Saturday 15 August 2015

[Artikel] Ketuhanan Berdasarkan Surat An-Nisaa’ dan Al-Ikhlas



Dewasa ini, kebanyakan manusia sudah mulai lupa dengan esensi ketuhanan. Jiwa mereka kosong, hati dan pemikiran manusia saat ini telah banyak dipengaruhi derasnya arus globalisasi. Sehingga kebanyakan dari mereka melupakan adat dan peraturan yang dibuat ‘Tuhan’ mereka. Para manusia saat ini sudah melampaui batas, sampai mendekat pada syirik.

Karena itu marilah sedikit kita kembali membaca Al-Qur’an sebagai perenungan diri. Al-Qur’an mukijizat yang berlaku di setiap zaman selalu memiliki pencerahan dri masalah-masalah yang timbul di muka bumi.

Sepeti halnya tentang ketuhanan yang perlu dikaji lagi agar iman tidak terkikis oleh zaman. Beberapa surat yang membahas tentang Ketuhanan adalah surat An-Nisaa ayat 48 dan 123 serta surat Al-Ikhlas ayat 1-4.


A. Tafsir surat An-Nisaa ayat 48

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’ :48)

Penjelasan surat:


إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bila Dia dipersekutukan. (pangkal ayat 48)

Inilah yang pokok dari ad-din (agama) yaitu mengakui adanya tuhan itu hanya satu. Tidak ada yang lain yang bersreikat atau bersekutu dengan Dia, baik dalam ketuhanan-Nya ayat dalam kekuasaan-Nya. Sebab itu kalau ada orang yang menganggap bahwa ada yang lain yang turut berkuasa di samping Allah, turut menjadi Tuhan pula, maka sesatlah faham orang itu. Dan tidaklah Allah akan memberinya ampun.

بَهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَا لِكَ لِمَنْ يَشَآءُ

Dan Dia akan mengampuni yang selain demikian bagi siapa yang Dia kehendaki.

Artinya dosa-dosa yang lain, yang bukan dosa syirik masih bisa di ampuni oleh tuhan untuk siapa-siapa yang patut diampuni menurut pilihan tuhan. Makanya diayat ini tuhan memberi tekaknan bahwa dosa selain syirik bisa diampuni bagi siapa yang Dia kehendaki karena pada umunya suatu dosa besar timbul ialah karena telah syirik terlebih dahulu.

Sehingga tersebutlah di dalam hadist yang sahih: “Tidaklah mencuri seorang pencuri melainkan karena dia musyrik. Tidaklah berzina seorang pezina melainkan karena dia musyrik.” (Dari Tafsir Al-Azhar)

Mengapa pencuri mencuri karena musyrik? Ialah karena ingatannya tidak satu lagi kepada Allah. Allah telah diduakannya dengan keinginannya yang jahat. Perintah dari keinginan yang jahat itulah yang memerintahkannya sehingga dilanggarnya keinginan Allah.

Orang yang berzina pun demikian, orang terlanjur berzina karena kepercayaannya kepada azab Tuhan sudah tidak berpengeruh lagi kepada dirinya. Yang mempengaruhinya ialah syahwatnya.

Sesungguhnya yang demikian, pintu ampunan dari Tuhan masih terbuka kepada orang orang yang dikehendakiNya, yang dalam pandangan Tuhan ada pada penyesalan yang sungguh sungguh. Dan Tuhan pun bersabda bahwasanya dosa syirik sekalipun yang tidak bisa diampuni oleh tuhan itu. Akan diampuninya juga apabila taubat dengan sungguh-sungguh.

Bukankan sahabat-sahabat Rasulullah yang besar-besar itu adalah dahulunya adalah bukan orang muslim? mereka menyembah berhala semuanya, maka setelah mengakui ke Esaan Tuhan dan mengakui kebenaran Muhammad. Dosa mereka diampuni dosa dan mereka pun menjadi islam yang baik.

Oleh sebab itu, maka ayat ini memberikan pengertian bahwa dosa syirik itulah yang akan disingkiri benar-benar terlebih dahulu. Apabila tauhid telah matang tujuannya hanya satu kepada Allah. Maka kebajikan yang lain akan menurut dan kejahatan yang lain sendirinya akan hilang.

Bila kita sambungkan ayat ini dengan ayat-ayat yang sebelumnya, terhadapa pemuka-pemuka yahudi tadi, di perintahkan mereka agar kembali kepada tauhid yang sejati. Apabila tauhid telah dipegang teguh, hatipun terbuka menerima kebenaran Allah. Dengan sendirinya akan mereka terima segala wahyu yang diturunkan Tuhan, baik taurat, injil atau Al-Qur’an.

Tauhid adalah jalan kelepasan jiwa dari pada segala ikatan, sebab syirik adalah memandang ada pula yang berkuasa selain Tuhan dalam alam ini. Tauhid adalah jiwa bebas dari pengaruh alam. Syirik adalah jiwa budak. Tauhid tidaklah terpisah dari kata merdeka. Tauhid juga perhambaan, tetapi perhambaan kepada Pencipta Alam itu sendiri.

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

(Barang siapa mempersukutukan Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar )

Segala dosa bisa diampuni, namun syirik tidak! Inilah pokok pegangan.

 Menurut Syaikh Abul Bagaa, syirik di bagi menjadi 6 yaitu:

1. Syirik al-istiqlah yaitu menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua dan keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri.

Contohnya : seperti syiriknya orang majusi (penyembah api) menurut mereka Tuhan ada 2 yaitu:

a. Ahuramazda : tuhan dari segala kebaikan
b. Ahriman : tuhan dari segala kejahatan
Menurut ijma ulama hukumnya kafir.

2. Syirik at-tabi’ah yaitu menyusun Tuhan yang terdiri dari beberapa Tuhan. Seperti syiriknya orang nasrani. Hukumnya kafir.

3. Sririk at-taqrib yaitu beribadat, memuja kepada selain Allah untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti syiriknya orang jahiliyah. Hukumnya kafir.

4. Syirik at-taqlid yaitu memuja, beribadat kepada selain allah karena taqlid ikut-ikutan kepada orang lain

5. Syirik at-asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab yang biasa. Seperti syiriknya orang-orang filsafat dan penganut faham naturalist. (mereka berkata bahwa segana kejadian dalam ala mini tidak ada sangkut pautnya dengan tuhan. Meskipun tuhan itu ada. Melainkan adalah seba- sebab dari pada alam itu sendiri).

6. Syirik al-aghraadh yaitu beramal bukan karena Allah.

Hukumnya adalah ma’syiat (durhaka) bukan kafir…

Sabda Nabi saw :

Dari abi said al khudry, berkata dia : berkata rasulallah S.A.W : “Barang siapa mati, tidak mempersekutukan sesuatu dengan allah akan masuk syurga” (HR Imam Ahmad).

B. Tafsir surat an-nisaa ayat 123

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitâb. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah.(QS. An-Nisaa’ :123)

Penjelasan Ayat


لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ

(Tidaklah angan-anganmu dan tidak pula angan – angan ahli kitab)

Di sini diterangakan bahwa agama, baik yahudi dan nasrani atau islam sekalipun. Tidak bergantung kepada angan-angan dan khayal. Tidaklah dia menjadi alat untuk memanggakan golongan, mengatakan bahwa diri itu lebih baik dari yang lain. Membangun agama bukanlah dengan angan-angan.

Meskipun di pujikan agama yang kita peluk setinggi langit, di katakana kita yang lebih tinggi. Sesat semuanya itu bukanlah kenyataan, tetapi hanya angan-angan. Dan yang di minta dari padamu bukanlah angan-angan atau khayal, kebanggaan mulut, padahal tidak didahului atau di sertai oleh kenyataan.

Membanggakan bahwa agama kamulah yang paling berkenan di sisi Allah, orang yahudi berkata demikian. Nasrani demikian pula bahwa orang islam pun ikut pula berbicara yang demikian. Apakah akibat yang sebenarnya bisa timbul? Tidak lain adalah ta’ashshub atau fanatic yang di diri ini segala benar, dan orang lain salah, dan yang di kerjakan tidak ada.

مَنْ يَعمَلْ سُوْءًا يُجْزَبِهِ

(barang siapa yang berbuat sesuatu kejahatan, niscaya akan di bahas dengan itu pula)

Ditegaskan di sini, bahwa barang siapa yang berbuat suatu kejahatan, niscaya akan dibalas dengan itu pula, yaitu balasan yang setimpal. Apakah sebab hal ini ditegaskan oleh tuhan? Mari kita lihat perjalanan.

Berapa kalikah telah terjadi, di dalam mempertahankan agama yang mereka peluk, mereka sampai hari melanggar kecintaan yang ditanam oleh agama itu sendiri, lalu menukarnya dengan kebencian? Sampai ada yang berpendirian, tidak mengapa berbuat jahat kepada orang lain di luar hukum kebenaran asal untuk membela agama.

Mungkinkah menegakkan agama dengan melanggar perintah agama itu sendiri? Yang jahat tetap jahat. Biar yang berbuat jahat itu yahudi atau nasrani atau islam sekalipun. Maksud ajaran agama bukan untuk berbuat jahat, pasti mendapat hukum yang setimpal.

وَﻻَ يَجِدْلَهُ مِنْ دُوْنِ ﷲ ِ وَلِيًّا وَّﻻَنَصِيْرًا

(Dan tidaklah akan dia dapati selain dari Allah pelindung dan tidak pula pembela)

Bahwa segala dosa mungkin dapat diampuni namun dosa syirik tidaklah akan diampuni. Maka apabila seseorang berbuat jahat, melanggar hukum dan perintah tuhan pastilah dias menerima ganjaran yang setimpal dengan kejahatan itu. Yang akan menghukaum ialah Allah. Menurut hukumnya yang adil. Maka baik dia yahudi, nasrani ataupun islam tidaklah akan dapat mereka meminta perlindungan dari pada yang lain atau meminta pembela sebagai orang tengah yang akan melindungi mereka dari siksaan tuhan.

C. Tafsir surat al- ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Surat Al-Ikhlas ini menolak pendapat orang-orang musyrik. Pendapat orang-orang yang berpendapat bahwa cahaya dan gelap itu adalah yang mneguasai ala mini. Sebagaimana membatalkan madzhab orang-orang yang menyembah binatang.

Surat Al- Ikhlaas ini mengandung penisbatan Allah, tidak ada sekutu baginya dan Allahlah yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala keperluan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada yang sebanding. Surat ini juga dinamakan surat at- tauhid karena surat ini mengenai tauhid dan tanzih adalah dasar yang pertama dan aqidah islamiyah.

Karenanya surat ini dipandang sama dengan sepertiga Al-Qur’an dalam pahala membacanya. Dasar pokoknya dalah tiga perkara.

1. Tauhid
2. Menetapkan batas-batas amal manusia
3. Urusan hari kiamat

Maka apabila kita membaca surat ini dengan tadabbur yang sempurna. Allah memberikan kepada kita pahala membaca 1/3 Al-Quran.

Diriwayatkan oleh Addhahak bahwa para musyrikin menyuruh Amir Ibnu Thufail pergi kepada Nabi untuk mengatakan: engkau Ya Muhammad telah mencerai beraikan persatuan kami. Engkau telah mencaci-maki Tuhan kami, engkau telah menyalahi agama orang tua kami, jika engkau mau kaya kami akan memberikan harta kepada engakau, jika engakau rusak akal kami akan berusaha mencari orang yang akan mengobati engkau. Jika engkau menginginkan istri cantik, kami akan memberikannya kepadamu. Rasulullah menjawab: Saya tidak fakir, saya tidak gila, saya tidak menginginkan wanita yang cantik. Saya adalah Rasul Allah, saya menyeru kamu untuk menyembah Allah sendiri. Kemudian orang Quraisy menyeru lagi,  Amir mendampingi nabi untuk bertanya: berapa Tuhan yang disembah Muhammad itu? Apakah dari emas atau perak? Berkenaan dengan itu Allah menurunkan surat at tauhid ini. Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Esa dan Allahlah yang di tuju oleh sekalian makhluk. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Itulah sedikit penjabaran tentang ketuhanan berdasaran tafsir dari surat An—Nisa dan Al-Ikhlas. Bahwa sahnya Allah itu Esa, satu dan tidak ada sekutu baginya. Segala macam dosa masih bisa diampuni, kecuali dosa syirik. Dosa syirik masih bisa diampuni bila benar-benar bertaubat pada Allah dengan sungguh sungguh. Agama tidak dibangun dengan angan-angan. Segala macam dosa akan mendapat balasan sesuai dengan yang diperbuat.

Kita harus mengakui keesaan Tuhan. Dan Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Jelas sekali Al-Qur’an dengan segala pengetahuan yang ada di dalamnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki diri. Al-Qur’an selalu membawa wawasan untuk umat di muka bumi.

Srobyong, 12/2/15
Sumber :
[1] Bahrun Abu Bakar. 2010. Terjemah tafsir jalalain Jilid 1. Bandung : sinar baru algensindo.
[2] Prof, TM. Hasbi Ashshniddiqy, terjemah tafsir al- bayan. Bandung : PT. Al-Ma’arif
[3] Prof. Dr. Hamka, 1975. Tafsir al-azhar Juz 5. Jakarta: yayasan nurul islam

Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah. Atau bisa dibaca di http://bersamadakwah.net/ketuhanan-berdasarkan-surat-nisaa-dan-al-ikhlas/

No comments:

Post a Comment