Friday, 7 February 2020

[Resensi] Pentingnya Menghormati Orangtua

Dimuat di Kabar Madura, Selasa 4 Februari 2020 


Judul               : Hijrah Asmara
Penulis             : Madun Anwar & Sukma El-Qatrunnada
Penerbit           : Loka Media
Cetakan           : Pertama, Januaari 2019
Tebal               : 213 halaman
ISBN               : 978-602-5509-18-6
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Seorang ibu pasti menginginkan hal baik pada anaknya. Apalagi, anaknya perempuan.” (hal 43).
 Setiap orangtua sudah pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Orangtua tidak segan untuk memberi nasihat  serta arahan, agar anak tidak sampai berada di jalan yang salah. Karena itu sebagai anak sudah semestinya kita harus patuh dan taat kepada orangtua. Jangan sampai kita menjadi anak durhaka dengan  melawan perintah  atau menolak nasihat orangtua. Mengambil tema yang sudah banyak digarap di pasaran, hal itu tidak mengurangi keunikan dari kisah ini. Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, novel ini cukup menarik untuk dibaca.

Novel ini sendiri menceritakan tentang Ara, mahasiswa semester tiga jurusan PGSD di Lombok yang tengah dilema. Sebagai gadis normal lainnya Ara tentu pernah merasakan jatuh cinta dan ingin mencoba serunya masa pacaran. Namun di sisi lain, ia juga ingat bagaimana peringatan keras orangtunya  perihal pacaran.  Menurut ayahnya, pacaran hanya akan membuang banyak waktu dan lebih dekat pada perbuatan tercela.  Daripada pacaran lebih baik fokus untuk belajar dan berbakti kepada orangtua.

“Papa tidak mengizinkan aku pacaran sebelum selesai kuliah. Sedangkan mama setuju asal ketika pacaran aku bisa menjaga diri, dan nilai-nilai kuliahku tidak terganggu.” (hal 21).

Namun siapa yang tidak tergoda ketika tiba-tiba Fatih—salah satu mahasiswa populer di kampus, menyatakan cinta dan mengajak Ara pacaran. Akhirnya, demi memuaskan ego dan rasa penasarannya, Ara berani melanggar perintah orangtuanya dengan berpacaran. Diam-diam Ara  kerap pergi hang out bersama Fatih dan menjalin hubungan terlarang tersebut. Hingga suatu hati ia mendapati kabar yang tidak terduga. Fatih dan ketidaksetiaannya serta berderet masalah yang membuat Ara  bingung dan bimbang.

“Kecewa. Hal yang memang terasa sakit. Bayangkan, jika kamu percaya pada seseorang dan harapanmu sangat tinggi terhadapnya, tapi karena ketidakmampuan seseorang itu atau bisa saja karena sebab lain, ia membuatmu kecewa.” (hal 44).

Di sisi lain kejadian itu mempertemukan Ara dengan Arum. Kisah yang sedikit banyak membuat Ara belajar banyak hal, juga menemukan makna hidup yang sebenarnya. Yang jadi pertanyaan, Kira-kira apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Ara? Benarkah Fatih berselingkuh? Dari siapa akhirnya sang ayah tahu bahwa dirinya telah melanggar janji dengan berpacaran? Serta siapakah sosok Arum yang tiba-tiba mampu mengobati luka Ara? Selain pertanyaan-pertanyaan itu masih banyak hal-hal lain yang membuat novel ini menjadi menarik dan membuat kita penasaran. Kisah ini diramu cukup apik oleh dua penulis asal Lombok dan Jambi. Meski pada beberapa bagian percakapan dan narasinya masih terasa kaku dan belum berhasil menghidupkan kisah secara keseliuruhan. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini memiliki cukup banyak pembelajaran dan cukup menarik dalam memadukan lokalitas daerah  Lombok dalam cerita.

Membaca kisah ini kita akan diingatkan pentingnya menghormati orangtua dan selalu menjaga diri dengan menjaga pergaulan yang baik.  Selain itu melalui kisah ini kita juga belajar pentingnya memiliki visi dan misi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, memiliki semangat juang untuk meraih mimpi, serta belajar move on dari kesedihan dengan bangkit dan tegar dalam segala kondisi.

“Kesedihan  itu tidak akan berakhir jika kita sendiri tidak mengakhiri itu semua. Kehidupan itu tetap berjalan. Jadi, perbaiki hidup dan berusaha tegar untuk menjalani hidup.” (hal 116).

Srobyong, 14 September 2019

4 comments:

  1. Bener banget sama poin pesan novel ini, menghormati orang tua. Dan kadang orang tua melarang anaknya terhadap sesuatu, semata-mata demi kebaikan si anak. Saya pun pernah menentang apa kata orang tua dan imbasnya apa yang saya anggap benar tidak membuat saya benar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali. Karena itu meski kadang kita tidak suka, dianjurkan tetap mengargai pesan orangtua.

      Delete
  2. Terima kasih sudah berkenan. Selalu suka dengan ulusannya. Semoga novel ini membawa ke berkahan bagi pembacanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali Mas. Aamiin semoga Mas, insya Allah banyak hal yang bisa dipetik dari novel ini. Semangat berkarya.

      Delete