Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 31 Maret 2019
Judul :
Katarsis
Penulis :
Anastasia Aemilia
Penerbit :
Gramedia
Tahun Terbit :
2019
Tebal : 261 halaman
ISBN :
978-979-22-9466-8
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Namun
dalam masa pertumbuhan mereka, faktor lingkungan, keluarga dan berbagai faktor
lainnya, akan memengaruhi sikap dan pola pikir anak. Oleh sebab itu, pada perkembangannya nanti,
anak memiliki potensi menjadi orang baik
atau buruk. Maka tidak salah jika kita harus berhati-hati dalam mendidik
anak.
“Manusia pada dasarnya, memiliki dua sisi. Tak ada
yang dilahirkan bak malaikat suci. Seperti DNA, kedua sisi itu mengalir dalam
darahmu, dan tak bisa kaupisahkan apalagi kauhilangkan dengan ramuan obat atau
jampi-jampi apa pun.” (hal 75).
Mengambil tema keluarga dan kriminalitas, novel
bergenre thriller psikologi ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan gaya
penyajian cerita yang lugas dan mudah dipahami, penulis berhasil menghidupkan
kisah ini dengan apik dan menarik. Kita akan dibuat penasaran bagaimana dengan
akhir kisah ini, sejak pertama kali kita membuka dan membaca lembar novel ini.
Katarsis—judul novel yang terkesan pendek dan sederhana—namun
juga menjadi pemicu menarik rasa penasaran pembaca. Dalam kbbi online, katarsis sendiri memiliki
arti (Psi) cara pengobatan orang yang
berpenyakit saraf dengan membiarkannya
menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; (Sas) kelelahan emosional setelah
mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis. Di mana
judul ini mengacu pada tokoh cerita yang memiliki cara dalam mengobati jiwa
mereka agar suci, baik dengan cara yang benar bahkan dengan cara yang ekstrim.
Menceritakan tentang Tara Johandi yang ditemukan
dalam keadaan mengenaskan berada di kotak perkakas kayu, sedangkan semua
keluarganya tewas; sepupunya—Moses, Bibinya—Sasi, dan ayahnya—Bara. Arif,
pamannya ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Tara menjadi saksi kunci dalam
tragedi perampokan dan pembunuhan yang dilakukan Martin Silado dan Andita Pramani. Namun ternyata kasus
tersebut, tidak sesederhana yang
dipikirkan polisi dan masyarakat.
Setelah dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam,
satu per satu petunjuk ditemukan. Akan tetapi dari petunjuk itu, banyak hal-hal
yang terlihat ganjil dan membingungkan. Dari jarak kematian Moses dengan Sasi
dan Bara, serta Arif yang tiba-tiba menghilang. Masalahnya selama proses
penyelidikan, Tara belum bisa diminta keterangan. Pengalaman tragis itu meninggalkan jejak trauma bagi Tara. Gadis itu seperti dikejar-kejar monster dan
dihantui wewangian aroma mint
yang dia cium ketika dikurung di kotak perkakas kayu.
Oleh sebab itu dia mendapat perawatan intensif dari
dokter Alfons, untuk menangai rasa traumanya juga untuk mengenal lebih dalam
rahasia kelam apa yang disimpan gadis cantik berusia delapan belas tahun
tersebut. Apakah dia memang hanya seorang korban atau dia menyimpan kebenaran
yang tidak terduga. Akan tetapi usahanya
dokter Alfons tidak berjalan mulus. Kedatangan Ello, seorang teman di masa lalu
Tara mengacaukan segalanya.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba muncul pembunuhan
berantai yang menggunakan kotak perkakas kayu
sebagai tempat menyimpan korban sebagaimana yang pernah dialami Tara. Pembunuhan itu dilakukan dengan sangat rapi
dan uniknya tidak ada tanda perlawanan atau pemaksaan.
Novel ini sangat menarik dan mendebarkan. Banyak
kejutan yang disiapkan penulis dari awal sampai akhir. Membaca kisah ini kita
akan dibuat bergidik ngeri dengan kekejaman pelaku yang sangat bengis dan tidak berperasaan. Secara keseluruhan dari gaya bercerita,
konflik, penokohan dan alur cerita, semua dieksekusi oleh penulis dengan apik
dan menarik.
Hanya saja untuk pemilihan sudut pandang Tara dan Ello
yang sama-sama menggunakan sudut pandang orang pertama—aku—dan tidak ada
ciri-ciri khusus, membuat saya agak kebingungan, ketika membaca bagian
mereka—suka kebolak-balik. Sedikit
kekurangan yang saya rasakan ketika membaca novel ini adalah perihal setting lokasi
cerita yang digarap kurang detail, sehingga
masih terasa tempelan. Kemudian ada pula bagian yang terasa kurang, yaitu perihal dari mana munculnya sikap
psikopat Tara, yang tidak ada penjelasan latar masalah yang memengaruhinya. Atau sikap dokter Alfons yang terlalu
perhatian terhadap Tara.
Namun lepas dari kekurangan novel ini cukup menarik
untuk dibaca. Maka pantas jika novel ini yang diterbitkan pertama kali tahun
2013, kini telah diterbitkan ulang dan juga sudah diterjemahkan dalam versi
bahasa Inggris. Novel ini mengajarkan bahwa
pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sikap dan tingkah
laku anak ketika dewasa.
Srobyong, 21 Maret 2019
Makasih ilmu resensinya, Mbak
ReplyDeleteSama-sama Mbak, semoga bermanfaat :)
Delete