Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 13 Januari 2019
Judul : Sosrokartono
Penulis : Aguk Irawan M.N
Penerbit : Imania
Cetakan : Pertama, September 2018
Tebal : 370 halaman
ISBN : 978-602-7926-42-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
Dalam sejarah kita lebih sering mendengar nama besar
R.A Kartini, pejuang emansipasi wanita. Kita tidak tahu, bahwa di balik
semangat juang Kartini, ada Sosrokartono,
kakak Kartini, yang ternyata merupakan inspirator dan guru
bagi Kartini. Pria kelahiran Jepara, 10 April 1877, merupakan sosok
jenius. Sosrokartono adalah seorang poliglot yang menguasai 26 bahasa asing dan
10 bahasa Nusantara.
Buku ini dengan pembahasan yang lugas dan mudah
dicerna, mengajak kita untuk mengenal
lebih dalam tentang sosok Sostokartono, seorang tokoh yang juga memiliki
sumbangsih terhadap tanah air Indonesia. Dia memiliki jiwa patriotisme yang
tinggi, yang memiliki kepedulian terhadapan pendidikan rakyat Hindia. Hal itu
terbutki nyata dari usahanya yang mencoba melobi salah satu petinggi Hindia
Belanda, Tuan Rooseboom yang menjabat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Tanpa rasa gentar Sosrokartono mengungkapkan tentang
ketidakadilan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi pendidikan kaum pribumi
dan meminta kelonggaran agar kaum pribumi bisa mengenyam pendidikan. “Dengan
sepenuh jiwa, dari seorang pemuda Hindia yang selalu rindu dan haus akan
pengetahuan, saya, sekali lagi memohon Tuan yang bijaksana, untuk memerhatikan
pendidikan rakyat Jawa.” (hal 180).
Dia juga memanfaaatkan momen di Kongres Bahasa dan
Sastra Belanda, untuk mengemukakan ide dan gagasan tentang pentingnya
mempelajari bahasa Belanda bagi kaum pribumi, agar bisa memahami sistem-sistem
yang dilakukan para penjajah. Sehingga
tidak ada salah paham antara pemerintah Hindia Belanda dengan rakyat pribumi.
Di mana kerap sekali karena kesalahpahaman berbahasa banyak pribumi yang
mendapat hukuman tanpa tahu kesalahan mereka.
Tidak hanya itu Sosrokartono juga menggemborkan tentang sikap perdamaian
dan kasih sayang bangsa penjajah dan
tidak bertindak semena-mena (hal 200).
Bagi sebagian kaum cendekiawan Belanda sangat salut
dengan gagasan Sosrokartono. Akan tetapi bagi para elit cendekiawan yang
memiliki mental penjajah sangat marah dengan keberanian pidato yang disampaikan
Sosrokartono. “Untuk mencapai
kemajuan, diperlukan usaha yang lebih keras, Tuan. Untuk mencapai kemajuan
pula, selalu ada pihak-pihak yang menentang.” (hal 241).
Di antaranya adalah Prof. Dr. Snouck Hurgronje. Di
mana menurut pendapatnya jika, sampai pemerintah Hindia Belanda memenuhi
harapan Sosrokartono, maka dikhawarikan rakyat pribumi akan menjadi pribadi
yang lebih cerdas dan bisa merongrong kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.
Mereka ingin kaum pribumi tetap bodoh. Karena dengan
begitu, mereka akan mudah mengendalikannya. Oleh sebab itu, melihat kepintaran
dan luasnya pergaulan Sosrokartono, Dr. Snouck sangat khawatir dan mulai
mencari kelemahan Sosrokartono untuk dipermalukan dan tidak berani melawan
pemerintah Hindia Belanda.
Sosrokartono juga bersumbangsih dalam berdirinya,
sebuah organisasi yang bernama Indische Vereegining atau Perhimpunan
Hindia, yang awalnya membahas tentang kehidupan para pelajar mahasiswa Hindia
di Belanda namun kemudian berubah menjadi organisasi politik yang bertujuan
untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun
puluhan tahun Sosrokartono bersekolah di Belanda dan mengembara ke
Eropa, dia tetap mencitai bangsanya dan tidak mau menghempaskan nilai-nilai
pribumi. Di mana dia tegaskan pada saat berpidato di Kongres Bahasa dan Sastra
Belandan ke-25 di Gent, Belgia, pada September 1899, “Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh
dari siapa pun yang akan membikin kita (Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa
atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita
yang luhur lagi suci. Selamat matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya
tantang.”
Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Apalagi memang
jarang sekali buku yang membahasa tentang biografi Sosrokartono. Pria jenius
dengan segudang prestasinya ini adalah sosok yang patut kita teladani. Karena
dia merupakan sosok yang luar biasa. Selain sangat mencintai tanah airnya, dia
adalah pemuda yang selalu taat kepada ibu dan ayahnya. Tidak hanya itu dia merupakan
sosok yang memiliki spritual tinggi. Di mana karena kemampuannya itu dia bisa
mengetahui sesuatu yang belum diketahui orang lain dan bisa menyembuhkan
penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dunia medis. Meskipun sedikit banyak
masih ada beberapa kekurangan dalam buku ini, hal itu tidak mengurangi esensi
yang ditawarkan penulis.
Srobyong, 1 November 2018
Halo mbak, wah memang sudah lama saya tidak membaca resensi seperti ini, terima kasih ya mbak dan salam kenal.
ReplyDeleteKalau mau baca tentang fotografi silakan mampir ke blog saya ya.
Sama-sama Mas, terima kasih dan salam kenal kembali
Deleteblognya alamatnya apa Mas?
ReplyDelete