Wednesday 14 June 2017

[Resensi] Mengenal Islam Lebih Dekat Melalui Novel

Dimuat di Radar Sampit 21 Mei 2017 


Judul               : Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penulis             : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Alhamahendra
Penertbi           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Desember 2016
Tebal               : 348 hal
ISBN               : 978-602-03-3676-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Tangga  11 September 2001 ada sejarah dunia baru. Di mana sebuah guncangan hebat yang mengakibatkan hubungan Amerika dan Islam renggang. Itulah hari yang kerap disebut Black Tuesday atau hari selasa yang kelam. Karena pada saat itu terjadi sebuah pembajakan pada dua pesawat oleh orang yang mengaku beragam Islam guna menghancurkan gedung WTC (Wordl Trade Center) New York. Amerika serikat.

Inilah awal mula yang kemudian membuat warga Amerika semakin menilai Islam sebagai agama harus diberantas, karena memiliki misi jahat dengan malakukan aksi teror.  Islam kemudian disebut sebagai agama teroris dan masyarakat menjadi sangat antipati dengan hal-hal yang berbau Islam. Seperti tidak menyukai pembangunan masjid juga tidak senang dengan orang-orang yang berhijab.

Fenomena Islampobia ini adalah buncah kegamangan Barat terhadap doktrin agama apa pun. Tragedi itu membuat trauma  1.000 tahun yang belum tuntas sirna, seperti digerojok tambahan 1.000 tahun lagi. Entahlah siapa dalang di balik peristiwa memilukan itu (hal 47-48).  Kisah itu menjadi benang merah dalam perjalanaan hidup Hanum dan Rangga yang saat itu harus tinggal di Amerika.  Hanum yang bekerja sebagai wartawan di Wina mendapatkan tugas untuk meliput peringatan 1 windu  tragedi 11 September di mana Gerturd memberi tema “Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?”  dan Rangga kebetulan melakukan riset untuk tugas S3nya.

Sayangnya liputan yang Hanum lakukan tidak berjalan dengan lancar. Dalam usahanya itu entah kenapa selalu saja ada aral merintang yang menjegal. Pertama-tama dengan perbedaan pendapat dengan Rangga yang membuat mereka sempat cekcok. Lalu Hanum terjebak pada kerusuhan yang dilakukan demonstran, sehingga Hanum mengalami sedikit cedera dan hp-nya hancur (hal 104).

Namun  dari kejadian itu malah mengantarkan Hanum bertemu dengan Azima Hussein—yang ternyata termasuk keluarga dari korban targedi 11 September. Di sinilah Hanum akhrinya mengetahuis sisi lain kehidupan Azima yang sungguh mengharukan. Di sisi lain Rangga yang tengah melakukan risetnya, akhirnya berhasil bertemu dengan Phillipus Brown, seorang jutawan Amerika yang memiliki sikap loyal dan selalu gemar bersedekah.  Mereka tidak tahu bahwa dua orang itu adalah pemeganag kunci utama dari tragedi 11 September.

Membaca novel ini kita akan diajak mengenal Islam lebih dekat. Bahwa apa yang sebenarnya terjadi dalam tragedi itu bukan sepenuhnya kesalahan Islam. Islam adalah agama yang dirahmati. Agama yang cintai damai dan memiliki empati yang tinggi.

“Tidak seharusnya kita membenci seseorang hanya karena berbaju sama dengan para teroris, lalu membentur-benturkannya setiap saat dengan Amerika. Islam bukanlah seperti para teroris yang memanipulasi pikiran dan hati kita.” (hal 280).

Buku ini sangat menarik dan inspiratif. Dipaparkan dengan lugas dan renyah menjadi tambahan poin dari novel ini. Pantas saja tulisan Hanum dan Rangga ini bisa menggantarkan mereka sebagai penulis buku fiksi terfavorit di tahun 2014. Dan setiap kali mereka menulis buku, kisah itu akan diangkat ke layar lebar. Mereka mengajak kita kembal berpikir dan merenungkan bahwa Islam agama yang dirahmati dan bukan agama teroris. Para teroris itu adalah oknum tidak bertanggungjawab.

Saya suka penutupan terakhir dari jawaban tentang jika Islam tidak ada di dunia.  “Jika masih ada yang berpikir dunia ini lebih baik tanpa kehadiran Islam di dalamnyaa, maka merekalah teroris yang sesungguhnya.” (hal 306).

Tidak ketinggalan dalam novel ini juga menyisipkan pesan singkat untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan jangan mudah menyerah dalam memperjuangkan apa yang ingin diperjuangkan.  Di sisi lain ada juga selipan pesan tentang bagaimana membangun hubungan yang baik antara suami dan istri. Yaitu selalu menjaga komunikasi dan saling pengertian.

Srobyong, 24 April 2017 

No comments:

Post a Comment