Friday 10 March 2017

[Resensi] Memecahkan Misteri Peti Tertutup

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 26 Februari 2017 

Judul               : Closed Casket
Penulis             : Shophie Hannah
Penerjemah      : Lulu Wijaya
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, 1 September 2016
Tebal               : 448 hlm
ISBN               : 978-602-03-3385-4
Peresensi         : Ratnani Latifah




Bagi penikmat novel detektif misteri, pasti tidak akan asing dengan nama Hercule Poirot. Salah satu tokoh detektif karya Agatha Christie yang memiliki sifat eksentrik dan unik dalam setiap kali memecahkan kasus-kasus yang dihadapi. Di mana Poirot lebih mengedepankan pendekatan psikologis, menganalisis sifat dan karakter orang-orang yang terlibat dalam kasus untuk mencari pelaku yang sebenarnya.

Sophie Hannah mencoba menuliskan kembali tokoh gubahan penulis fiksi kriminal asal Inggris dengan cerita yang tidak kalah seru dan memikat. Di sini kisah terpusat pada seorang penulis misteri anak yang paling dicintai,   bernama  Lady Athelinda Playford. Di mana Lady Playford entah dengan maksud apa mengundang Hercule Poirot, detektif asal Belgia dan Inspektur Erdward Catchpool dari Scotland Yard (hal 40).  Seolah sang Lady seperti sengaja menunggu sebuah pembunuhan terjadi di rumahnya.

Dan sebagaimana yang sering terjadi, ketika terlibat dengan aksi Poirot, kita harus bersiap-siap dengan deretan nama-nama yang cukup banyak untuk diingat. Di sini setidaknya ada delapan tokoh yang memiliki andil cukup besar dalam kisah ini.   Sebut saja putranya—Harry Viscount Playford dan istrinya Doroty. Lalu  putrinya—Claudia Playford dan tunangannya  Dr. Randall Kimpton. Ada juga Michael Gathercole dan Orville Rolfe—pengacara Lady Plaford. Terakhir Joseph Scotcher—sekretarisnya, lalu perawatnya Shopie Bourlet.

Kisah dimulai dengan pengumuman rencana besar yang dibuat Lady Playford. “Berdasarkan ketentuan surat wasiatku yang baru—yang disusun tadi dan disaksikan oleh Michael gathercole dan Hotton—seluruh harta milikku akan diwariskan kepada Joseph Scotcher.” (hal 82).  Entah dengan alasan apa sehingga dia melimpahkan semua harta kekayaannya kepada Joseph, sekretaris yang konon katanya tidak akan hidup lama lagi. Berita ini tentu saja cukup membuat semua orang tercengang bahkan marah—tidak terima dengan isi wasiat tersebut. Namun mereka menyadari, apa yang sudah diputuskan Lady Playford tidak bisa ditarik lagi.

Pasca makan malam, mereka pun segara kembali ke tempat masing-masing. Kecuali Poirot dan Edward yang memutuskan jalan-jalan di kebun dulu sebelum ke kamar. Siapa sangka saat mereka sedang membahas alasan Lady Playford mengundang mereka dan juga masalah wasiat, mereka mendengar suara  isakan tangis dan kemudian berganti suara mendesis-desis (hal 105).

Dengan bergegas Edward mencari tahu asal suara itu, dan mulai mengecek siapa saja orang yang tidak berada di kamar, sebagaimana intruksi Poirot. Yang mana diketahui saat itu yang tidak berada di kamar adalah Shopie dan Michael. Dan tidak lama kemudian sebuah teriakan terdengar yang ternyata berasal dari suara Shopie yang melihat Joseph dalam keadaan terbunuh dengan keadaan yang mengenaskah. Lalu detik itu juga Shopie menuduh Claudia sebagai pembunuhnya (hal  156).

Di sinilah akhirnya Poirot mulai beraksi, untuk mencari pembunuh yang sebenarnya. Dia mulai memikirkan kembali tiap-tiap benang merah kejadian yang ada di rumah Lady Plaford. Dia mencoba mempelajari kisah hidup dan masa lalu orang-orang yang tinggal di rumah mewah itu. Mungkin dari sana ada keterkaitan siapa yang memiliki alasan kuat membunuh Joseph, atau pembunuhan itu terjadi hanya karena masalah wasiat yang dengan terbunuhnya laki-laki itu, maka wasiat lama bisa berlaku lagi, sebagaimana yang pernah diterangkan Michael.   

Sebuah novel yang memikat dan menarik. Kisah dipaparkan dengan gaya bahasa yang lues dan renyah. Terjemahannya tidak rumit sehingga mudah dipahami. Alurnya pun menarik, penuh kejutan di sana-sini. Penulis pandai membuat pembaca terus membalik halaman selanjutknya hingga cerita berakhir. Dan pemilihan sudut pandang pertama dari Edward membuat novel ini terasa unik.

Hanya saja pada beberapa bagian, masih ditemukan beberapa kesalahan tulis dan ada bagian di mana saya akhirnya bisa menebak dengan benar siapa pembunuh yang sebenarnya. Tapi lepas dari kekurangannya, novel ini sangat asyik untuk dinikmati. Dari novel ini saya bisa mengambil pelajaran, bahwa memelihara dendam hanya akan merugikan diri sendiri. Selain itu di sini kita diingatakan untuk menjadi seorang yang cermat. “Tindakan tanpa fondasi yang tepat akan menghasilkan bencana.” (hal 307).

Srobyong, 20 Februari 2017 

2 comments:

  1. Entah alam sedang bersekongkol atau tidak, tapi akhir-akhir ini banyak sekali saya membaca review buku misteri. Dan bikin iri aja ingin ikutan baca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti memang pertanda buat baca novel misteri, hehh. Baca aja seru, lho, jadi serasa ikut petualangan memecahkan kasus, hehh

      Delete