Judul : Sang Pangeran dan Janissary
Terakhir
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Terbit : 2019
Tebal :
632 hlm
ISBN : 9786237490067
Dalam pelajaran sejarah, sudah pasti kita pernah
membaca kisah Perang Diponegoro atau dikenal juga dengan sebutan Perang Jawa. Hanya
saja penyajian kisah yang ada dalam teks pelajaran itu, tidak begitu lengkap. Namun jangan khawatir, melalui buku ini kita
bisa mengenal lebih dalam tentang Perang Jawa.
Buku ini mengungkapkan lebih detail tentang
pertarungan sengit antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda. Bagaimana dampak peperangan terhadap orang-orang
Belanda, juga para pejuang. Semua dipaparkan dengan apik dan menarik. Lewat
buku ini pula, kita bisa menyingkap
berbagai sejarah yang mungkin tidak pernah kita temukan dalam teks pelajaran. Misalnya
saja tentang adanya Janissary, pejuang asal Turki yang ikut dalam barisan Perang
Diponegoro.
“Tuan Nurkandam Pasha, Tuan Katib Pasha, Tuan Murad
dan Tuan Orhan Arga, maka dengan ini aku gandeng tangan kalian, para pewaris
sah Janissary kebanggan Ustmani untuk mendampingi jihad rakyat Mataram, Perang
Sabil Muslimin Nusantara.” (hal 19)
Uniknya dari berbagai tokoh yang ikut berjuang
dengan Pangeran Diponegoro, kehadiran dua
Janissary—Nurkandam Pasha dan Katib
Pasha, paling banyak memberikan warna tersendiri dalam kisah buku ini.
Menghidupkan dan juga mendebarkan.
Membaca buku ini, kita akan dibuat larut, seolah
kita ada dan melihat peperangan yang tengah berlangsung. Apalagi penulis
mendeskripsikan kisahnya dengan sangat
detail—baik dari segi setting hingga penokohan. Meski buku ini memiliki
halaman yang sangat tebal, kita tidak
akan dibuat bosan untuk merampungkan kisah yang ada. Kenapa? Karena kisahnya
memang benar-benar menarik dan membuat penasaran sejak dari awal. Alur maju
mundur, yang digunakan penulis dalam menyampaikan cerita, telah berhasil
membuat emosi pembaca tidak karuan.
Melalui novel ini pula kita akan melihat bahwa
seyogyanya Belanda sempat kewalahan dan merasa cemas dengan sikap Pangeran
Diponegoro yang tidak mudah dipatahkan semangatnya. Meskipun dalam peperangan
itu, Pangeran Diponegoro berkali-kali harus menghadapi pengkhianatan yang
menyakitkan dari orang-orang yang ia percayai, ia tetap teguh berjuang.
“Dikhianati tidaklah berbahaya. Yang berbahaya
adalah berkhianat. Ditipu tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah menipu.
Dibunuh tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah membunuh.”
(hal 615)
Secara keseluruhan novel ini sangat menarik, inspiratif dan memotivasi. Namun ketika
membaca kisah ini kita juga harus bersiap menghafal nama-nama tokoh
yang lumayan banyak. Sedikit kekurangan dari buku ini adalah gaya bahasa
penulis yang terlalu puitis dan bertele-tele. Namun lepas dari kekurangan yang
ada novel ini tetap menarik dan
mengundang rasa penasaran, termasuk menunggu seri selanjutnya, yang menurut penulis masih akan ada seri "Sang Pangeran" lainnya.
Bagi
penikmat fiksi sejarah saya rekomendasikan untuk membaca buku ini. Melalui buku
ini kita bisa menemukan tingginya sikap patriotisme dan
kegigihan jihad fi
sabilillah“Kekalahan itu ketika kita
ditinggalkan Gusti Allah meskipun kita menang perang ataupun punya banyak akwan
serta pengikut. Sebaliknya, yang disebut kemenangan adalah tetap bersama Gusti Allah
meskipun kita ditinggal sendiri, atau bahkan binasa dalam perjuangan.” (hal
443)
#semuabacasangpangeran
#sangpangerandanjanissaryterakhir
Srobyong, 23 Januari 2019
No comments:
Post a Comment