Thursday 27 October 2016

[Resensi] Membangun Rumah Tangga Surga

Dimuat di Kabar Madura, Kamis 29 September 2016

Judul               : Rumah Tangga Surga
Penulis             : Ikhsanul Kamil & Foezi Citra Cuaca
Penerbit           : Penerbit Mizania
Terbit               : Agustus 2015
Cetakan           : Kedua, April 2016
Halaman          : 320 hlm
ISBN               : 978-602-1337-73-8
Peresensi         : Ratnani Latifah, Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara


Pernikahan bukanlah perkara sembarangan, ia adalah mitsaqan ghalizhan, perjanjian kuat yang setara dengan perjanjian para nabi dan Tuhan. Berani menjalaninya berarti perlu berani memilih jalan yang akan tercipta, surga atau neraka. (hal. 24)

Rumah Tangga, Surga adalah sebuah rumah yang di dalamnya menjadi surga bagi para penghuninya. Rumah, Tangga Surga adalah sebuah rumah, yang menjadi tangga surga, yang mengantarkan penghuninya berkumpul lagi di surga-Nya kelak. (hal. 292)

Setiap orang sudah pasti berharap dalam membangun rumah tangga itu ingin menciptakan surga dalam rumah. Bukan malah sebaliknya yang bercita-cita membangun neraka penuh dengan konflik. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana merengkuh dan menciptakan rumah tangga surga agar penikahan menjadi sakinah mawadah wa rahmah?

Buku karya Ikhsanul Kamil & Foezi Citra Cuaca bisa dijadikan referensi untuk mengetahui kiat baik yang akan menuntun para pasangan pernikahan dalam usaha menciptakan rumah tangga surga. Sebagaimana yang dipaparkan Foezi Citra Cuaca, “Rumah kita. Rumah yang kau dan aku bangun bersama, berfondasi iman, bertianglan Islam, dan bertembokkan ihsan. Kita isi dengan cinta dan kasih sayang.” (hal. 34)

Menciptakan rumah tangga surga memang bukan perkara yang mudah. Namun jika kita mau berusaha pasti akan jalannya.  Menurut penulis ketika ingin merengkuh surga dalam biduk rumah tangga yang dibangun, maka ada tiga point penting yang harus dilakukan. Yaitu, Cleansing, nurturing dan designing

Cleansing adalah usaha untuk memaafkan segala masa lalu yang selama ini menimbun dan tersimpan dalam diri kita. Baik itu tentang trauma masalah orangtua, diri sendiri dan pergaulan yang pernah kita lalui. Dalam Cleansing, pasangan diajak untuk mensyukuri segala apa yang pernah terjadi lalu mulai memperbaiki diri dengan menata niat dalam ikatan pernikahan yang sudah terjalin. 

Proses cleansing  ini akan menetralisasi trauma yang tersimpan, membuang sampah-sampah emosi yang menyumbat dalam diri, serta membuat kita menjadi pribadi yang lebih baru. (hal. 73)  Mengajarkan diri untuk melepas masa lalu dengan memaafkan. Karena memaafkan orang—baik itu orangtua atau teman—yang pernah menyakiti di masa lalu, akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dalam pernikahan.

Perlu diingat bahwa pernikahan  bukan sekadar menuju kebahagiaan, tapi juga tentang bagaimana ia menciptakan keberkahan. Salah satu pintunya adalah doa orangtua yang meridhai, hingga Tuhan pun tersenyum memberkahi. (hal. 117)

Selanjutnya adalah nurturing yaitu sebuah upaya lanjutan setelah melakukan cleansing. Tentang bagaimana merawat  cinta dalam pernikahan  agar senatiasa harmonis, melanggengkan pernikahan dalam ikatan cinta dan kasih sayang.  Dalam proses nurturing akan ada tiga prisip yang dipegang. Yaitu, nyaman,  percaya dan  dukungan.

Cinta yang sempurna dalam rumah tangga adalah ketika keduanya sadar tentang komitmen pernikahan, komitmen yang menyerupai komitmen para nabi untuk mengemban risalah-Nya, dilengkapi dengan membangun keintiman layaknya sahabat karib antara suami dan istri sehingga yang satu menjadi tempat curhat ternyaman bagi yang lainnya, sambil menikmati gairah untuk membuat api cinta semakin lama semakin membara. (hal. 202)

Terakhir adalah designing yaitu menyemai bersama pernikahan dan keluarga yang harmonis. Canun berkata, “Kalau pernikahan laiknya layar dalam sebuah kapal menuju pulau impian, aku yang jadi nahkoda dan kau jadi navigatornya.” (hal. 267)

Pernikahan itu ibarat mengarungi gelombang kehidupan bersama. Sayangnya, banyak yang (tanpa sadar) memilih berlayar tanpa menentukan pulau tujuannya.  Jika pernikahan tidak jelas ke mana tujuannya, jangan heran jika kehidupa pernikahan itu akan hambar.  Oleh karena itu pernikahan perlu kita desaain. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita desain. Yaitu, pulau impian yang dituju,  berbagi peran dan  desain rules dan SOP dalam rumah.

Dipaparkan  dengan bahasa yang lugas dan bersahabat, membuat buku ini sangat asyik untuk dibaca karena tidak terkesan menggurui. Keunikan lain dari buku ini adalah penulis tidak hanya menjelaskan teori saja. Namun juga dilengkap kisah-kisah nyata sesuai pembahasan dari peserta yang mengikuti workshop  yang dibina penulis juga.  Hanya saja agak tergangguu dengan beberapa pembahasan yang kerap diulang-ulang. Lepas dari itu buku ini patut dibaca. Selain itu banyak bertebaran quote menarik yang membuat buku ini semakin cantik. Diantaranya, Ketika diri telah melakukan segenap ikhtiar, lengkapilah dengan sabar. (hal. 245)

Srobyong, 9 Agustus 2016 

No comments:

Post a Comment