Wednesday 20 January 2021

Resensi - Menumbuhkan Sikap Jujur dan Kepedulian

 


Judul               : Tragedi Apel & Buku Ajaib Jiko

Penulis             : Yosep Rustandi

Penerbit           : Indiva Media Kreasi

Cetakan           : Pertama, Juli 2020

Tebal               : 160 halaman

ISBN               : 978-623-253-002-7

Harga Buku     : Rp40.000

Peresensi         : Ratnani Latifah. Penulis dan penikmat buku asal Jepara

“Buku  bisa memberi bantuan kalau kita jujur. Kalau bohong berarti mikir sendiri.” (hal 47).

Menumbuhkan sikap jujur dan kepedulian pada anak itu memang sangat penting. Pendidikan karakter ini akan membangun moral yang baik bagi anak. Sehingga anak tumbuh sebagai pribadi yang lebih bertanggung jawab. Berbeda jika anak tidak dididik dengan karakter tersebut. Anak akan tumbuh dengan sikap kurang peduli dan bertindak sesuka hati.

Buku ini memuat pembelajaran karakter  sikap jujur dan kepedulian, yang sangat menarik dan cocok dibaca untuk anak. Karena cerita yang termaktub di sini, dipaparkan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Ceritanya juga ringan dan mungkin sering terjadi di sekitar kita. Jadi selama membaca kita tidak akan mengalami kebosanan. Sebaliknya kita akan merasa terhibur dengan cerita juga belajar banyak hal dari kisah tersebut.

Novel ini sendiri menceritakan tentang kisah hidup anak-anak kurang mampu, yang harus menjalani hidup dengan penuh perjuangan. Alin adalah anak yang kurang beruntung. Karena sejak bapaknya meninggal dunia, kini tinggal emaknya yang membanting tulang untuk dirinya. Akan tetapi tidak lama setelah itu sang emak pun tumbang. Sejak itu Alin-lah yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Karena keadaan itu Alin terpaksa menjambret. Akan tetapi yang ia curi bukanlah uang atau perhiasan. Ia hanya mencuri seplastik apel, yang sangat ingin ia berikan pada emaknya. Ia hanya ingin membahagiaan emaknya. Dengan memakan apel itu ia harap emaknya akan segera pulih. Namun siapa sangka, apel hasil jambretan itu malah menumbuhnya banyak sekali masalah beruntun lain yang tidak terduga.

Bersama sahabatnya, Jiko yang kutu buku, Alin mencoba menyelasaikan berbagai masalah yang ada. Berhasilkan Jiko dan Alin melakukannya? Dan apa saja ide-ide dari buku ajaib yang memberikan inspirasi bagi keduanya selama menyelesaikan masalah yang mereka hadapi?

Secara keseluruhan, novel ini sangat menarik dan menghibur. Tema yang diangkat pun menarik dan berbeda dari kebanyakan tema cerita anak yang sering saya baca. Selain mengisahkan permasalahan Alin dan Jiko, ada pula masalah lain yang dikembangkan penulis, yang semakin membuat kisah ini seru sekali untuk dibaca sampai akhir.  Buku ini memuat cukup banyak  pendidikan karakter  bagi anak.

Dari keutamaan membaca, “Dia tidak tahu kalau buku memberi  tahu kita tentang banyak hal. semuanya ada di buku. Seluruh pengetahuan dunia ini ada di buku.” (hal 36). Mengajarkan untuk selalu bersikap jujur, “Kita tidak boleh bohong, apalagi kepada orangtua.” (hal 45). Peduli pada sesama yang digambarkan pada kisah Yasmin yang rela mengajar anak-anak tidak mampu tanpa bayaran. Juga pembelajaran untuk memiliki semangat belajar yang tinggi.  Tidak heran, jika novel ini menjadi “Pemenang Pertama pada Kompetisi Menulis Indiva 2019 Kategori Novel Anak”.  

Srobyong, 12 Oktober 2020


Pernah dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat, Selasa 20 Oktober 2020 


2 comments:

  1. Buku tema anak begini sudah pasti sangat bagus untuk dijadikan pelajaran sebagai sarana menanamkan karakter kepada anak. Sebab melihat perkembangan anak saat ini sangat miris menurut saya, karena anak sudah dibuat autis dengan ponsel. Keberadaan ponsel bagi mereka sudah jadi kebutuhan, walau tayangan yang mereka lihat memang untuk usia mereka. Tetapi, di mata saya, ponsel sudah merebut kebahagian anak untuk bermain. Kadang jika merenungkan hal ini, saya bersyukur dulu punya masa kecil yang baik dan menyenangkan. Walau dulu saya pun tidak punya kebebasan untuk punya buku anak seperti buku ini, belum sanggup beli, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mas. Saya pun miris ketika melihat anak terlalu sering bermain hp, hingga kadang sampai lupa bersosialisasi. Memang saat ini hp menjadi salah satu sarana untuk belajar, tetapi penggunaannya akan lebih baik untuk dibatasi. Setelah belajar bisa off dulu dengan hp dengana melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan mungkin.

      Sama Mas, dulu pun untuk buku hanya bisa membeli majalah bekas. Tetapi itu lebih seru karena saat itu permainan anak masih bervariasi untuk dilakukan. Hehehe.

      Delete