Sahabatku
Ratna Hana Matsura
Pagi ini suasana
kelas sangat gaduh. Maklumlah sang guru sedang keluar dan hanya meninggalkan
tugas. Membiyarkan kami asik mengutak atik rumus matematika. Saat itu aku
sedang asyik mengerjakan soal, ketika tiba-tiba Umi, temanku mengambil tip x
milik kawan sebangkuku, Lailah. Umi yang mengambil tanpa izin membuat Lailah
marah, hingga kau ikut menjadi korban karena amarahnya. Waktu itu kami masih kelas satu MTs. sehingga ketika kami marahan
dengan teman, kita mendiamkan dan tidak mau satu kelompok dengannya. Itu adalah
awal pertemuanku dengan Umi dan Lilik yang bisa dibilang sedikit ricuh dan
salah paham.
“Kenapa Harus
marah si La, mungkin tadi kamu tidak dengar ketika dia meminjam.” Aku mencoba
menjelaskan.
“Sudahlah lupakan
saja kemarahanmu, bukankah sebaiknya kita berbaikan, kita ini satu kelas, jadi
harus kompak.” Ujarku meyakinkan.
Pada awalnya
Lailah tidak setuju, dia bersikeras dengan pendiriannya. Padahal aku tidak
ingin membuat masalah dengan teman-teman baruku. Tapi, setelah aku jelaskan panjang lebar,
kamipun berbaikan dengan Umi, juga Lilik teman sebangkunya.
Waktu terus
bergulir, dari salah paham dan pertengkaran kecil itu, malah membuat kami
dekat. Kami sering saring tentang masalah pelajaran. Apalagi ternyata kami
memiliki kesamaan hobi dalam menonton acara Televisi. Sehingga kami sangat
nyambung ketika berbagi cerita. Dan lagi rumah kami memiliki jalur yang sama,
jadi setiap pulang sekolah kami berbarengan saat menuggu Bus.
Saat itu sedang
booming drama Taiwan Meteor Garden, aku, Umi, Lili, dan Nurul adalah paling
heboh ketika membicarakan drama itu, Lailah hanya bisa menyimak karena dia
tidak bisa menonton karena dia berada di pondok.
“Wah semalam
ceritanya keren sekai, Hua che lai terus saja membela San chai, Tao ming tse
jadi uring-uringan.” Aku sudah berkumpul dengan ketiga temanku itu. Kami asyik
membicarakan idola kami.
“Hai, aku sudag
membeli album baru mereka.” Nurul datang-datang sudah pamer kaset F4 terbaru.
Kami mengerubunginya. Kami berjanji untuk bermain kerumahnya. Melihat bersama
drama favorit kami.
Waktu bergulir
dengan cepat. Kami sudah naik ke kelas dua Mts. dan kami berempat masih kompak
sampai sekarang. Kalau dulu kami membicarakan F4, sekarang kami sedang deman
Avril Lavigne, penyanyi tomboy yang sangat digilai Nurul. Begitupun ketika kami
sudah naik ke kelas 3. Kami tetap bersama dan selalu berbagi cerita. Kami
semakin kompak. Meski kadang ada salah paham yang segera diluruskan.
Tapi, ketika sudah
mau masuk Madrasah Aliyah, kami harus merelakan kepergian Nurul. Dia tidak lagi
satu sekolah. Dia memilih meneruskan sebuah SMA islam di jepara. Dan kami
bertiga tetap berada di Yayasan yang sama ketika di MTs, yaitu di MA Haysim Asy’ari Bangsri. Dan atas ketentuan
Tuhan kami bertiga kembali satu kelas, di kelas Immersion. Walaupun ketika itu
hubungan kami sedikit renggang. Lilik sibuk dengan dunianya yang baru. Dan kini
hanya tinggal aku dan Umi. Tapi, Alhamdulilah saat kelas tiga kami kembali
kompak. Rasanya sangat senang sekali.
Persahabatan kami
terus berlanjut meski kami sudah berpisah. Lilik meneruskan Kuliah di Semarang.
Sedangkan aku dan Umi kuliah di Jepara.Tidak aku sangka pertemuan yang ricuh
itu menjadikanku bertemu dengan para sahabat yang luar biasa. Mereka ada dan
selalu membatu dalam suka duka. thanks you girls.
No comments:
Post a Comment