Friday 6 March 2015

[Fan Fiction] Sayap-Sayap Cinta


Sayap-Sayap Cinta

Kazuhana El Ratna Mida

Genre              : Romance, Action (Just Little)

Cast                 : Monkey D Luffi, Kru Topi Jerami, Boa Hanchok, Doflaminggo




Beberapa bulan lalu

Perang besar tengah terjadi. Peperangan antara Luffi dan Doflaminggo—Shichibukai dengan kekuatan aneh yang mampu menggerakkan tubuh orang lain hanya dengan jari.

Kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki membuat banyak para bajak laut benci tapi tak mampu berbuat apa-apa. Dia terlampau kuat dan sangat sulit dikalahkan.

Namun, saat ini orang yang suka menyebut dirinya adalah calon penguasa laut—tepatnya raja bajak laut—tengah menantang Doflaminggo untuk adu duel demi kemaslahatan umat bersama.

Ya, negeri dalam bahaya jika Doflaminggo tak segera dilenyapkan. Peradapan akan hancur dan kejahatan akan bertebaran. Menakutkan! Bahkan seorang Shichibukai macam Trafalgar Law juga telah terkapar.

~*~

“Hati-hatilah Luffi, dia adalah pemakan buah  Iblis ‘Ito Ito no Mi’, tipe Paramecia.” Robin mengingatkan.

Luffi hanya mengiyakan padahal tak tahu maksudnya dia hanya tahu Dofalminggo sangat kuat, bahkan tadi dia sempat terpelanting dan tersabet hingga berdarah-darah.

“Kamu mengerti, kan?” Robin memastikan.

Luffi mengacungkan jempol.

“Apa iya? Aku meragukannya Robin. Luffi kan sangat bodoh, tidak mungkin dia paham,” bisik Nami.

Robin hanya tersenyum sambil menatap Luffi yang sudah mulai mengambil aba-aba untuk mulai menyerang dengan segera.

Nami pun ikut memerhatikan. Melihat Luffi dan Robin segera bergantian.

“Baka!—bodoh!” gerutu Nami. Dia sedikit menjauh dari arena.

Pertarungan sangat pelik pun terjadi. Luffi dan Doflaminggo saling menjatuhkan.

“Gomu Gomu no Pistol.” Luffi mulai menyerang.

Doflaminggo masih santai dan tersenyum mengejek. Dia berhasil menghindar dan memukul balik Luffi terus-terusan.

“Gomu Gomu No Gigant Jet Shell.”

Dofalminggo terpental. Tanpa ba-bi-bu Luffi segera menggunkan jurus lagi agar bisa cepat menyelesaikan perang ini.

Bug!

Doflaminggo terjatuh karena pukulan telak dari Luffi yang menggunakan gabungan haki dan kekuatannnya.

Doflaminggo yang sudah berdarah-darah kembali bangun, pun dengan Luffi.

Mengalahkan pemakan buah ito itu no Mi, memang sangat sulit. Buah itu adalah salah satu buah terkuat yang ada di  bumi.

“Gomu Gomu no Gigant Pistol.”

“Hybrid.”[1]

Semua kekuatan Luffi kerahkan hingga babak belur.

Dua bulan kemudian

“Onaka ga suita.”

Begitu bangun Luffi langsung merasa perutnya kerocongan. Dia ke luar dari kamar masih dengan beberapa perban yang membungkus tubuhnya.

“Ohaiyou, Luffi.” Sambut Robin dengan ramah. Seperti kebiasaannya setiap pagi dia sudah membaca koran sambil menikmati kopi dan memandang laut luas.

“Apa kau sudah baikan?”

“Em, tapi aku lapar.” Suara cacing di perutnya sudah meronta membuat Robin tertawa.

Boa Hanchok tiba-tiba muncul di kapalnya.

“Kau ada di sini juga?” Luffi takjub. Boa Hanchok memeluk erat Luffi. Lama tak bertemu sungguh membuatnya rindu.

Nami hanya menatap dari jauh. Dasar kenapa Shichibukai itu harus ikut liburan kru topi jerami, gerutunya sendiri.  Dia yang tadinya mau ke bawah, jadi mengurungkan niatnya. Nami kembali ke kamar dan mulai menggambar peta sambil memerhatikan kompasnya.

Suasan kapal jadi rame, ya kedatangan Boa Hanchoklah sebabnya. Dia disambut sangat ramah oleh makhluk-makhluk bernama pria. Kecuali satu Roroana Zoro. Entah apa yang bisa membuat dia tertarik pada wanita. Selama ini hal yang digilai hanya pedang saja.

Sedari tadi dia hanya melihat teman-temannya—Ussop, Chopper, Brook, dan Franky yang sedang asyik bernyanyi bercengkrama.

Sanji? Oh dia sedang memasak makanan istimewa. Ya, katanya untuk menyambut Boa Hanchok Shichibukai paling cantik. (Semua wanita menurut Sanji memang selalu cantik) Tapi di hatinya cuma ada Nami. Itu katanya.

“Taraaaa ... sarapan dengan menu spesial sudah siap dihidangkan.”

Meja sudah penuh dengan masakan aneka makanan yang membuat Luffi tak tahan. Matanya penuh bintang-bintang kecil melihat hidangan itu. Dia sudah kelaparan setelah perang lalu dia lupa sudah makan atau belum.

“Nami sayang!” panggilnya ketika melihat Nami yang akhirnya memutuskan turun dari sarang untuk ikut sarapan.

            “Tadaima—selamat makan.”

~*~
            Ya, setelah keberhasilan Luffi mengalahkan Doflaminggo mereka memutuskan untuk berlibur sejenak di sebuah pulau cantik yang hampir mirip dengan Pulau Langit Skypie.

            Mereka merasa butuh istirahat sejenak dari segala pertarungan. Sebenarnya Luffi juga mengajak Trafalgar law. Tapi Shichibukai itu memilih kembali ke wilayahnya. Yang ada malah Boa Hanchok yang ikut serta.

            “Berapa lama lagi kita sampai, Nami?” tanya Luffi tiba-tiba.

            “Sebentar lagi,” jawab Nami sambil menatap langit.

            “Asyik liburan!” teriak Luffi dengan polosnya. Dia itu selalu seperti itu. Bertindak konyol sesuka hati, tapi akan serius jika sudah memasuki arena pertandingan.

            Angin menerpa wajah Luffi yang tengah memejamkan mata menikmati suara pulau yang kini didatanginya.

            Tiba-tiba Boa Hanchok memeluknya dari belakang. Berbisik lembut padanya.

            “Boleh,” ucap Luffi seketika. berdua mereka meninggalkan kru lain yang baru turun mengeluarkan segala perlengkapan untuk istirahat di darat.

            “Ada apa denganmu, Nami? Hari ini kau nampak lebih pendiam,” komentar Robin.

            “Ah, mungkin perasaanmu saja, Robin. Saatnya belanja,” ucap Nami mencoba riang.

            Robin tersenyum dam mengikuti langkah Nami. Berdua mereka menikmati acara shopping yang telah lama tidak mereka lakukan. Saat seperti ini harus dimanfaatkan dengan baik. Membeli banyak baju buat perjalanan yang sudah menunggu.

            Saat sedang asyik memilih baju, ternyata Luffi dan Boa Hanchok juga ada di sana. Dia memilihkan baju untuk Luffi yang suka baju model itu-itu saja.
            “Luffi, kau mau beli baju juga?” Robin menyapa.

            “Nami, dan Robin.?!” Luffi menatap krunya bergantian .

            “Iya, Hanchok terus saja memaksa. Padahal aku tak suka beli baju yang aneh-aneh,” ucap Luffi jujur.

            “Tapi tak ada salahnya, kan di coba?” Boa Hanchok masih mencoba meyakinkan Luffi.

            “Dicoba saja. Aku jadi penasaran Luffi jika memakai baju resmi.” Nami ikut nimbrung dan tersenyum cekikikan.

            “Aku setuju.” Robin mengakat jempol.

            Satu lawan  tiga, Luffi kalah dia akhirnya mencoba setelah baju yang telah dipilihkan Boa Hanchok.

            “Wow!” Robin mengerling nakal.

            “Ketua kita keren juga.” Robin menyenggol Nami yang sedari tadi diam.

            “Eh ... iya, Robin. Padahal biasanya selalu terlihat bodoh.”

            Luffi melotot. Nami bersembunyi di belakang Robin.

            Selesai belanja, Boa Hanchok langsung mengapit lengan Luffi dan mengajaknya ke tempat lain. Nami hanya bisa menggerutu dalam hati.

            Dia sungguh mengganggu, jerit hati Nami.

            “Sekarang kita ke mana?” Robin membuyarkan lamunan Nami.

            Setelah puas belanja buku mereka memutuskan ke toko buku. Dua kru topi jerami ini memang para maniak buku. Tapi setelah dari sana mereka berpisah. Nami masih mau pergi ke suatu tempat. Itu yang dia bilang pada Robin.

            Sedang robin memilih kembali untuk menikmati kopi buatan Sanji di petang hari.

            “Sampai ketemu di tenda, ya.” Mereka saling melambaikan tangan.

~*~

            Namai berjalan tak tentu arah. Jujur dia tak tahu harus ke mana untuk melangkah. Tapi dia malas kembali ke tenda. Apalagi dengan adanya Boa Hanchok yang begitu menyebalkan mata.

            “Luffi, baka!” umpatnya sambil menedang kerikil di depannya.

            Lelah berjalan tanpa tujuan Nami duduk di sebuah batu dekat pantai. Tapi pastinya jauh dari kapalnya berhenti. Lumayana atau malah sangat jauh.
            Ya, saat ini dia ingin sendiri dulu. Menenangkan perasaannya yang kacau tak menentu.

            Rasanya percuma liburan kalau seperti ini. Bayangan indah yang dia harapkan musnah. Rasanya dia ingin berteriak keras lalu menangis sejadi-jadinya.

            “Kimochi warui—aku membencimu. Baka!”

            Nami menutup matanya. Tak lama kemudian membenamkannya pada kedua kakinya yang ditekuk.

            Di tenda, saat ini teman-teman Nami tengah asyik menikmati pesta makan malam.

            “Hoi, Robin! Nami mana? Bukankah seharian kalian bersama?” tanya Sanji yang menyadari tak ada kehadiran Nami. Gadis galak yang suka marah dan mengatur tapi punya otak encer dibanding Luffi. Dia menyukainya, sangat.

            “Entahlah, tadi kami memang bersama. Tapi setelah dari toko buku kami berpisah. Katanya ada keperluan yang harus dia selesaikan.”

            “Anak itu ke mana? Malam sudah larut.”  Sanji menatap langit malam penuh kerlip bintang. Begitupun dengan Luffi dia mendengar semuanya.

            Sepanjang hari ini Boa Hanchok  terus menempel pada Luffi, hingga dia tak bisa bergerak bebas.

            “Aku mau mencari Nami dulu,” ucap Sanji sudah mau beranjak.

            “Biar aku saja.” Luffi langsung bangkit meninggalkan Bao Hanchok yang masih merajuk.

            Luffi tetap melangkah. Saat itu dia berpapasan dengan Zorro yang baru pulang. Dia ini memang paling suka telat. Pasti dia tadi tersesat.

            Tapi saat mau masuk dia membisikkan sesuatu pada Luffi. Bagaimanapun dari sekian banyak kru yang ada Zorro memang yang paling dekat dengan Luffi.

            ~*~

            “Menyebalkan ...!” teriak Nami kencang.

            “Dasar, awas saja aku akan membuat pembalasan.”

            Sedari tadi Nami terus mengoceh. Dia sangat sebal tapi tak tahu harus bagaimana. Dia tak mau membuat kerusuhan dengan memulai pertengkaran. Ah, itu bukan tipenya.

            Tapi, gara-gara itu dia harus merasa terasing dan tersingkir.

            Huft!

            Nami menghela napas.

            “Sudahlah!”

            “Tapi, aku sedih dan tidak tahan.” Curhatnya pada pasir-pasir. Saat Nami berjongkok menggambar, mencorat-coret pasir dengan.

            “Luffi, bodoh. Kau ini sungguh keterlaluan.” Marahnya pada gambar yang tadi dia buat.

            “Apa kau tak mau menemaniku? Menikmati malah yang penuh bintang. Berdua saja. Aku sangat rindu,” ucap Nami masih memandang gambarnya.

            “Bukankah sudah lama kita tak melakukannya. Kita selalu sibuk dengan pelayaran dan berkumpul dengan teman-teman.” Lagi-lagi Nami menghela napas.

            “Seharusnya hari ini akan menyenangkan. Aku sudah menantikannya, tapi ...,”

            Nami seolah ingin menangis lagi mengingat Boa Hanchok yang mendadak ikut dan memonopoli Luffi.

~*~


           “Gomen!”

            Pelukan dan bisikan halus  dari belakang  membuat Nami kaget.

            “Luffi.”

            “Percayalah meski seharian aku bersama Hanchok kau yang selalu terlintas dala pikiranku."

            “Hountou ne?—sungguhkah?”

            Luffi mengangguk. Lalu menatap Nami penuh kasih.

            “Dia memang berjasa pernah menolong—menyelamatkan nyawaku—tapi kau tetap satu yang ada di hati selalu.”

            Luffi mengecup kening Nami. Mereka berpelukan cukup lama. Lalu menikmati kerlip bintang bersama.

            Nami merasa sangat senang seolah bisa terbang bersama sayap-sayap rahasia yang dimilikinya, ya sayap-sayap cinta dari Luffi seorang.

            Tanpa sepengetahuan mereka sedari tadi semua teman-temannya melihat kejadian itu. Ya, diam-diam mereka membututi Luffi. Tak menyangka mereka akan melihat pemandangan itu.

            Sanji dan Boa Hanchok yang paling terlihat sakit hati. Cinta mereka ternyata tak sampai ke hati, hanya bertepuk tampak tak akan kembali. Mereka pergi dengan langkah gontai. Berbeda dengan Ussop, chopper dan Franki yang ikut bahagia dengan pilihan Luffi.

            Pun dengan Zorro dan Robin. Mereka sangat mendukung hubungan dua sejoli itu.

            “Kita cari tempat lain.” Zorro menggandeng tangan Robin dengan erat.

            Mereka meninggalkan Luffi dan Nami yang sedang larut dalam percikan cinta. Saling bertatap mesrah lalu berciuman, meleburkan segala rindu yang sempat membuncah.


Srobyong, 6 Februari 2015  


[1] Gabungan dari Gear Second dan Gear Third

dedicate ; 

 Penyair hebat Mbak Hermini  yang juga penggila One Piece. Lalu ditambah dari  Abang Bang Jak Oi. Semoga menikmati meski ceritanya agak amburadul. ^_^

No comments:

Post a Comment