Dimuat di Koran Jakarta Kamis 3 Januari 2019
Judul : Digital Parenthink
Penulis : Mona Ratuliu
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, Juli 2018
Tebal : 202 halaman
ISBN : 978-602-385-513-1
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumna Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Menjadi orangtua di masa sekarang, kita memiliki
banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Keberadaan gagdet dan internet, yang sudah menjadi bagian keseharian anak
sejak lahir, selain memberi kemudahan bagi hidup, hal itu juga membawa pisau
tajam yang bisa berbahaya bagi anak.
Oleh sebab itu sebagai orangtua kita harus memberikan arahan yang tepat
kepada anak dalam memanfaatkan gadget.
Karena saat ini gadget sudah menjadi magnet yang digandrungi oleh
anak.
Menurut survei yang diselenggarakan oleh google pada
Desember 2014 hingga Februari 2015, rata-rata orang Indonesia secara akumulatif
menghabiskan waktu selama 5,5 jam sehari menatao layar smartphone-nya. Dan itu
belum termasuk bermain online game, nonton YouTube di PC, main game
console dan lain sebagainya (hal 29).
Jika hal ini dibiarkan terus, maka keadaan tersebut lambat laun akan
merusak anak.
Buku ini
membahas tentang pengaruh gadget
pada perkembangan anak baik dari segi positif dan negatif. Keberadaan buku ini akan membantu orangtua
saat ini dalam mengasuh anak di era milenial ini. Menurut salah satu pakar
psikologi, setidaknya ada delapan perkembangan anak yang akan terpengaruh oleh
penggunaan gadget.
Pertama, perkembangan motorik. Pada usia balita, diharapkan anak sudah mencapai
aspek motorik halus dan kasar. Misalnya anak sudah bisa menulis nama sendiri
(motorik halus), mengancingkan baju secara mandiri (motorik halus), menangkap
bola (motorik kasar) dan sebagainya.
Namun, kecenderungan anak yang bermain gadget secara berlebihan
membuat anak jadi kehilangan waktu untuk melakukan permainan dan melibatkan
fisik. Hasilnya, banyak anak zaman now yang mengalami kesulitan pada
keseimbangan tubuh dan lain-lain (hal 32).
Kedua, perkembangan fisik. Membiarkan anak terlalu
sibuk dengan gadget akan membatasi aktivitas gerak anak. Padahal sejak kecil
anak harus diajarkan melakukan berbagai aktivitas fisik yang menyenangkan.
Karena aktivitas fisik bisa mendatangkan banyak manfaat. Di antaranya
menghindarkan anak dari obesitas—yang merupakan sumber penyakit, bisa
melepaskan hormon endorfin yang dapat mendatangkan perasaan senang dan nyaman
sehingga anak berenergi.
Ketiga, perkembangan moral. Mudahnya berbagai akses yang bisa dilihat
anak, maka kita harus mengarahkan anak agar tidak melihat konten seperti
kekerasan fisik, perbuatan asusila yang nantinya bisa merusak moral anak.
Keempat, perkembangan sosial. Ketika
anak selalu sibuk dengan gadget, hal ini berakibat anak menjadi malas
bersosialisasi. Padahal bersosialisasi sangat penting dilakukan, karena bisa
memengaruhi kesejahteraan serta psikis seseorang.
Kelima, perkembangan indentifikasi gender. Derasnya arus informasi memang memudahkan
kita dalam mendapat informasi, termasuk
gambaran mengenai peran gender di lingkungan kita. Sayangnya tayangan yang ada,
secara tidak sadar telah menyajikan pergeseran nilai gender wanita dan pria
yang sesungguhnya. Keenam, perkembangan
bahasa. Gadget bisa membantu anak saat ini dalam belajar berbagai bahasa
asing. Namun di sisi lain, penggunaan gadget sejak dini pada anak bisa
menyebabkan keterlambatan bicara (speech
delay). Hal ini disebabkan karena anak terlalu sering mendengar suara dan
menonton gadget.
Ketujuh, perkembangan neuroligi. Ketika masih kecil
anak memiliki saraf yang bisa menyerap berbagai informasi dengan cepat.
Aplikasi yang ada di dalam gadget ini bisa jadi sangat membantu anak untuk mengenalkan berbagai macam informasi
edukatif. Namun perlu kita ingat, saat menstimulus anak kita harus memerhatikan
waktu terbaik dan disertai bimbingan orangtua.
Kedelapan, perkembangan kognitif. Adanya film dan aplikasi games pendidikan
marak bermunculan dengan kemasan menarik.
Hal ini mampu menstimulus pola pikir anak menjadi lebih baik. Sehingga
anak dapat belajar membaca, menulis, berhitung atau pun keterampilan lain
dengan cara yang lebih menyenangkan. Namun tentu saja kegiatan tersebut harus
dengan pendampingan dari orangtua.
Jika kita ingin mengenalkan gadget kepada
anak, Ikatan Dokter Anak di Amerika Serikat mengeluarkan waktu tatap layar yang
tepat. Anak di bawah 18 bulan tidak diperkenankan menggunakan gadget,
kecuali untuk aplikasi video chating.
Bagi anak berusia 2-5 maksimal satu jam perhari dalam menatap layar,
namun harus dengan bimbingan orangtua. Anak berusia di atas enam tahun ke atas,
bisa diberikan batasan waktu yang tegas, dalam menggunakan digital, di luar
waktu “wajib” seperti sekolah, mengerjakan tugas sekolah, membantu orangtua dan
tidur.
Srobyong, 21 Desember 2018
Wah menarik untuk dimiliki bukunya. Makasih Mbak
ReplyDeleteIya Pak, sama-sama
Delete