Judul : I Love View
Penulis :
Azzura Dayana
Penerbit :
Indiva Media Kreasi
Cetakan :
Pertama, Januari 2021
Tebal :
232 halaman
Harga Buku :
RP60.000
ISBN :
978-623-253-027-0
Peresensi : Ratnani Latifah
Meski tidak menjadi juara pada Kompetisi Menulis Indiva 2020, tetapi novel ini terpilih sebagai karya yang mendapatkan penghargaan khusus dari Indiva. Bagaimana tidak ..., novel ini memiliki rasa pemenang yang sangat lekat. Dua kata untuk novel ini. Keren banget!
![]() |
(Sumber : Facebook Penerbit Indiva. Judul asli novel sebelum diganti "I Love View") |
“Kamu tahu
kamu mungkin bisa menyelesaikan masalah ini, dan bisa juga gagal. Tapi kamu
memilih untuk tidak melewatinya. Itu namanya menghindar. Lari dari masalah itu
lebih simpel. Kamu tidak mau masalah itu selesai. Itu bukan sikap kesatria.” (hal 132).
Setiap orang
pasti memiliki masalah. Hanya saja kadarnya berbeda-beda. Karena memang masalah
adalah bagian dari hidup. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita
berani menghadapinya dengan bijak atau memilih untuk lari dari masalah.
Sonia sangat
terluka. Berkali-kali ia dikhianati oleh orang-orang yang ia sayang dan
percayai. Hatinya remuk redam. Ia marah,
tapi kemarahannya tidak akan pernah mengubah apa yang sudah ada. Karena
berbagai masalah pelik itulah, Sonia memutuskan melakukan perjalanan ke Negeri
Singa dan Malaysia untuk mencari kedamaian. Apalagi kegiatan traveling
semacam ini memang sudah menjadi hobi dan kebiasaannya. Ia berharap dari
perjalanannya itu, bisa sedikit menyembuhkan lukanya.
Sayangnya
perjalanan yang sudah ia rencanakan sedemikian tidaklah semulus yang ia harap. Banyak
kejadian-kejadian yang terduga yang mewarnai perjalanannya.
Menggunakan alur
maju mundur, novel ini sangat menarik. Sejak awal kita akan dibius cara
bercerita penulis yang menarik dan akan membuat penasaran. Kita tidak akan berhenti membaca sebelum menamatkan
novel ini. Kita akan dibuat
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Sonia, hingga ia begitu
terluka dan membenci bunga.
“Sayangnya,
dengan siapa kamu pacaran sekian tahun, belum tentu takdirnya kamu pula yang
betul-betul dinikahiya beberapa hari setelah sekian tahun.” (hal 25).
Sonia patah
hati, ia tidak menyangka hubungan yang telah dibina bertahun-tahun itu tiba-tiba
kandas begitu saja. Ternyata Radin, pacarnya lebih memilih Bunga Sandrina, teman
kerja Sonia—dan sosok yang baru dikenal Radin. Sonia paham temannya itu bak putri yang begi
menyilaukan. Ia begitu cantik, dibandingkan dirinya. Ia merasa benar-benar
seperti ditusuk dari belakang.
Tidak hanya
Radin, ternyata sang papa yang begitu ia percaya juga tega menduakan ibunya
demi menikahi wanita lain yang lebih cantik. Maka lengkap sudah kepedihan Sonia. Meski
dalam ucapan ia telah memanfaatkan Radin dan Sandrina, tapi siapa yang tahu
kedalaman hati Sonia yang masih mendendam?
Oleh sebab
itu, ketika tanpa sengaja mereka bertemu di Melaka, Sonia sungguh marah dan tidak menyangka.
Kenapa mereka bisa sama-sama berada di lokasi yang sama? Padahal ia sudah
berusaha menjauh sejauh mungkin. Yang membuatnya semakin sebal, tentu saja
kedua orang itu terus berusaha mendekatinya,
ingin bertemu, memintanya menjadi guide, meminta maaf dan menjelaskan semua permasalahan.
“Nikmati saja kebahagian kalian saat ini. Tapi tidak
usah ajak aku sering-sering melihat itu. Aku belum jadi malaikat, Sandrina. Aku
masih manusia.” (hal
68).
Itu baru
segelintir konflik yang ada pada novel
ini. Masih banyak konflik-konflik yang tidak kalah seru yang bisa kita simak. Misalnya
keberadaan Seon yang begitu baik padanya, membuat Sonia berhati-hati. Ada pula Hilya,
wanita cantik yang begitu Sonia hindari,
tetapi malah berkali-kali mereka dipertemukan karena hal-hal yang tidak
terduga.
Azzura Dayana
memang penulis yang pandai mengobrak-abrik hati pembaca. Bagaimana perasaan
Sonia diceritakan dengan apik hingga mampu menumbuhkan empati dari pembaca.
Dari segi
tema, meski nampak sederhana karena mengangkat tema cinta segita tiga, patah
hati—tema yang bisa dibilang pasaran—tapi dipadukan dengan cerita traveling yang
begitu hidup dan menggoda selera, novel ini benar-benar apik dan menarik. Membaca novel ini kita seperti ikut menyaksikan
keindahan dua negara tetangga. Bikin melipir dan baper ingin traveling
juga. Ups. Saat membaca pun jadi tergoda untuk searching tempat-tempat yang dikunjungi Sonia.
![]() |
(Sultan Mosque- sumber : Pinterest) |
![]() |
(Pantai di Sembawang Park -sumber : Mapio.net) |
Hal ini sebagaimana
novel-novel sebelumnya yang juga bertema
traveling—khususnya pendakian—dari Rengganis: Altitude 3088, Altitude 3676 Tahta
Mahameru dan Altitude 3159 Miqueli—semuanya
sangat seru dan nampak benar-benah hidup dari segi cerita juga penggamaran setting
cerita. Begitu pula dengan penjabaran setting cerita dalam novel
ini. Kita seperti diajak ikut serta menapaki setiap tempat yang dikunjungi
Sonia.
![]() |
(Masjid Terapung Selat Melaka -sumber : tripadvsiro) |
![]() |
(Sunset di Woodlands Waterfront -sumber : tripadvisor) |
![]() |
(Taman Wetlands Putrajaya -sumber : pinterest) |
Gaya bahasanya
pun ringan, lugas dan mudah dipahami. Kita tidak akan bosan selama membaca
novel ini. Yang ada kita akan merasa nagih ingin lagi dan lagi. Pemilihan alur
maju mundur, semakin menunjukkan daya tarik novel ini. Karena dari sana kita
akan diajak menelusuri kisah hidup Sonia yang tidak terduga dan penuh kejutan.
Banyak plot
twist yang disiapkan penulis, yang sedikit banyak akan membuat kita
penasaran dan gregetan. Kok bisa seperti itu? Oh ternyata begitu? Mungkin
itulah yang ada dipikiran kita. Hanya saja masih ada berapa salah ketik yang
sebetulnya tidak terlalu menganggu selama membaca.
Near
Seon juga
menelepon dua kali è Mungkin maksdunya Near Heart dan
Seon atau hanya Seon saja (hal 53)
Sandrinayangbersalah,karenamerekapengkhianat
è tulisan ini kurang spasi jadi nampak berdempetan (hal 189).
Namun lepas
dari kekurangannya, bagi saya novel ini tetap menarik dan sangat recomended untuk
dibaca. Apalagi novel ini sarat akan inspirasi dan motivasi. Banyak
pembelajaran yang bisa kita peroleh ketika membaca novel ini.
Di antaranya
kita diajak menjadi pribadi yang berani menghadapi masalah dengan bijak. Sebuah
masalah tidak akan pernah selesai jika
kita terus melarikan diri seperti Sonia. Melarikan diri hanya akan membuat kita
seperti seorang pengecut.
“Coba
temui saja mereka semua. Kalau pun kamu belum bisa memaafkan sekarang, kamu
bisa memberitahukan bahwa kamu akan memaafkan mereka pelan-pelan secara
bertahap. Terkadang, ada hal-hal baik yang terhalang jalannya karena kita
menutup pintu-pintu lainnya. Pintu maaf. Pintu Sulaturrahmi.” (hal 146).
Kita juga
diingatkan tentang pentingnya sebuah komunikasi yang baik. Karena dengan
komunikasi yang baik, akan memudahkan kita dalam menyelesaikan masalah. Jangan
seperti Sonia yang karena kurang komunikasi jadinya terjadi kesalahpahaman yang
berkepanjangan. Namun sebal juga sih dengan Radin yang sejak awal tidak
berusaha jujur. Ia malah mendekati Sonia setelah menikah tanpa merasa terjadi
apa-apa. Lagipula siapa yang bisa tenang bertemu mantan pacar dengan istrinya.
Ups.
Selain itu
kita juga bisa belajar untuk menjadi seseorang yang lebih pemaaf dan siap
menerima takdir Allah. Siapalah kita, setiap hal itu sudah ditentukan oleh
Allah. Salah satu masalah jodoh. Ini semacam sindiran halus bahwa pacaran tidak
selamanya baik dan berakhir bahagia. Karena pacaran belum tentu jadi pasangan
halal.
“...tapi
Allah-lah yang memutuskan apakah kalian layak bersama hingga akhirnya. Ternyata,
takdir Allah berbeda dari apa yang kalian jalani dan upayakan. Tapi yakinlah,
setiap kehilangan akan ada gantinya. Asal kita mau memperbaiki diri, ia tak akan
enggan memberi ganti, bahkan mungkin yang lebih baik.” (hal 198-199).
Maka sudah
semestinya kita menerima ketetapan Allah. Sedih boleh, tetapi jangan
berlebihan. Sewajarnya saja. Bukan hanya kita yang punya masalah.
“Tiap
manusia punya problem masing-masing. Berbeda masalah. Berbeda kadarnya juga.” (hal 130).
Jangan pula
berburuk sangka pada orang lain. Kita tidak boleh menilai seseorang dari
luarnya saja. Kecantikan tidak selamanya melukai juga membawa kebahagiaan.
Bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu lebih condong hadir karena hati tenterema,
mau bersyukur, karena kita menerima apa
yang ditetapkan. Jangan menyalahkan seseorang atau sesuatu karena kemarahan
kita.
“Tak semua
yang lebih cantik itu membahagiakan. Segala sesuatu yang menenteramkan jiwamu,
dan kamu setia di sana, itulah bahagia.” (hal 193).
Novel ini banyak
menyimpan inspirasi dan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya Kita diajak untuk selalu menjaga
silaturrahmi, selalu berprasangka baik,
sabar ketika mendapat cobaan, bijak dalam menghadapi masalah, juga sayang dan
menghormati orangtua.
Ditutup dengan
ending yang tidak terduga, novel ini benar-benar sayang sekali jika dilewatkan.
Suka dengan quote-quote bijak yang bersebaran di dalam novel ini. Sederhana
memang, tapi dalam banget. Plus akronim perihal ‘view’.
“Terkadang
manusia butuh motivasi eskternal untuk memutuskan sesuatu. Tapi tetap saja,
motivasi internal dari dalam jiwanyalah yang bisa memantapkannya,
mengikhlaskannya dalam menjalani keputusan itu. Begitu juga hijrah.” (hal 198).
Srobyong, 26 Januari 2021
Saya belum pernah membaca karya Kak Azzura. Dan setelah membaca resensi ini, menyebutkan kalau di novel-novelnya selalu terselip petualangan ke alam, jadi pengen baca juga.
ReplyDeleteKalo ngomongin cinta segitiga, kayaknya udah umum banget ya, tapi buat saya justru penyelesaiannya yang ditunggu, apakah memberikan gambaran ending yang bisa dicontoh atau enggak bisa dicontoh. Hitung-hitung mencari manfaat dari membaca, ya memetik hikmah dari kisahnya. Duh, jadi Sonia ini akhirnya move on atau nggak nih?
Sip silahkan diburu, Mas. Novel Mbak Azzura ini memang keran. Ada tiga novel dengan tipe traveling berupa pendakian: Tahta Mahamru, Miqueli, Rengganis.
DeleteAda pula yang novel remaja itu Birunya langit cinta.
Lalu misteri Albaster dengan setting di Canberra. Itu buku-buku penulis yang sudah saya baca. Dan semuanya memang keren. Promosi.
Nah itu Mas, meski tema umum, Mbak Azzura ini memiliki cara bertutur dan penyelesaian kisah yang apik. Betul Mas, memang begitu, kan setidaknya dari membaca ada hikmahnya.
Kalau soa Sonia, cus buat baca sendiri, heheh. Nanti malah spoiler. Hehheh