Wednesday 6 June 2018

[Resensi] Belajar Menjadi Orangtua yang Sabar dan Kreatif

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 13 Mei 2018


Judul               : Seberapa Capek Jadi Orangtua dan Cerita Lainnya
Penulis             :  Niken Purwani, dkk
Penerbit           : Lingkarantarnusa
Cetakan           : Pertama, Juni 2017
Tebal               : x + 214 halaman
ISBN               : 978-602-6688-01-9
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara


Sering kita mendengar bahwa menjadi orangtua itu sebuah tantangan berat.  Kita dituntut mengetahui berbagai pengetahuan tentang bagaimana cara mengasuh anak yang baik.  Kita akan dibuat repot dengan berbagai keperluan anak, dari memberi ASI, menganti popok hingga masalah urusan bersih-bersih.  Selain itu orangtua juga harus menjadi madrasah pertama bagi anak. Di mana kita  dituntut pintar dalam mendidik karakter anak, memberi teladan yang baik, agar kita tidak salah dalam memberi contoh.

Tantang selanjutnya adalah stok kesabaran yang harus kita siapkan ketika menghadapi pertumbuhan anak. Melihat anak tumbuh kembang dengan segala keaktifan dan kreativitas yang mereka miliki. Bagaimana cara kita menjelaskan berbagai persoalan yang  kadang sulit dimengerti anak, dengan sususan bahasa yang mudah dicerna, atau tentang bagaimana menanggapi rasa ingin tahu anak yang begitu tinggi. Suka duka menjadi orangtua, meski memang kadang membuat kita lelah, namun dari sana juga, kita juga belajar arti kehidupan dan belajar menjadi sosok yang lebih sabar dan kreatif.

Buku ini terdiri dari 25 kisah nyata tentang suka duka yang dialami para ibu—orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak. Sebuah buku yang mengajak kita memahami tentang suka duka menjadi seorang ibu atau orangtua.  Bahwa sesungguhnya peran kita menjadi orangtua secara tidak sadar, selain membimbing dan merawata anak, kita juga belajar menjadi pribadi baru yang lebih peka, peduli dan penuh kesabaran.
Sebut saja kisah berjudul “Seberapa  Capek Jadi Orangtua?” yang ditulis oleh Dian Nofitasari.  Dia mengisahkan, meski  dia harus lelah dan capek ketika kita menjadi orangtua—di mana dia harus siap melakukan berbagai hal, dari menemani anak bermain, memasak, mencuci baju, membersikan rumah, dan banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan. Akan tetapi semua pekerjaan itu tidak pernah membuatnya capek atau mengeluh, Karena semua yang dia lakukan adalah demi anak-anak tercinta. Meski kadang dia sempat mengeluh, hal itu tidak akan berlangsung lama, karena keberadaan anak adalah sumber energi positif dan motivasi orangtua untuk terus  berjuan (hal 4).
Ada pula kisah berjudul “Punya Anak = Tak Punya Waktu?” karya Vira Luthfia Annisa.  Dia memaparkan meski waktunya terpakai cukup banyak dalam urusan merawat anak, nyatanya Annisa mampu menikmatinya. Baginya punya waktu atau tidak adalah bagaimana cara kita memanage waktu itu sendiri.  Apalagi kebersamaan dengan anak yang sedang mengalami fase tumbuh kembang, adalah masa-masa terindah. Karena di sana tersimpan kelucuan, keluguan yang tidak akan ditemukan ketika anak sudah tumbuh dewasa (hal 68).
Tidak kalah menarik ada kisah berjudul “Dua Sisi yang Berbeda” karya Niken Purwani. Sadar atau tidak sebagai orangtua kita sering memaksakan kehendak pada anak. Kita sering meminta anak mengikut hal yang kita sukai. Begitu pula yang dilakukan Niken kepada putrinya. Dia mendidik Aisha untuk menyukai Bahasa Inggris—yang merupakan basic Niken. Namun siapa sangka Aisha ternyata lebih menyukai Bahasa Arab. Di sinilah orangtua harus belajar menghargai apa yang disukai anak, dengan tidak memaksakan kehendak. Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk berkembang (hal 201).
Selain tiga kisah tersebut, masih banyak kisah-kisah lainnya yang tidak kalah menarik. Semua memiliki keunikan masing-masing, yang mampu membuat kita ikut terawa dan terhanyut dengan kisah-kisah yang termaktub di sini. Di sini kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dalam merawat dan mendidik anak.
Hanya saja dalam buku ini masih saya temukan beberapa kesalahan tulis, serta font penulisan judulnya kurang menarik karena membuat kita kesulitan dalam membaca. Namun lepas dari beberapa kekurangannya buku ini cukup menghibur dan banyak memberi wawasan tentang pengalaman menjadi orangtua dan suka duka yang pernah dialami para penulis.
Srobyong, 20 April 2018

No comments:

Post a Comment