Thursday 30 March 2017

[Resensi] Memetik Inspirasi dari Cerpen Horor Kontemporer

Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu 12 Maret 2017 

Judul               : Museum Anomali
Penulis             : Kena Hanggara
Penerbit           : Unsa Press
Cetakan           : Pertama, September 2016
Halaman          : viii + 171 hlm
ISBN               : 978-602-74393-1-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.


Musem Anomali merupakan karya arek Surabaya—Ken Hanggara yang kerap mendapat julukan”pabrik cerpen”—mengingat penulis ini selalu produktif dalam menulis. Dan di setiap minggu cerpen-cerpennya  tayang di media cetak atau online.    Selain itu penulis ternyata juga menulis skenario untu FTV.   Beberapa prestasi lainnya adalah, pernah menjuarai UNSA Ambasador 2015, serta peraih juara 2 kategori bahasa Indonesia di ASEAN Young Writers Award 2014.

Kegemarannya pada kisah horor dan konon sering merasakan keberadaan makhluk tak kasat mata tersebut, mendorongnya menuangkan kisah-kisah itu dalam bentuk cerpen. Kisahnya diramu dengan sentuhan sastra kontemporer— yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti, sastra yang hidup pada masa kini atau dalam waktu yang sama. Atau bisa dikatakan sebagai   sastra yang berusaha bergerak mendahului keadaan zamannya.  

Kumpulan cerpen ini terdiri dari 17 cerpen. Kisah-kisah dalam buku ini diramu dengan gaya khas bertutur yang unik dan memukau. Pembaca diajakan mengenal berbagai hantu yang unik beserta inspirasi yang bisa dipetik dalam kumpulan cerpen ini.

Sebagaimana kisah dalam cerpen berjudul “Dilarang Mencuri di Alam Mimpi” di sini seolah penulis mencoba mengingatkan bahwa tindakan pencuri baik dunia—di alam nyata hanya bahkan itu mimpi, selamanya merupakaan larangan. Karena mencuri adalah perbuatan salah dan tercela.  Dan pastinya setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal (hal 21).

Atau cerpen “Rahasia Perempuan Pemelihara Hantu” dalam cerpen sedikit banyak menyingung tentang  bagaimana membangun hubungan yang baik bagi pasanga. Di antaranya adalah menjaga pandangan mata agar tidak mudah terlena dalam godaan setan. Serta mengingatkan bahwa dalam sebuah hubungan kepercayaan adalah pondasi utama yang perlu dimiliki (hal 41).

Sedang pada cerpen “Kunjungan Mantan Pacar yang Menjadi Hantu”, memiliki pesan tersirat bahwa memilih jalan bunuh diri hanya karena masalah cinnta itu adalah berbuatan yang bodoh dan salah.  Kematian mungkin membawaku jauh dari rasa sakit hati, tetapi ia tidak bisa membuatku lepas dari rasa bersalah akibat berbuat bodoh (hal 59).

Tidak kalah menarik adalah “Apartemen Malaikat”  dalam kisah ini penulis mencoba menggambarkan bagaimana kehidupan akhirat. Di mana setiap manusia nantinya akan dimintai pertanggung jawaban atas segala tingkah lakunya ketika berada di bumi. Seperti hukuman bagi orang yang tidak menjaga lisannya, akan diberi makanan busuk. Selain itu wajah-wajah manusia akan sesuai dengan perilaku yang dilakukan dibumi, berdasarkan wujud binatang. Mengingat dalam ilmu mantiq (ilmu logika) manusia adalah hewan yang bisa berpikir (hal 84-86).

Lalu “Lelaki di Halte yang Memberiku Hadiah.”  Memakai sudut pandang pertama dengan tokoh utama anak kecil, membuat cerpen ini sangat asyik dinikmati. Selain itu pesan yang tersirat dan ending yang tidak terduga sangat menghibur. Di sini penulis mencoba menguraikan bahwa anak yang baik selalu dijaga oleh malaikat. 

Cerpen yang menjadi judul sampul buku, “Museum Anomali” pun tidak kalah memikat dari kisah yang lain. Dalam cerpen ini seolah penulis mewanti-wanti dalam memilik pekerjaan itu harus jelas. Jangan sampai pekerjaan yang dipilih malah merugikan bahwa bisa berujung kehilangan nyawa.  Sebagaimana yang dialami Sapono—tokoh dalam cerpen ini.

Yang menarik dari cerpen-cerpen ini adalah, pemilihan judul yang memikat dan ending yang kadang sulit ditebak.  Sehingga ada rasaya tidak rela menutup buku sebelum menyelesaikan sampai akhir.  Selain itu cover bukunya ini,  juga menambah rasa horor yang ingin ditampilkan.  Meski rasa horor  yang ditawarkan dalam buku ini akan berbeda dari cerpen horor lainnya. Tapi tetap menarik. Baca dan temukan keunikan dari karya Ken Hanggara ini.

Srobyong, 21 November 2016 

4 comments:

  1. “apartemen malaikat“? “musium anomali“? Istilah2 yang digunakan bikin penaaaran ingin tahu,

    ReplyDelete
  2. Waah kalo penulisnya juga punya indera keenam yg bisa merasakan keberadaan makhluk halus, ceritanya bakal lebih mengena nih :). Jd penasaran bgt mba pgn beli bukunya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan dibeli Mbak, di togo Mas, atau pesan lewat penulis atau penerbit Unsa.

      Delete