Sunday 16 October 2016

[Review] Meneladani Sikap Rasulullah SAW yang Jarang Diceritakan


Judul               : Rasulullah SAW The Untold Story
Penulis             : Ali Abdullah
Penerbit           : Quanta
Cetakan           : Pertama, 2015
Halaman          : 182 hlm
ISBN               : 978-602-02-5885-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara


Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran bahwa Nabi Muhammad saw ada uswatun khasanah—suri tauladan yang baik bagi seluruh umat di dunia.  Namun begitu Rasulullah saw tetaplah manusia biasa. Beliau menikah, makan, minum,  mandi. Merasakan sedih atau bahagia sebagaimana manusia pada umumnya. Pernah merasakan sakit juga melakukan kekeliruan.   Hanya saja tentu saja ketika Rasulullah melakukan kesalahan cepat-cepat bertaubat dan memperbaiki diri.  Beliau adalah seorang manusia biasa, tetapi tidak seperti manusia biasa. Beliau istimewa dan merupakan orang terpilih.

Berangkat dari itu, penulis mencoba mengajak pembaca untuk mengambil hikmah—meneladi sikap Rasulullah saw dari kisah-kisah yang jarang diperbincangkan dalam kajian serius. Terdiri dari 30 kisah inspiratif yang menunjukkan bahwa Rasulullah adalah manusia biasa namun tetap  tidak menjatuhkan wibawanya dan tetap memiliki akhlakul kharimah.

Sebagai manusia biasa Rasulullah saw pernah keliru. Ketika itu beliau mendapati masyarakat Madinah melakukan penyerbukan kurma. Rasulullah saw menduga jika hal itu tidak dilakukan  hasilnya akan baik.  Pendapat itu pun diikuti masyarakat.  Namun ketika waktu paneh, hasil kurmanya malah berkurang. Rasululllah pun yang menyadari kekeliruan beliau. Menanggapi itu, Rasulullah kemudian menyatakan bahwa beliau hanya menduga. Praduganya itu tidak ada kaitannya dengan firman Allah.  Lalu beliau bersabda “Kalian lebih mengetahui tentang perkara dunia kalian.” (hal. 3)

Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah, agar kita membedakan mana yang menjadi urusan agama (akhirat) dan mana yang urusan dunia.  Jika dalam urusan agama Rasulullah adalah ahlinya namun dalam urusan duniawi (seperti penyerbutkan kurma) Rasullullah tidak mutlak mengetahui. Namun dari kekeliruan tersebut, Rasulullah lalu mengoreksi diri dan menasihati para sahabat dengan nasihat yang baik—yaitu untuk menyerahkan perkara pada ahlinya.

Dalam kisah lain diceritakan. Pernah pada suatu kesempatan Rasulullah tengah menghadapi beberapa orang terkemuka Quraisy yakin ‘Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal dan Abbas bin Abdil Mutahlib dengan maksud menjelaskan hakikat Islam. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki buta—Abdullah bin Ummi Maktum—untuk meminta Rasulullah untuk mengajarkan beberapa bacaan ayat Al-Quran. Rasulullah pun merasa terganggu dengan memperlihatkan wajah yang masam.

Lalu turunlah surat Abasa ayat 1-10 yang mengingatkan Rasulullah untuk mengontorol akhlak beliau agar senantiasa menjadi sosok teladan bagi umat manusia di seluruh dunia. (hal. 9)  Dalam kisah ini kita diajak belajar agar tidak membeda-bedakan orang dalam status sosial yang dimiliki.

Rasulullah pun pernah lupa. Diceritakan Rasulullah tengah melakukan shalat Zuhur yang harus dikerjakan 4 rakaat. Namun dalam keadan lupa Nabi sudah mengakhiri shalat dengan dua rakaat salam. Melihat kesalahan itu, seorang sahabat mengingatkan Rasullullah. Lalu Nabi pun melanjutkan dua rakaat lagi dan sebelum salah beliau menambah sujud sahwi. (hal. 20) Dari kisah ini kita dapat meneladani sikap Rasulullah yang mau mendengar pendapat orang lain—beliau tetap rendah hati.  Kejadian tersebut juga memberi keteladanan dalam bidang fikih Islam.

Selain lupa, Rasulullah sebagai manusia biasa juga pernah shalat subuh kesiangan. Kala itu Rasulullah dan para sahabat melakukan perjalanan sampai di sepertiga malam.  Sebagian sahabat mengusulkan kepada Rasulullah agar beristirahat dan tidur sebentar.  Namun Rasulullah menolak karena takut kebablasan sehingga melewatkan waktu Subuh.  Lalu Bilal pun berjanji akan membangunkan Nabi, karena dia berencana tidak akan tidur sehingga Nabi setuju. Tapi siapa sangak Bilal tertidur dan Rasulullah terbangun ketika garis matahari telah di ujung timur.  Rasulullah pun segera mengambil air wudhu dan shalat (hal. 33)

Inilah nanti yang menjadi rujukan ilmu fikih, bahwa jika selama tidur itu tidak sengaja, maka keterlambatan itu diampuni. Namun jika sejak wal sudah berencana untuk terlambat shalat maka itu berdosa.

Selain kisah-kisah ini masih banyak lagi kisah lain yang menunjukkan sisi manusiawinya Rasulullah namun tetap bisa diambil pelajaran untuk terus memperbaiki diri. Sebuah buku yang inspiratif dan memberikan banyak pembelajaran. Dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah, membuat buku ini asyik untuk dibaca. Penulis menyajikannya dengan tutur bahasa lembut dan tidak terkesan menggurui.

Srobyong, 17 Agustus 2016 

Dimuat di Koran Medan Bisnis, Minggu 16 Oktober 2016





No comments:

Post a Comment