Thursday 30 November 2017

[Resensi] Menyikapi Masalah dan Musibah

Dimuat  di Harian Singgalang, Minggu 19 November 2017 


Judul               : Peony’s World
Penulis             : Kezia Evi Wiadji
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, September 2017
Tebal               : 236 halaman
ISBN               : 978-602-394-906-9
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Masalah dan musibah  diciptakan bukan untuk membuat kita bersedih kepanjangan atau bahkan merasa putus asa. Keduanya diciptakan memiliki tujuan untuk membuat kita mau berusaha dan menumbuhkan sikap sabar, ikhlas dan tawakal.  Novel yang mengambil genre fantasi ini mencoba mengingatkan kepada kita tentang bagaimana cara menyikapi sebuah masalah dan musibah. Dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan eksekusi yang memikat, membuat novel ini rekomendasi untuk dibaca.

Novel ini sendiri berkisah tentang Peony yang ternyata lahir dengan sebuah kemampuan unik. Dia bisa menginjak di dua dunia—dunia nyata dan dunia ciptaannya. Sebuah kemampuan yang sempat membuat Peony tidak suka bahkan terbebani. Karena gara-gara kemampuannya itu berbagai kejadian tidak mengenakkan kerap kali menimpanya. Namun berjalannya waktu dan usia, Peony kemudihan mulai menerima kemampuan itu dan menyadari bahwa bakat itu telah memberinya warna hidup yang menyenangkan.

Bersama sahabatnya—Lola dan Justin serta  pacaranya, Jovan, mereka sering menghabiskan waktu di dunia ciptaan Poeny jika kebosanan melanda.  Namun siapa sangka, kehidupan Peony yang sebelumnya penuh warna dan begitu sempurna—dia memiliki orangtua lengkap yang selalu menyayanginya, sahabat-sahabat yang baik, hingga seorang kekasih yang setia, tiba-tiba kebahaagian itu direngut paksa oleh Tuhan (hal 40).

Sebuah kecelakaan menimpa Jovan, hingga tak bisa diselamatkan. Kenyataan itu tentu saja membuat Peony sangat kaget dan kacau. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan itu.  Dia selalu mengurung diri dan tidak mau makan.  Sampai suatu ketika, tiba-tiba Jovan muncul di dunia ciptaan baru, membuat Peony kaget dan tidak percaya.  Ada satu sisi di hatinya yang merasa senang, namun di sisi lain dia merasa sedih karena Jovan terjebak di dunia ciptaannya.

Selain itu sebuah masalah baru juga tiba-tiba juga muncul dan membuat Peony bimbang. Dari Jovan dia tahu bahwa ada seseorang yang ingin menyelakai dirinya.   Di mana masalah itu ternyata berbuntut panjang. Karena dari masalah itu, Peony harus berurusan dengan buku tua, kisah keramat dan sosok mengerikan yang ingin mencelakakannya. Lalu bagaimana akhirnya Peony menghadapi masalah dan musibah itu secara bersamaan?

Hadir dengan sentuhan baru, Kezia menampilkan sebuah kisah fantasi yang menarik dan patut dibaca. Sebagai gebrakan pertama, saya rasa novel genre fantasi ini cukup menghibur dan sukses membuat kita ikut memasuki dunia ciptaan Peony. Dan karya terbaru penulis ini juga menunjukkan kepiawaian penulis dalam  dunia literasi.  Novel ini tidak kalah menarik dengan novel realis karya Kezia yang selalu menghibur dan banyak memberi pelajaran hidup.

Di sini kita dapat mengambil pelajaran tentang bagaimana cara kita menghadapi sebuah masalah dan musibah. Apakah kita memilih menyerah dan terpuruk? Atau memilih bangkit dan menerima semuanya dengan penuh kesabaran, ikhlas dan tawakal. Karena di balik setiap masalah dan musibah, selalu ada hikmah yang bisa dipetik hikmahnya.  Masalah adalah batu loncatan yang akan membuat kita tumbuh menjadi orang yang kuat dan tegar. Dan musibah adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita untuk selalu berserah diri kepada-Nya. Mau bersabar, syukur dan tawakal.

Selain itu dari novel ini kita juga bisa mempelajari sifat manusia. “Aku nggak percaya ada orang yang dilahirkan menjadi sisi baik atau si jahat. Menjadi baik atau jahat adalah pilihan orang itu sendiri.”  (hal 189).  Dan sebuah larangan untuk memelihara sifat iri, yang seyogyanya malah akan merugikan diri sendiri.   “Perbuatan adalah cermin isi hati. Perasaan iri dan mementingkan diri sendiri, memyebabkan kekacauan dan  segala macam perbuatan jahat.” (hal 5).

Srobyong, 29 Oktober 2017

No comments:

Post a Comment