Friday 3 June 2016

[Review] Menilik Arti Pernikahan di mata Para Wanita

Judul               : Cinderella Syndrome
Penulis             : Leyla Hana
Penerbit           : Salsabila
Cetakan           : Pertama, Mei 2012
Halaman          : 240 hlm
ISBN               :  978-602-98544-2-8

Bagi para wanita masalah pernikahan itu menyimpan banyak sekali puzzle-puzzle misteri. Antaranya akan ada ada kebahagiaan yang membuncah namun pun tak dipungkiri ketakutan dan kekhawatiran karena memutuskan menikah. Karena menikah berarti kita menyatukan dua manusia berbeda perangai juga keluarga. Bagaimana menyatukan sekat itu dan akankah pernikahan itu akan seindah kisah cinderella ketika mendapat pangeran? Bukankah cinta tak menjamin pernikahan akan berjalan mulus?

Novel ini menceritakan tentang tiga  perempuan dengan permasalahan hidup yang kemudian menyeret mereka pada  kata ‘pernikahan’.  Sebuah momok yang sudah pasti akan datang pada kehidupan mereka.

Erika, dia adalah seorang seorang manajer  penjualan di  Easy Health. Dia berusia 30 tahun, usia yang dari kacamata masyarakat sudah saatnya menikah. Namun pernikahan di matanya tidaklah penting. (hal. 14) Karena pernikahan hanya akan menyisakan luka, membuat wanita tertindas. Itulah yang selama ini Erika tangkap ketika melihat keadaan ibunya juga curhat dari tema-temanya. “Pernikahan adalah momok terbesar dalam dirinya.” (hal. 98)

Tapi benarkah Erika akan bertahan dengan prinsipnya untuk tidak menikah? Mempercayai bahwa semua laki-laki itu penindas dan jahat?  Trauma masalalu memang membuat Erika menila semua laki-laki sama. Padahal dia tahu tidak semua laki-laki seperti ayahnya.  Sampai kemudian dia mengenal Lukman. Mungkinkah Hati yang sudah terlanjur beku itu bisa dilunakkan?

Violet dia adalah penulis muda yang kurang mandiri. Usianya 25 tahun tapi ke mana pun harus selalu ditemani. Karena jika tidak ditemani sudah pasti dia akan tersasar.  Dalam moto hidupnya hanyalah menjalani kehupan secara apaadanya. Menulis dan karyanya diterbitkan. Dan menikah belum menjadi hal yang diprioritaskan. Hingga kemudian seorang teman Violet—Chika menyarankan Vilet untuk menikah. (hal. 43)  Siapa tahu dengan menikah dia akan memiliki supir pribadi yang siap menjadi sopirnya. Toh, usianya juga sudah cukup untuk menikah.

Dan sebenarnya diam-diam Violet juga tengah diam-diam memerhatikan seseorang yang menurutnya sangat sesuai dengan seleranya.  Tapi cukupkah hanya karena penilaian itu dan apakah alasan menikah itu hanya karena ingin mendapat pengawal pribadi?

Lalu Annisa. Dia adalah guru sekolah TK. Usianya 28 tahun. Dia sangat mendambakan bisa menikah dengan laki-laki yang mapan yang bisa membawanya keluar dari dunia gelap yang selama ini dijalaninya. Belum lagi karena dia selalu mendapat ejekan sebagai perawan tua membuatnya selalu berharap bisa segera mengakhiri masa lajangnya, agar tidak ada lagi ejekan yang diterimanya.  Siapa sih yang tidak ingin menikah, begitulah gumam Annisa. Hanya saja saat itu dia belum memiliki calon. Apakah itu salah?

Lalu tanpa sengaja Annnisa mengenal  Zulfikar Firdaus, ayah dari salah satu muridnya. Yang kemudian  membuat hidupnya berwarna. Annisa yakin dialah pangeran yang selama ini diimpikannya. Namun apakah hibup memang seindah kisa Cinderella?

Novel ini diramu dengan bahasa yang asyik banget. Cerita dipaparkan dengan   apa adanya dan memang sesuai realitas.  Bahwa memang jodoh itu selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak pernah habis dan selalu menarik untuk dibahas. Lalu tentang kekhawatiran tentang pernikahan dan alasan-alasan kenapa seseorang ingin menikah.  

Hal yang sangat asyik dalam novel ini adalah, bagaimana penulis mampu menciptakan kejutan-kejutan kecil dalam setiap bab sehingga membuat pembaca ingin berhenti sebelum selesai. Ending-endingnya sendiri pun mengejutkan.  Saya sempat terkecoh.  Novel yang memang apik dan recomended dibaca semua umur. Meski memang masih ada beberapa kesalahan penulisan itu tidak menikmati keasyikan membaca.


Banyak sindiran-sindiran halus juga dalam novel ini. Mengajarkan seseorang tidak hanya menghakimi orang lain berdasarkan kacamata sepihak.   Dan berpikir masak-masak sebelum mengambil keputusan.  


Srobyong, 3 Juni 2016 

2 comments: