Saturday 30 June 2018

[Resensi] Meneladani Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Dimuat di Analisa Medan, Jumat 29 Juni 2018 


Judul               : Khulafaur Rasyidin
Penulis             : Yoli Hemdi, Gita Mutia, Umi Sholehah
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, November 2017
Tebal               : X + 240 halaman
ISBN               : 978-602-03-7821-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.”  Artinya setiap seorang muslim adalah pemimpin. Akan tetapi tidak semua orang bisa menjadi pemimpin sejati.  Untuk itulah kita perlu keteladanan  dari para pemimpin terpilih. Di antaranya adalah empat sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai Khulafaur Rasyidin atau para pemimpin cerdas yang mendapatkan bimbingan dari Tuhan. Merekalah generasi emas dari sahabat Nabi (hal v).

Abu Bakar adalah khalifah yang mengokohkan pondasi negara. Sebagaimana kita ketahui, Abu Bakar termasuk orang yang pertama masuk Islam. Ketika tidak ada yang mempercayai risalah Nabi, Abu Bakar dengan penuh keyakinan berada di barisan Nabi. Dia juga orang pertama yang membenarkan peristiwa Israk Mikraj. Oleh sebab itu Abu Bakar kemudian mendapat gelar ash-Shidiq yang artinya benar atau orang yang membenarkan. Dia juga rela berkoban nyawa dan menginfakkan harta bendanya untuk dakwah Islam.

Setelah Nabi Muhammad Saw meninggal dunia orang-orang menjadi bingung siapa yang akan menjadi penggantinya sebagai pemimpin. Kebingungan yang terjadi ini hampir memecah belah umat Islam. Kaum Anshar yang merasa telah banyak membantu perjuangan Islam, merasa lebih pantas dipilih sebagai pemimpin. Ada pula yang berpendapat bahwa kaum Muhajirin, lebih berhak menggantikan Nabi, karena mereka merupakan orang yang pertama kali menerima Islam. Beruntung ada Abu Bakar yang mencoba melerai perdebatan itu. Dia mengingatkan supaya orang-orang lebih mementingkan keimanan kepada Allah dan jangan memperebutkan kekuasaan.

Abu Bakar berpendapat, lebih baik antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin saling bekerja sama dalam pemerintahan karena sama-sama orang muslim (hal 17). Melihat sikap arif Abu Bakar, akhirnya masyarakat memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama.  Dalam masa kepemimpinannya Abu Bakar berusaha meneruskan apa yang sudah dimulai Rasulullah. Misalnya adalah mengirim Usamah, yang berhasil memukul mundur pasukan Romawi dan membebaskan wilayah-wilayah yang dikuasai.

Abu Bakar juga berperan banyak dalam menumpas nabi-nabi palsu, dia juga harus menghadapi orang-orang murtad dan pembangkang zakat.  Abu Bakar juga berjasa membebaskan Irak dari Persia dan melepaskan Syam dari Romawi. Tidak ketinggalan dia juga menyelamatkan mushaf Al-Quran dari kemusnahan. Dan sebagai bukti kekuatan ekonomi, dia mendirikan Baitul Mal sebagai lembaga keuangan negara.

Umar bin Khattab dialah khalifah yang menaklukkan dunia. Dia memimpin dengan penuh cinta kasih. Umar berhasil  menaklukkan dua kerajaan adidaya dunia —Romawi dan Persia. Dia berhasil menyelamatkan rakyat dari bencana kelaparan dan wabah penyakit menular dan mematikan. Umar memiliki kecerdasan luar biasa dalam tata kelola negara. Sehingga dia mampu mengurus negara yang kian luas terbentang dengan berbagai etnis maupun suku serta banyak masalah berat yang menyertai (hal 125).

Umar berjasa dalam membuat kalender Islam, yang memberi kemudahan dalam surat menyurat dalam pemerintahan, Umar juga mendirikan lembaga-lembaga administrasi negara di berbagai wilayah kekhalifahan, dengan pengantar bahasa sesuai dengan bahasa rakyat setempat. Serta membuat kantor pajak, sebagai pemasukan negara.

Usman bin Affan dengan sikap welas asih, berhasil menjadi pemimpin yang dicintai rakyat. Dialah khalifah yang cinta damai. Sebagai kepala negara, dia tidak segan mendermakan harta bendanya untuk kepentingan rakyat. Dia berjasa di bidang kemiliteran, mendirikan angkatan laut Islam. Dia juga berjasa dalam menyeragamkan dalam membaca Al-Quran dan memperbaiki masjid Nabawi.

Ali bin Abi Thalib adalah  khalifah yang menjaga persatuan. Pada masa kepemimpinannya banyak pemberontak yang tidak suka dengan kepempimpinan Ali. Selain itu banyak fitnah yang menyerangkan. Namun begitu, Ali tetap  tegar. Dia tetap memimpin dengan kebijaksanaan yang luar biasa. Ali juga berani melakukan refomasi biokrasi, di mana dia mementingkan pemilihan pejabat yang berdasarkan kecapakan dan kesediaan dan berkorban dalam mengurus rakyat (hal 200).

Buku ini sangat mencerahkan dan menambah wawasan dalam sejarah Islam. Kita diajak mengenal lebih dalam bagaimana kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Semoga dengan adanya buku ini kita bisa meneladani kepemimpinan empat sahabat nabi yang sangat inspiratif  ini.

Srobyong, 3 Juni 2018

No comments:

Post a Comment