Friday 10 November 2017

[Resensi] Dari Cinta, Kritik Sosial Hingga Plagiasi

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 5 November 2017


Judul               : Percakapan Kunang-kunang
Penulis             : Sam Edy
Penerbit           : LovRinz Publishing
Cetakana         : Pertama, Januari 2017
Tebal               : x + 131 halaman
ISBN               : 978-602-6526-40-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Selain tulisan-tulisaan semacam esai atau pun artikel, cerpen—cerita pendek  adalah salah satu sarana yang sering digunakan sebagai wadah kritik dalam kehidupan sehari-hari—baik masalah sosial kemasyarakan atau pun tentang tatana negara.  Jadi selain memberi hiburan, cerpen juga memiliki maksud atau tujuan lain yang sejatinya bisa dijadikan perenungan. Dan karena cerpen diceritakan dengan gaya naratif fiktif, kesan kritik sosial yang termaktub di dalamnya tidak selugas dalam esai atau artikel—namun terselip rapi—bisa tersirat atau pun tersurat.

Itulah hal yang saya temukan dalam buku “Percakapan Kunang-kunang”.  Dalam setiap kisah yang ditulis Sam Edy, selalu termaktub kritik-kritik sosial secara halus. Namun selain kritik sosial, penulis juga menghadirkan tema cinta yang menarik dan tidak biasa.  Buku  ini sendiri terdiri  17 cerpen. Di  antaranya ada yang   sudah pernah dimuat di berbagai media ada pula yang belum.  

Sebut saja  cerpen berjudul “Di Tepi Serayu”  dengan bahasa yang mudah dipahami, penulis memaparkan kisah percintaan khas remaja yang lancar. Pertemuan Theo dengan Andhis, juga adanya Keyla yang diam-diam menaruh hati kepada Theo. Kisah tidak anak manusia ini membuat kita meyakini bahwa kita tidak akan pernah tahu nasib yang menunggu kita esok hari (hal 13).

Ada pula kisah berjudul “Kekasih Rahasia”  cerita ini cukup mengejutkan. Karena kita akan digiring pada ranah cinta yang tidak biasa. Namun yang pasti cerpen ini cukup menghibur dan membuat kita terbengong di akhir kisah. Haryanto sangat mencintai Silivia, namun  ternyata gadis itu telah menodai kepercayaan Haryanto. Hal itu tentu saja membuatnya sedih. akan tetapi dari kesedihan yang dirasakan Haryanto ada sosok lain yang lebih sedih melihat kenyataan itu. Entah kenapa (hal 19).

Cerita  lainnya yang tidak kalah menarik adalah “Plagiator” sebagaimana judulnya cerpen ini mencoba menyindir pada pelaku plagiasi yang masih marak terjadi dalam dunia literasi. “Kok ada ya, orang yang ingin jadi penulis secara instan?” (hal 40).   Andra Gunawan adalah seorang penulis. Suatu hari  dia melihat ada sebuah cerpen yang dimuat koran nasional.  Awalnya dia merasa kagum dengan cerita tersebut, karena sangat menarik dilihat dari segi ide dan eksekusinya. Namun  mendadak dia sadar kalau cerpen itu adalah hasil plagiat dari salah satu sastrawan di Indonesia.

Cerpen “Negeri CCTV’ juga menarik. Dalam cerpen ini secara halus penulis mengkritisi tentang sifat masyarakat saat ini,  yang terlalu meremahkan masalah-masalah kecil. Mereka berpendapat tidak apa-apa melakukan sedikit kesalahan, pasti mereka akan diampuni. Apalagi tidak ada bukti mereka pernah melakukan kesalahan.  Padahal setiap kecil perbuatan manusia itu pasti akan mendapat balasan masing-masing.

Selanjutkan ada cerpen “Joki CPNS” dari judulnya kita pasti bisa menebak, bahwa kisah yang  dipaparkan penulis,  tidak jauh-jauh dari masalah CPNS.  Di sini dengan bahasa satire, penulis mengkritisi proses CPNS yang kerapa kali dilakukan dengan tidak sehat.  Karena ternyata banyak orang-orang yang rela membeli pikiran orang lain untuk mengerjakan tes yang seharusnya dilakukan sendiri (hal 101).

Selain cerpen-cerpen yang sudah dipaparkan, tentu saja masih banyak cerpen-cerpen lain yang tidak kalah menarik. seperti Aborsi, Honor Cerpen,  Ketika Aku Ingin Bunuh Diri, Liliana dan banyak lagi.  Secara keseluruhan buku ini sangat asyik dinikmati. Penulis memaparkan setiap cerita dengan bahasa lugas dan jelas, sehingga enak dibaca. Hanya saja saya merasa cerpen-cerpen di sini terlalu mudah ditebak pada bagian ending. Padahal pasti akan lebih seru jika ending itu mengejutkan dan tidak terduga. Selain itu di sini masih cukup banyak kesalahan tulis yang saya lihat. Namun lepas dari kekuranganyam buku ini tetap  asyik untuk dibaca. Karena dari cerpen-cerpen yang ada kita bisa merenungkan tentang pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis.

Srobyong,  1 Oktober 2017 


No comments:

Post a Comment