yang berupaya dalam mengenalkan dan meningkatkan minat baca, masyarakat pun harus ikut berperan aktif melakukan kegiatan yang serupa. Dengan kerjasama yang baik atau saling mendukung kegiatan gerakan literasi akan berpeluang lebih besar untuk berkembang.  Apa saja yang bisa dilakukan masyarakat dalam mengenalkan dan meningkatkan gerakan literasi? Kita bisa melakukan beberapa hal ini.

Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Budaya Membaca dan Literasi

  1. Membuka Taman Baca
Untuk meningkatkan minat baca kepada anak dan masyarakat luas, salah satu caranya adalah dengan membuat taman baca. Keberadan taman baca dengan menghadirkan buku-buku lengkap—baik buku anak, buku-buku untuk remaja, sastra dan buku-buku pengetahuan lainnya, hal itu akan membantu masyarakat dalam mengakses buku.  Apalagi jika daerah yang bersangkutan, memiliki akses buku yang sulit.

  1. Membangun Komunitas Membaca
Selain taman baca, membangun komunitas membaca juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan minat baca. Di mana dalam komunitasi itu kita bisa membuat ide agar setiap anggota rajin membaca dan mendapat tugas membuat ulasan dari setiap buku yang sudah selesaikan dikhatamkan.  Atau bisa juga setiap berapa minggu sekali dilakukan diskusi  membahasa buku-buku terbaru.

  1. Mengadakan Pelatihan Menulis
Tidak kalah menarik, kita juga bisa mengadakan pelatihan menulis, bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar menulis—baik itu menulis puisi, cerpen, opini, resensi atau bahkan novel.  Pelatihan menulis akan membantu kita menemukan bibit-bibit baru yang kompeten dan berbakat untuk meramaikan dunia literasi.

Namun untuk mensukseskan gerakalan literasi, semua harus dimulai dari kesadaran diri masiang-masing. Tanpa adanya kesadaran diri, kita tidak akan bisa mewujudkan semua rencana-rencana yang kita buat tersebut. Kita harus mulai berpikir terbuka dan berpikir maju. Ketika gerakan literasi semakin tumbuh berkembang, hal itu juga akan meningkatkan mutu sumber daya manusia di masyarakat.

#SahabatKeluarga  #LiterasiKeluarga

Srobyong, 24 September 2019

Sumber : 

Arleen A, Belajar Menulis Cerita Anak, Jakarta Erlangga for Kids, 2018

Damarjati Danu, Benarkah Minat Baca Anak Indonesia Serendah Ini?, https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini, diakeses tanggal 24 September 2019.

Pustakawan Jogja, “Peringkat Negara Literasi di Dunia : No. 1 Findaliandia, Lha Indonesia?” http://pustakawanjogja.blogspot.com/2016/03/peringkat-negara-literasi-di-dunia-no-1.html, diakeses tanggal 24 September 2019.

Ratuliu Mona, Digital Parenthink, Jakarta  : Noura Books,  2018.

Setiawan, Ibnu Aji, Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi,  http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/ diakeses tanggal 24 September 2019.




[1] Ibnu Aji Setiawan, “Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi”,  http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/ akses 24 September 2019

4 comments:

  1. Wah, referensi buku anaknya bikin mupeng. Yang seri misteri aku baru punya yang "Misteri Kota Topeng", pengen juga yang "Misteri Kota Berkabut" itu. Nah kalau Harry Potter dan buku pelengkapnya kami sudah punya. Itu salah satu koleksi turun temurun, jadi sengaja dilengkapi.

    ReplyDelete
  2. Wah keren Mbak punya Harry Potter lengkap. Iya buku-buku misteri itu bagus banget. Recommended

    ReplyDelete
  3. Aku dulu saking senang baca, sampai sobekan kertas pun kubaca. Hahaha, kalau ingat lucu rasanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya, kah Mbak? 😁😂 Saya suku zaman masih sulit akses buku sukanya beli Bobo bekas 😁

      Delete