Monday 12 October 2015

[Flash Fiction] Hutan Kutukan


Sumber Google



Kiran tiba-tiba terdampar di tepat asing. Di sebuah hutan yang sangat seram. Bunyi burung-burung hantu mengusik gendang telinga.
Belum lagi suara-suara aneh lain yang menghantui dirinya.
Srek ... srek ... srek.
Kiran menenal ludah. Dia mencoba tenang meski otaknya tak terkontrol.
“Tolong aku ... siapa saja tolong aku.”
Kembali sebuah suara membuat Kira gelagapan. Di tempat seperti ini mana mungkin ada manusia? Pikirnya sendiri.
Kiran pun mencoba tak peduli. Dia terus berjalan menyusuri jalan  menuju sebuah tangga yang sempat dilihat dari kejahuan.
Yah, mungkin itu kunci  yang bisa membawanya pulang kembali.
“Kumohon tolong aku.” Kini suara itu ditambah dengan  tangis keras yang membuat Karin tambah bergidik ngeri.
“K-k-ka-u si-sia-pa?” tanya Kiran tergagap.
“Ini aku Ibu, aku putrimu.” Suara itu menggema.
“Jangan bercanda. Aku tak memiliki anak,” teriak Karin ketakutan. Dia berlari menjauhi suara aneh itu.
Napas Karin tersengal-sengal ketika akhirnya dia sampai di sebuah tangga yang dilihatnya tadi. Segera dia menaikinya dengan susah payah. Bagaimana tidak kayu di tangga itu sudah lapuk dan hampir membuatnya terjatuh. Untunglah dia bisa selamat sampai di rumah susun yang megah itu.
Karin pun segera masuk, mencoba untuk mengistirahatkan diri, sambil berpikir cara untuk kembali. Namun betapa kagetnya dia ketika di sana dia disambut banyak anak kecil yang terus berteriak meminta tolong dan memanggil ibu berkali-kali.
“Si-apa ka-li-an?”
“Selamatkan kami, ibu.”
“A-aku tak mengenal kalian.” Teriak Karian ketakutan.
Kini anak-anak itu mengelilingi Karin yang semakin pias.
“Kau benar-benat jahat Ibu. Bagaiman kau melupakan kami.”
Wajah yang tadinya penuh harap kini berubah bringas. “Baiklah aku akan membuat Ibu ingat dengan kami,” ucap salah seorang anak.
Mereka memegangi Karin, lalu membawanya ke belakang rumah. Di antar mereka ada yang mencangkul, setelah selesai segera mereka mengubur Karin hidup-hidup.
“Inilah yang kau lakukan pada kami, Ibu.”
“Kau bunuh kami, lalu kau menikmati harta berlebih.”

“Kumohon ampuni aku.” Teriak Karin dari dalam. Namun semua anak itu telah menghilang. Tinggal dia yang terkapar di bawah kasur, menyadari ini mimpi buruk yang baru menimpanya. Menyindiri akan ulah bejatnya.

No comments:

Post a Comment