Judul : Meskipun Hujan Masih Turun
Penulis : Shabrina Ws
Penerbit : Tinta Merah Indonesia, bekerjasama dengan Yutaka Pika-Pika
Cetakan : Pertama, November 2020
Tebal : 250 halaman
ISBN : 9786239442477
~Dalam
cerita penulis mungkin perlu kisah yang masuk akal. Sementara dalam kehidupan
nyata, sering kali beberapa hal seolah di luar nalar~ hal 49.
Hidup memang selalu penuh kejutan. Kita tidak
mungkin bisa menebak kejadian-kejadian tidak terduga yang akan hadir mewarnai
hidup kita bahkan menjadi babak baru dalam hidup ini. Karena hidup itu memang
penuh misteri. Meski pun di luar nalar, kalau itu sudah ketentuan Tuhan, kita
bisa apa?
Senggani duduk sendirian menunggu kereta yang akan
mengantarkannya ke kota perantaunnya, kota Malang. Bersama hujan ia duduk
menerenungi kejadian yang tidak terduga. Gani tidak pernah menyangka kalau Wira
akan marah kepadanya, melontarkan
kata-kata yang membuatnya kesal. Padahal dulu Wira tidaklah seperti itu, ia
selalu mendukung apa pun yang Gani lakukan. Tapi sekarang?
“Pergilah.
Aku nggak akan nahan, nggak akan halangi. Toh, aku nggak bisa ngasih apa yang
kamu impikan. Kita nggak usah pura-pura lagi.”
(hal 8)
Bersamaan dengan kejadian tersebut, Gani
dipertemukan dengan sosok yang sempat ia curigai bernama Pengelana. Entah ada
angin apa, pria asing itu tiba-tiba duduk di sampingnya, bercerita dan membuat
Gani merasa tidak enak hati. Dan dari sanalah kejadian itu dimulai. berbagai
kejadian tidak terduga hadir mewarnai hidup Gani, membuat gadis itu senang,
sedih, takut, cemas, khawatir dan rasa-rasa lainnya.
Kehadiran Pengelana yang mendadak itu, ternyata
sedikit banyak telah membuat hidup Gani lebih berwana. Dari percakapan ringan,
kepingan gambar yang membuat hati hangat atau video-video dan lagu-lagu yang
menghibur. Kehadiran Pengelana sedikit banyak membuat Gani melupakan masalahnya
dengan Wira, yang sudah tumbuh bersama sejak kecil. Termasuk kemarahan Gani
ketika mengetahui Wira pergi ke Batam tanpa bercerita padanya.
Tapi Gani menyadari bahwa ia harus ekstra hati-hati
dalam merajut pertemanan ini. Ia tidak boleh larut dan goyah. Karena ia tahu
dengan pasti ada Zakiya, yang bahkan dizinkan untuk memplagiat puisi karya
Pengelana. Kalau bukan gadis istimewa lalu apa? Rumit dan penuh kejutan ... itulah
kisah Senggani, Pengelana dan Wira.
“Aku
bertanya kepadamu, pakah ada sesuatu
yang kebetulan di dunia ini?
Katamu,
kebetulan atau keberuntungan mungkin ada pada mereka yang tak percaya takdir.”
(hal 2-3)
Tema cinta memang tema yang sudah pasaran. Meskibegitu
tema cinta tidaklah membosankan. Karena selalu ada cerita-cerita apik yang bisa
diramu sedemikian rupa dan asyik untuk dinikmati. Sebagaimana kisah “Meskipun
Hujan Masih Turun” dengan bahasa lugas dan juga puitis, penulis berhasil
menghidupkan kisah ini. Dari segi penokohan, alur dan plot sepertinya sudah
dirancang dengan sedemikian rupa. Pantas saja ketika membaca prolog cerita
pembaca akan langsung dibuat jatuh cinta, tidak bisa berhenti membaca sebelum
menamatkan kisahnya. Ini saya banget. Hhehh.😀
Secara keseluruhan novel ini sangat menarik, seru dan bikin
gregetan. Selain itu novel ini pun terasa sangat dekat. Karena penulis menceritakan
Senggani sebagai sosok penulis yang selalu rajin berkarya dan rajin mantengi
grup Sastra Minggu Pagi.
Beberapa hal yang saya suka dari ini adalah
kutipan-kutipan soal penulisan yang diselipkan Mbak Shabrina, yang membuat saya
kembali belajar tentang hal-hal yang bersangkutan dengan kepenulisan. Salah
satunya untuk mengendapkan naskah duulu.
“Simpan naskahmu hingga saat membukanya kembali kau
seperti menemukan benda asing.” (hal 28)
Atau kutipan-kutipan dari buku yang sejatinya memang
menarik dan patut untuk direnungkan. Sebagaimana kutipan dari buku karya Yasmin Mogahed.
Kutipan itu benar-benar sesuai dengan keadaan Gani yang berada dalam
kebimbangan.
“Kita
tidak bisa menghindari semua kepedihan. Tetapi dengan menyesuaikan harapan,
respon dan fokus, kita dapat menghindari luka.” (Reclaim
Your Heart –hal 212)
Bagi penikmat kisah romance, novel ini bisa menjadi
salah satu pilihan untuk dibaca. Apalagi di musim penghujan seperti ini yang memang
cocok dengan judul novel. Sambil membaca sambil menikmati deru hujan dan
secangkir kopi. Nikmat sekali. Hehheh.
Tidak melulu soal cinta, masalah kepenulisan atau
persahabatan, novel ini juga kental dengan kekeluargan. Karena di sini kita pun
bisa melihat bagaimana sikap Gani ketika harus menghadapi kenyataan tentang
keadaan orangtuanya. Membaca novel ini selain disuguhi kisah yang menarik, kita
pun bisa belajar cukup banyak hal. Dari kesungguhan dalam menulis, sindiran
halus soal plagiasi, bakti orangtua dan banyak lagi.
“Manusia
tidak lain hanyalah kumpulan hari. Setiap satu hari berlalu, maka sebagian dari
diri kita pun ikut pergi.” (Hasan Al-Bashri-hal 154)
Srobyong, 13 Desember 2020
Aihh jadi penasaran deh mbakk sama novel ini. Saya suka postingan mba shabrina yang romantis itu ehehe
ReplyDeleteIya Mbak, posting Mbak Shabrina memang romantis dan puitis. Dan novel ini memuat keduanya. Bikin greget banget
DeleteSaya baru pertama kali membaca novel karya Kak Shabrina WS di judul "Betang, Cinta Yang Tumbuh Dalam Diam", dan dari situ saya menemukan ciri khas novel beliau: romance, religi, domestik. Dan dari penjelasan novel di atas pun, tampaknya ciri khas beliau tidak berkurang.
ReplyDeleteNgomong-ngomong saya baru tahu ada penerbit Tinta Merah Indonesia...
Betul Mas, begitulah karya Mbak Shabrina, Pas duet dengan Mbak Riawani Elyta pun ada sisi romance-nya.
DeleteIya Mas. Saya pun baru tahu, tapi ini bekerja sama dengan penerbit Yutaka pika pika